tag:blogger.com,1999:blog-67827255236907673152024-03-08T14:49:28.006-08:00SKRIPSI KAMPUSSKRIPSI KESEHATAN, SKRIPSI EKONOMI, SKRIPSI BAHASA DAN SASTRA, ARTIKEL, MAKALAH, TUGAS KAMPUSUnknownnoreply@blogger.comBlogger47125tag:blogger.com,1999:blog-6782725523690767315.post-43993955448322065192009-11-11T00:37:00.000-08:002009-11-21T22:21:51.440-08:00Kualitas Kepemimpinan<div style="text-align: center;"><b>Kualitas Kepemimpinan Menghadapi Krisis</b><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><i><b>Delapan Kualitas Kepemimpinan</b></i><br /></div><div style="text-align: justify;">Hal pertama yang harus dimiliki seorang pemimpin at the edge adalah kemampuan membangun talenta kepemimpinan yang situasional (situational leadership). Yang dimaksud dengan situational leadership adalah kepemimpinan yang mampu beradaptasi dengan lingkungan baru dengan cepat serta tetap fokus dengan tujuan yang dibuat sebelumnya. Meski situasi memaksa untuk berubah dengan cepat.<br /></div><div class="fullpost" style="text-align: justify;">Contoh nyata dari situational leadership adalah apa yang dilakukan oleh Recep Tayyip Erdogan tatkala organisasi yang ia pimpin, Partai Keadilan dan Pembangunan, berada dalam kondisi di tepi jurang: dibubarkan karena menentang sekularisme di Turki atau bertransformasi menjadi partai yang menjunjung tinggi sekularisme. Dengan mempraktikkan situational leadership, Erdogan mampu mengeluarkan partainya dari hukuman pembubaran. Namun, secara esensial tidak pernah mengubah tujuan partai yang menginginkan Turki lebih Islami. <br /><br />Leaders at the edge juga berlatih untuk mengasah ketajaman mata pikiran sehingga mampu melihat beyond obstacle dan juga mampu melihat peluang tatkala yang lain tidak mampu melihatnya. Leading from the mind's eye. Pemimpin yang memimpin melalui mind's eye akan melihat lebih dalam bagaimana seseorang merasa dan berpikir. Bagaimana melihat sesuatu jauh ke depan. <br /><br />Leading fom the mind's eye bukan berarti memimpin dengan kaca mata kuda. Leading from the mind's eye selalu fokus terhadap permasalahan. Namun, multidimensional dalam melihat permasalahan. Ia tidak hanya melihat satu aspek dari masalah melainkan membedahnya secara detail dari berbagai sudut pandang sehingga menghasilkan sebuah keputusan yang holistik. Ia tajam melihat situasi namun bercabang dalam melakukan pengamatan terhadap situasi. Leaders at the edge juga membutuhkan relationship dalam membangun kesuksesannya.<br /><br />Relationship di sini bukanlah hubungan dalam pengertian yang biasa kita dengar yang biasa diartikan sebagai koneksi dan networking. Hubungan di sini adalah sebuah hubungan yang mapan dan memiliki pondasi yang kuat di mana hubungan itu menghasilkan trust yang membuat kepemimpinannya berada dalam kondisi aman (secure protection).<br /><br />Jim Collins dalam bukunya Good to Great dengan baik menjelaskan bahwa pemimpin yang hebat adalah pemimpin yang mampu membangun trust and respect dalam hubunganya dengan orang lain. Sebuah hubungan yang tidak berpondasikan kepentingan sesaat dan hitung-hitungan cost and benefit. Dengan landasan hubungan trust and respect setiap keputusan yang diambil oleh pemimpin akan dengan mudah diterima oleh seluruh pihak. <br /><br />Presiden Habibie adalah contoh dari ketidakmampuan seorang pemimpin dalam membangun secure relations. Dengan segala kelebihan dan prestasi yang dibuatnya selama menjabat sebagai presiden ia tidak mampu meyakinkan stakeholder politik bahwa dia masih layak memimpin negara ini. Hal ini disebabkan simply because he hadn't a secure relationship with entire stakeholder. Prestasi sebagus apa pun tak akan dilihat oleh orang bila trust belum dibangun. <br /><br />Begitu juga dengan Presiden Abdurahman Wahid yang berkat dukungan Poros Tengah yang begitu solid berhasil diantarkan menjadi RI 1. Kecerdasan dan karisma beliau tidak diragukan lagi. Hanya saja beliau tidak mampu membangun secure relations. <br /><br />Bahkan cenderung memunculkan isu-isu yang kontroversial. Baik bagi lawan maupun kawan sehingga kemampuan beliau yang luar biasa itu tidak mampu menjaga keberlangsungan kepemimpinan yang diembannya. Justru akhirnya kekuatan-kekuatan terdekat yang mengusung beliau sendiri, Poros Tengah, berbalik arah dan meragukan kualitas kepemimpinannya yang berujung pada proses impeachment. <br /><br />Itulah dua contoh kepemimpinan di negeri ini yang seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi calon-calon pemimpin yang berkompetisi di Pemilihan Presiden 2009 tentang bagaimana membangun sebuah hubungan yang mapan dan memiliki pondasi yang kuat sehingga menghasilkan trust yang membuat proses kepemimpinan berada dalam kondisi aman (secure protection).<br /><br />Seorang pemimpin at the edge adalah juga seorang negosiator dan komunikator ulung. Seorang pemimpin yang mampu menyampaikan idea, goals, dan meaning kepada rekan satu tim dan anak buahnya. Leaders at the edge can lead through effective communication.<br /><br />Effective communication tidak diukur sejauh mana kepintaran kita berorasi melainkan sejauh mana ia bisa membangun shared vision, shared meaning, dan shared goals kepada orang lain sehingga mampu membangun sebuah tim atau organisasi yang memiliki tujuan sama meski berbeda isi kepala. Kegagalan dalam membangun sebuah dialog yang efektif akan menciptakan ketidakefektifan dalam berkomunikasi karena sejatinya komunikasi selalu berjalan dua arah.<br /><br />Komunikasi yang efektif pada dasarnya adalah sebuah usaha membuat sesuatu yang kompleks menjadi sederhana. Di sinilah pentingnya sebagaimana dikatakan Peter Drucker. Sebuah proses membuat Action Plan di mana visi besar yang kita miliki dapat dengan mudah dicerna oleh rekan-rekan kerja kita.<br /><br />Dalam kondisi at the edge tentu konflik akan muncul dalam titik kulminasinya. Seorang leader yang talented akan mampu menghadapi kondisi ini dengan membuatnya menjadi resource bagi organisasinya. Mengubah efek negatif dari konflik menjadi energi positif bagi kreatifitas dan inovasi organisasi merupakan tugas utama leaders. Lebih dari itu mengubah konflik menjadi sebuah ikatan kerja sama tim yang efektif. Dengan demikian leaders is the one who deal with conflict.<br /><br />Di abad ke-21 sebagaimana yang dikatakan Thomas Friedman dunia menjadi datar. Namun, pikiran terfragmentasi. The world becomes flatter yet our mind still fragmented. Sebuah ironi dunia yang terglobalkan di mana tatkala seluruh aspek kehidupan terlahap dalam globalisasi. Namun, fragmentasi menjadi ciri khas dari globalisasi itu sendiri. Individualisme menjadi nilai yang tak tergantikan. Dengan notebook di depan kita maka kita dapat melakukan segalanya sendirian.<br /><br />Peran leader at the edge adalah membangun sebuah visi bersama yang mampu mentransformasi individualisme menjadi sebuah integrated process, mampu menghilangkan hambatan-hambatan yang berbentuk kultural dengan menjadikan visi bersama sebagai tujuan. Leading in fragemented world adalah kualitas yang dibutuhkan oleh pemimpin di era globalisasi ini.<br /><br /><i><b><strike>Leading Through Strategy</strike></b></i><br />Seorang leader at the edge juga harus mampu memetakan visi besar yang ia miliki ke dalam sebuah road map keluar dari tepi jurang. Pemimpin yang bertalenta adalah pemimpin yang mampu menghasilkan peta dengan beribu macam alternatif sebagai strategi untuk menghadapi ketidakpastian yang ada di depan mata. Setiap langkah yang diambil oleh seorang pemimpin haruslah bertujuan untuk menciptakan sustainable success rate sehingga posibilitas untuk success akan selalu besar.<br /><br />Strategi yang dibuat pun juga haruslah mampu mendeteksi early clarified potential of success. Tatkala lawan tidak mampu melihat dengan jelas potensi sukses dari suatu hal maka dengan strategi yang matang potensi-potensi tersebut dapat terpetakan dengan jelas. Dengan pemetaan tersebut akan sangat mudah bagi leader untuk mengambil tindakan-tindakan di masa datang dengan data-data yang sudah ada.<br /><br />Pada akhirnya leading at the edge is a journey. Pemimpin yang mampu bertahan dari kondisi tersebut akan mampu menikmati setiap detik proses ujiannya. Excitement adalah sikap yang ditujukan pada kondisi tersebut. Leading at the edge is a life time process. <br /><br />Seorang pemimpin yang berhasil melalui kondisi kritis at the edge tidak serta merta akan mampu menghadapi kondisi yang sama di kemudian hari. Hanya seorang pemimpin yang melihat kondisi at the edge sebagai sebuah tantangan yang harus diselesaikanlah yang akan mampu mendapatkan hikmah kepemimpinan dari kondisi yang sudah ia lewatkan.<br /><br /><strike><i><b>2009: The Moment of Truth for Leadership at The Edge</b></i></strike><br />Tahun 2009 dapat dikatakan sebagai sebuah moment of truth bagi bangsa Indonesia untuk membuktikan apakah dapat keluar dari kondisi at the edge berupa krisis multidimensional atau akan terjerembab dalam jurang untuk waktu yang tidak singkat.<br /><br />Tahun 2009 juga merupakan moment of truth bagi kebangkitan pemimpin baru Indonesia yang akan mengubah haluan bangsa ini di masa depan. Kondisi at the edge yang kita hadapi sekarang adalah kondisi di mana generasi muda mampu menyiapkan diri untuk menyongyong era kepemimpinan baru 2014. Mengapa hal ini menjadi penting? Karena tahun ini adalah titik kulminasi di mana generasi tua akan berkompetisi untuk terakhir kalinya dalam transisi demokrasi. <br /><br />Tahun 2014 adalah periode di mana generasi muda mengambil alih tampuk kepemimpinan di negeri ini. Karena itu, tahun ini adalah tahun pembuktian bagi generasi muda sekaligus tantangan untuk menunjukkan kontribusi riilnya sehingga kelak ketika eranya dimulai pelajaran yang dirasakan pada periode sekarang mampu menjadi modal bagi langkah-langkah strategis yang diambil berikutnya. Bukankah pada hakikatnya proses transisi demokrasi pun adalah sebuah perjalanan?<br /><br />Lantas pertanyaannya adalah: apakah bangsa ini dan generasi mudanya memiliki<br />kualitas leadership at the edge?
<br />
<br />
<br /><br /></div><div style="text-align: justify;"><script src="http://w.sharethis.com/button/sharethis.js#publisher=dc11a599-99c5-4cce-9f9a-584d9699c0a3&type=website&embeds=true&post_services=facebook%2Cdigg%2Cdelicious%2Cybuzz%2Ctwitter%2Cstumbleupon%2Creddit%2Ctechnorati%2Cmixx%2Cblogger%2Ctypepad%2Cwordpress%2Cgoogle_bmarks%2Cwindows_live%2Cmyspace%2Cfark%2Cbus_exchange%2Cpropeller%2Cnewsvine%2Clinkedin" type="text/javascript"></script><br /></div><div style="text-align: justify;"><script>function fbs_click() {u=location.href;t=document.title;window.open('http://www.facebook.com/sharer.php?u='+encodeURIComponent(u)+'&t='+encodeURIComponent(t),'sharer','toolbar=0,status=0,width=626,height=436');return false;}</script><style> html .fb_share_button { display: -moz-inline-block; display:inline-block; padding:1px 20px 0 5px; height:15px; border:1px solid #d8dfea; background:url(http://b.static.ak.fbcdn.net/images/share/facebook_share_icon.gif?8:26981) no-repeat top right; } html .fb_share_button:hover { color:#fff; border-color:#295582; background:#3b5998 url(http://b.static.ak.fbcdn.net/images/share/facebook_share_icon.gif?8:26981) no-repeat top right; text-decoration:none; } </style> <a class="fb_share_button" href="http://www.facebook.com/share.php?u=%3Curl%3E" onclick="return fbs_click()" type="text/javascript"></script><br /></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6782725523690767315.post-38088500579448068522009-11-10T22:54:00.000-08:002009-11-21T22:26:09.976-08:00APAKAH AGAMA ITU SAMA<div style="text-align: center;"><b>ADA YANG BERPENDAPAT BAHWA AGAMA ITU SAMA TAPI JUGA ADA YANG BERPENDAPAT BAHWA AGAMA ITU TIDAK SAMA </b><br /></div><div style="text-align: center;"><b><br /></b><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>1. Apakah Semua Agama Itu Sama ?</b><br /></div><div style="text-align: justify;">Di tanah air kita Indonesia ini terdapat sesuatu pendapat yang tersebar luas meskipun tidak merata. Pendapat itu menyatakan, bahwa semua agama itu sama; tujuan agama-agama itu sama, yaitu mendorong kita untuk melakukan yang baik dan menghindari kejahatan, serta berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Kuasa. Hanya caranya berlainan. Orang Islam pada hari Jum'at pergi ke Mesjid, orang Kristen pada hari Ahad ke Gereja, sedangkan orang Hindu memuja di suatu candi, atau di tempat yang sunyi jauh dari tempat-tempat yang ramai melakukan meditasi.<br /></div><div class="fullpost" style="text-align: justify;">Ada cara lain untuk memberikan gambaran bahwa agama-agama itu sama. Karena pentingnya persoalan "Apakah semua agama itu sama", dan mengenai soal ini pernah ditulis sebuah buku oleh seorang missionaris Dr. J. Verkuyl. <br />Seorang pembicara mengatakan: "Tiap-tiap agama saya pandang sebagai mazhah dari agama yang satu itu. Saya sendiri tidak mau menganut sesuatu agama, melainkan hanya agama yang satu itu, yaitu agama yang setiap waktu dan dimana-mana tempat dipercaya oleh segala manusia. agama yang abadi, agama yang timbul dalam hati sanubari manusia".<br />Dan seandainya kita tanyakan kepada orang itu, apakah yang dimaksudkannya dengan agama sedemikian itu, maka ia akan menjawab: Allah, kebajikan dan kehidupan kekal.<br />Pada awal abad ini banyak orang yang berpendapat, bahwa masa sinkretisme telah lampau, tetapi keanehan zaman dalam mana kita hidup sekarang ialah, bahwa sinkretisme itu timbul kembali dalam berbagai-bagai bentuk. Sebab-musababnya timbul berlainan dari dahulu. Dalam bentuk yang lama dan baru baik di Timur maupun di Barat.<br />Salalu seorang juru bicara sinkretisme yang besar di Asia sekarang ini ialah Radhakrisnan, bekas presiden India. Radhakris-nan ini adalah seorang yang mempunyai pengetahuan yang dalam tentang agama Hindu, sedang di samping itu ia faham benar tentang humanisme Barat. Ia mencoba menyatukan agama Hindu dengan humanisme. Dalam hubungan ini ia antara lain telah menulis "The Hindu view of life" dan "Eastern Religions and Western Thought", "An Idealist view of Life".<br />Pokok yang paling disukainya ialah; "Sarvaagama praama-nya", artinya "kebenaran dan kewibawaan dari segata agama".<br />Dan yang dimaksudkan ialah bahwa semua agama adalah, pada hakekatnya sama saja. Sebagai usaha untuk menyebarkan ajaran itu maka ia menganjurkan kepentingan suatu parlemen agama-agama yang baru baik di Timur maupun di Barat. Ia menginginkan diadakannya suatu parlemen agama-agama dalam rangka PBB yang bertolak dari persamaan dalam hakekat dari segala agama-agama. Baik di Timur maupun di Barat gagasan yang dilancarkannya ini memperoleh sokongan yang besar. Ini gampang dimengerti, karena gagasan itu memang serupa seperti suatu impian yang indah. <br /><br /><b>2. Apakah Semua Agama Itu Tidak Sama ?</b><br />Jika kita, alihkan perhatian kita dan soal-soal kemasyarakatan kepada soal-soal ketuhanan atau teologi, maka kita akan menemukan perbedaan yang sangat besar.<br />Dalam agama Islam, rukun Islam yang pertama adalah membaca syahadat yang berbunyi: "Asyhadu an la ilaha ilia Allah wa asyhadu anna Muhammadan rasulullah" yang berarti "Aku percaya menyaksikan bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad adalah utusan Allah".<br />Dalam Al-Qur-an ada suatu surat pendek yang sangat terkenal dan dihafal oleh setiap orang Islam, yaitu surat Ikhlas yang artinya: "Katakanlah, hai Muhammad, bahwa Tuhan itu ialah Allah yang Maha Esa, la adalah Zat yang kepadaNya kita semua memohon, la tidak melahirkan dan la tidak dilahirkan dan tidda sesuatu pun yang dapat menyamaiNya".<br />Dengan kalimat syahadat dan surat Ikhlas tadi, rasa Tauhid atau mengesakan Tuhan mendapat penegasan yang terang dalam Islam.<br />Sebaliknya dalam agama Kristen sebagaimana yang di-ajarkan oleh Gereja, Allah merupakan Trinitas yaitu Allah Bapak, Allah Anak dan Ruhul Kudus. Walaupun pengikut agama Kristen dan Katolik selalu mengatakan agamanya adalah monoteis (agama Tauhid yang hanya menyembah satu Tuhan), tetapi soal Trinitas ini, tetap merupakan akidah atau keyakinan orang Masehi. Mereka tidak memberikan keterangan yang mudah dimengerti dan selalu mengatakan bahwa hal tersebut adalah misteri atau rahasia yang manusia tidak akan dapat memahaminya. Dalam hal ini perlu dikatakan bahwa dalam agama Masehi ada suatu sekte yang terang-terang mengatakan bahwa Tuhan itu satu dan menolak keyakinan tentang Trinitas. Mereka itu disebut ”unitarian".<br />Dari contoh-contoh tersebut di atas kita dapat menarik kesimpulan, bahwa agama-agama itu tidak sama, bahkan ada yang bertentangan satu dengan lainnya.<br />Jika kita menengok kepada sejarah, akan kita dapatkan peperangan-peperangan yang terus-menerus antara agama-agama.<br />Di antara peperangan agama, yang sangat masyhur, sangat besar dan sangat lama adalah Perang Salib. Dalam bahasa Inggris disebut "The Crusades". Perang Salib merupakan rangkaian peperangan yang berlangsung dan abad 11 sampai abad 13, dalam 8 gelombang. Perang tersebut dilancarkan oleh orang-orang Eropa beragama Kristen terhadap orang Islam di Timur Tengah, ketika Palestina, yang di dalamnya terletak tempat-tempat suci Kristen, dikuasai oleh bangsa Turki Seljouk.<br /><i><b><br /></b></i><br /><i><b>3. Bagaimana Sejarah Munculnya Agama Hindu, Budha, Kristen atau Nasrani</b></i><br /><b>a. Agama Hindu</b><br />Tersebut dalam bukunya Dr. Harun Hadiwiyoho, Rektor Sekolah Tinggi Theolpgia "Duta Watjana" di Yogyakarta, sebagai berikut:<br />"Sebenarnya agama Hindu itu bukan agama dalam arti yang biasa. Agama Hindu sebenarnya adalah suatu bidang keagamaan dan kebudayaan, yang meliputi zaman sejak kira-kira 1500 S.M. hingga zaman sekarang. Dalam perjalanannya sepanjang abad-abad itu, agama Hindu berkembang sambil berubah dan terbagi-bagi, sehingga agama ini memiliki ciri-ciri yang bermacam-macam, yang oleh penganutnya kadang-kadang diutamakan, tetapi kadang-kadang tidak diindahkan sama sekali. Berhubung dengan itu, maka Gorinda Das mengatakan bahwa agama Hindu itu sesungguh-nya adalah suatu proses antropologis, yang hanya karena nasib yang ironis saja diberi nama agama.<br />"Dengan berpangkal kepada weda-weda yang mengandung adat istiadat dan gagasan-gagasan.salah satu atau beberapa suku bangsa, agama Hindu sudah berguling-guling terus sepanjang abad hingga kini, sebagai suatu bola salju makin lama makin besar, karena menyerap semua adat-istiadat dan gagasan-gagasan bangsa-bangsa, yang menjumpainya di dalam dirinya. Tak ada satupun yang ditolak. la meliputi segala sesuatu dan menyesuaikan diri dengan segala sesuatu. <br />Menurut para sarjana yang mempelajari sejarah agama Hindu, Sejarah tersebut dapat dibagi sebagai berikut :<br />I. Zaman Weda (Kitab Weda, ajaran). Periode ini dimulai sejak masuknya agama Aria di Punjab sampai waktu muncul-nya agama Buddha pada kira-kira tahun 500 S.M.<br />Zaman Weda ini dibagi dalam 3 periode :<br />a) Zaman Weda Purba dari 1500 S.M. sampai 1000 S.M. <br />b) Zaman Brahman, mulai ± tahun 1000 S.M. sampai A, 750 S.M.<br />c) Zaman Upanisnad dari 750 S.M. sampai 500 S.M.<br /><br />II. Zaman agama Buddha, ya'ni mulai 500 S.M. sampai 300 S.M. Pada zaman ini timbullah agama Buddha dan akibatnya agama Hindu mengalami perobahan.<br /><br />III. Zaman agama Hindu, seperti yang dikenal sekarang, dimulai pada 300 S.M. sampai sekarang.<br />Pada zaman Weda Purba, manusia percaya akan adanya alam lain di samping Dunia ini, di mana "Para Dewa (yang baik) berada disamping Para Rokh jahat". Kitab Rig Weda (Weda puji-pujian) menyebutkan adanya 3 dewa, dewa langit, dewa bumi dan dewa angkasa. <br /><br /><b>b. Agama Budha</b><br />Agama Budha dinisbahkan kepada Buddha, yaitu julukan bagi Pangeran Sidarta, pendiri agama tersebut. Sidarta dilahirkan pada pertengahan abad 6 S.M. dari kalangan ningrat, Gautama, dari.kasta Ksatria. Bapaknya adalah seorang raja, kepala suku Sakya di India Utara, 100. mil dari Benares, di kaki gunung Himalaya. Sidarta kawin sebelum umur 20 tahun dengan putri seorang raja yang berdekatan daerahnya, kemudian dapat anak seorang putra. Tetapi kemudian Sidarta meninggalkan istana untuk mencari jalan mengatasi penderitaan dan kejahatan yang ia lihat di sekelilingnya dan untuk mengungkap arti kehidupan manusia la memakai jubah kuning sebagai yang dipakai para biksu dan menuju ke pegunungan Rajagaha dimana ia menemui dua orang Brahman yang hidup dalam gua. la belajar dari mereka, tetapi yang didapatkan hanya rasa mistik yang subyektif alam Sunyi (realm-of nothingness) sebagai puncak dan hasil hidup bermeditasi. Karena tidak puas dengan hasil tersebut, maka ia menuju ke hutan-hutan di Uruvela. Disana selama enam tahun ia mempraktekkan hidup yang sederhana sekali, sehingga ia bersama dengan lima orang pengikutnya sudah menjadi tulang dan kulit semata-mata. Tetapi walaupun begitu ia tidak dapat menjumpai jalan "enlightment", Akhirnya karena ia yakin bahwa jalan yang ia tempuh itu keliru, maka ia meninggalkan pengikut-pengikutnya dan kemudian menempuh jalan tengah, yakni kehidupan, antara kesederhanaan dalam disiplin yang amat keras dan hidup secara mewah. <br />Buddha berangkat sebagai seorang biksu pengemis menuju Magadha dan berhenti disuatu hutan, yang indah yang sekarang dinamakan, Budhgaya dimana didirikan orang Gandi Mahabodhi.<br />Di tempat tersebuit Sidarta. duduk secara yoga di bawah sebuah pohon bodhi dekat suatu sungai yang mengalir jernih. Disana ia merenungkan kegagalan-kegagalannya yang lalu dan akhirnya mendapatkan maksudnya, yaitu pengalaman emansipasi selama 7 hari.<br />Sidarta mendapat keyakinan bahwa sebab segala penderitaan adalah keinginan (tanha) dan keinginan itu timbul karena kehendak untuk hidup dan untuk mimiliki. <br /><br /><b>c. Agama Kristen atau Nasrani</b><br />Dalam <b>Al-Quran</b> disebutkan bahwa Nabi Zakaria yang sudah lanjut usianya memohon kepada Tuhan agar dikarunia anak, permohonan itu dikabulkan dan akhirnya lahirlah Yahya. Zakaria ini adalah paman Siti Maryam ibu Nabi Isa, dan yang memelihara-nya, ia selalu melihat makanan di tempat Maryam, padahal ia tahu tak ada orang yang memberinya, ia bertanya kepada Maryam, dari mana ia memperoleh makanan tersebut. Maryam menjawab: Itu datang dan Tuhan. Hikayat ini menunjukkan betapa dekat hubungan antara keluarga Nabi Isa dan keluarga Nabi Yahya. Siti Maryam telah melahirkan Nabi Isa, walaupun ia perawan. Hikayat kelahiran Nabi Isa ini sangat masyhur, banyak disebut dalam Al Qur-an antara lain dalam Surat Maryam. <br />Ketika Nabi Isa sudah berumur ±30 tahun, ia berjumpa dengan Yahya, yang kemudian membaptiskannya secara kaum Essenes. Ia mengatakan bahwa Isa jauh lebih utama dari padanya. Yahya merasa dirinya tidak senilai dengan sepatu Nabi Isa.<br />Kehidupan Nabi Isa dari lahirnya sampai umur 30 tahun tidak banyak diketahui orang, sebab ke-empat Injil hanya memberitakan kejadian-kejadian selama kira-kira tiga tahun, yaitu ketika Nabi Isa melakukan tugasnya sebagai Nabi sampai peristiwa penyaliban. Tetapi ada dugaan keras, bahwa ia mengikuti pekerjaan suami ibunya, Yusuf, yang disebut sebagai tukang kayu atau tukang batu.(bhs. Yunani: "tekton").<br />Sejarah lahirnya tidak diketahui dengan pasti. Menurut Marcello Craven, dalam bukunya "The Life of Jesus", maka sampai abad 4, hari lahir Nabi Isa diperingati pada tanggal Maret 28, April 18 atau Mei 29, menurut kepercayaan masing-masing. Kemudian diperbarui menjadi 6 Januari, dengan dihitung 30 tahun kebelakang dari tanggal penyaliban. Akan tetapi di Eropa Barat orang menyesuaikan hari lahir Nabi Isa. dengan suasana keagamaan disana. sehingga hari lahir Nabi Isa jatuh pada tanggal 25 Desember, yang semula merupakan Dies Natalis Solis Invieti (hari lahir matahari yang jaya).<br />Di samping jasanya menyiarkan agama Kristen diantara umat Yahudi perantauan, ia menarik orang-orang yang bukan Yahudi, karena mereka itu banyak dan diharapkan. Ia tidak lagi menganggap bahwa khitan itu perlu bagi umat Kristen. Paulus yang mengetahui filsafat, memberikan tafsiran tentang Trinitas sebagai berikut: Oleh karena manusia pertama (Adam) itu berdosa, maka, seluruh manusia itu membawa dosa asli dan akan masuk neraka. Untuk menyelamatkan manusia, Tuhan telah menjelma menjadi manusia (Isa) yang kemudian mengorbankan dirinya menebus dosa manusia. <br />Selama 3 abad setelah Nabi Isa tak ada lagi, umat Kristen sangat berpegangan kepada kenang-kenangan tentang Nabi Isa, dan oleh karena itu dalam sejarah mereka dinamakan Masehi, artinya penganut setia kepada Al Masih (Kristus), yang diusap dengan minyak kasturi; mereka itu dianggap sebagai orang yang tidak setia kepada Kerajaan Romawi, dicari-cari, jika terdapat disiksa dan dibunuh. Bahkan ada kaisar-kaisar Romawi yang suka menjadikan orang-orang Kristen sebagai makanan singa di Coliseum (arena pertarungan antara gladiator di Roma dahulu). Tetapi pada tahun 311 Kaisar Constantin mengeluarkan dekrit toleransi, yang berarti bahwa agama Kristen diberi hak hidup di Kerajaan Romawi.<br />Dalam masa toleransi orang-orang Masehi mengatur diri mereka dalam kelompok-keldmpok yang disebut gereja. Mereka itu dipimpin oleh seorang ketua (presbyter) dan penilik (episco¬pal). Para penilik berada di bawah pembesar (Patriach) yang berkedudukan di Konstantinopel (Ibu kota Kerajaan Romawi Timur), Antioch (kota di Turki Tenggara), Alexandria (Mesir), dan Roma Gbukota Kerajaan Romawi bagian Barat).<br /><br /><br /><b>4. Bagaimana Konsep Ketuhanan Agama Hindu, Budha dan Kristen</b><br /><i><b>a. Agama Hidu</b></i><br />Agama Hindu merupakan agama tertua di dunia dan rentang sejarahnya yang panjang menunjukkan bahwa agama Hindu telah melewati segala paham ketuhanan yang pernah ada di dunia.[9] Menurut penelitian yang dilakukan oleh para sarjana, dalam tubuh Agama Hindu terdapat beberapa konsep ketuhanan, antara lain henoteisme, panteisme, monisme, monoteisme, politeisme, dan bahkan ateisme. Konsep ketuhanan yang paling banyak dipakai adalah monoteisme (terutama dalam Weda, Agama Hindu Dharma dan Adwaita Wedanta), sedangkan konsep lainnya (ateisme, panteisme, henoteisme, monisme, politeisme) kurang diketahui. Sebenarnya konsep ketuhanan yang jamak tidak diakui oleh umat Hindu pada umumnya karena berdasarkan pengamatan para sarjana yang meneliti agama Hindu tidak secara menyeluruh.<br /><br /><i><b>b. Agam Budha</b></i><br />Konsep ketuhanan dalam agama Buddha berbeda dengan konsep dalam agama Samawi dimana alam semesta diciptakan oleh Tuhan dan tujuan akhir dari hidup manusia adalah kembali ke surga ciptaan Tuhan yang kekal.<br />Ketahuilah para Bhikkhu bahwa ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Duhai para Bhikkhu, apabila Tidak ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan, Yang Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para Bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.<br />Ungkapan di atas adalah pernyataan dari Sang Buddha yang terdapat dalam Sutta Pitaka, Udana VIII : 3, yang merupakan konsep Ketuhanan Yang Mahaesa dalam agama Buddha. Ketuhanan Yang Mahaesa dalam bahasa Pali adalah Atthi Ajatang Abhutang Akatang Asamkhatang yang artinya "Suatu Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Dijelmakan, Tidak Diciptakan dan Yang Mutlak". Dalam hal ini, Ketuhanan Yang Maha Esa adalah suatu yang tanpa aku (anatta), yang tidak dapat dipersonifikasikan dan yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk apa pun. Tetapi dengan adanya Yang Mutlak, yang tidak berkondisi (asamkhata) maka manusia yang berkondisi (samkhata) dapat mencapai kebebasan dari lingkaran kehidupan (samsara) dengan cara bermeditasi.<br />Dengan membaca konsep Ketuhanan Yang Mahaesa ini, kita dapat melihat bahwa konsep Ketuhanan dalam agama Buddha adalah berlainan dengan konsep Ketuhanan yang diyakini oleh agama-agama lain. Perbedaan konsep tentang Ketuhanan ini perlu ditekankan di sini, sebab masih banyak umat Buddha yang mencampur-adukkan konsep Ketuhanan menurut agama Buddha dengan konsep Ketuhanan menurut agama-agama lain sehingga banyak umat Buddha yang menganggap bahwa konsep Ketuhanan dalam agama Buddha adalah sama dengan konsep Ketuhanan dalam agama-agama lain.<br />Bila kita mempelajari ajaran agama Buddha seperti yang terdapat dalam kitab suci Tripitaka, maka bukan hanya konsep Ketuhanan yang berbeda dengan konsep Ketuhanan dalam agama lain, tetapi banyak konsep lain yang tidak sama pula. Konsep-konsep agama Buddha yang berlainan dengan konsep-konsep dari agama lain antara lain adalah konsep-konsep tentang alam semesta, terbentuknya Bumi dan manusia, kehidupan manusia di alam semesta, kiamat dan Keselamatan atau Kebebasan.<br />Di dalam agama Buddha tujuan akhir hidup manusia adalah mencapai kebuddhaan (anuttara samyak sambodhi) atau pencerahan sejati dimana roh manusia tidak perlu lagi mengalami proses tumimbal lahir. Untuk mencapai itu pertolongan dan bantuan pihak lain tidak ada pengaruhnya. Tidak ada dewa - dewi yang dapat membantu, hanya dengan usaha sendirilah kebuddhaan dapat dicapai. Buddha hanya merupakan contoh, juru pandu, dan guru bagi makhluk yang perlu melalui jalan mereka sendiri, mencapai pencerahan rohani, dan melihat kebenaran & realitas sebenar-benarnya.<br /><br /><i><b>c. Agama Kristen/Nasrani</b></i><br />Agama Nashrani atau yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan agama Kristen adalah salah satu agama yang mengaku-aku monotheis-me, namun dalam kenyataannya ajaran Kristen adalah polytheisme, yaitu ketika kita melihat konsep aqidah mereka yang dikenal dengan Trinitas atau Tritunggal.<br />Nashrani berasal dari kata Nazharet yaitu tempat kelahiran Nabi ‘Isa?. <br />Sedangkan kata Kristen berasal dari Kristus “ Juru Selamat “ yang merupakan sebutan yang dikarang secara dusta oleh Saulus dan para pengikutnya.<br />Agama Kristen telah terpecah jadi puluhan agama baru, dari yang sifatnya besar dan mendunia hingga yang lokal dan kurang populer. Setiap agama pecahannya pasti mengkafirkan agama pecahan yang lainnya pula. Dan secara umum, agama Kristen terbagi menjadi tiga agama baru, yang masing-masing memiliki gereja dan tokoh agama sendiri-sendiri. Ketiga agama terbesar dari lingkup agama Kristen ini yaitu : Katholik, Or todox dan Protestan. Meskipun mereka berbeda dalam tempat ibadah dan pimpinan spiritualnya, bahkan dalam injilnya, namun mereka semua sepakat dengan prinsip ajaran trinitas atau tritunggal.<br /><br /><b>5. Sebutkan Sumber-sumber Penilaian Kitab Injil Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru?</b><br /><i><b>a. Sumber-sumber Perjanjian Lama ada tiga:</b></i><br />1. Sumber yang disebutkan. (specified).<br />Sebagai contoh: Dalam kitab Keluaran XXIV:4,7) dise¬butkan: Kitab Perjanjian (Book of the Convenant) yang diterima oleh. Nabi Musa dari Tuhan di gunung. Sinai. Buku itu merupakan sepotong batu yang ditulis pada dua wajahnya, kemudian diletakkan dalam suatu tempat khusus.<br />2. Yang diketemukan jejaknya sampai asalnya (traced), ya'ni dengan dibandingkan dengan tulisan-tulisan kuno dari Babylon, Mesir, Assyria, dan lain-lain. <br />3. Yang didapatkan lewat penyimpulan (inferred). Infe¬rence dilakukan berhubung dengan adanya bermacam-macam anakronisme (kesalahan-kesalahan dalam menghitung dan menetapkan tanggal), kejadian yang disebut berulang-ulang dalam bentuk berlainan, atau kontradiksi, perbedaan dalam satu fasal mengenai susunan kata (style), atau sifat (quality) atau tabi'at, dan bukti bahwa ada suatu pengarahan untuk memilih bahan huku tersebut.<br /><br /><b>b. Perjanjian Baru</b><br />1. Diperlukan beberapa abad sebelum terdapat kepastian: Apakah yang dianggap bagian Perjanjian Baru, karena pada permulaan propaganda dilakukan secara lisan dan berbeda-beda menurut tempat. Dan oleh karena tak ada kekuasaan tertentu yang menangani, maka banyak sekali manuskrip-manuskrip muncul dalam bentuk yang berbeda-beda. <br />2. Bahasa Perjanjian Baru adalah Yunani, tetapi bahasa Yunani sendiri mengenai tiga macam: bahasa Yunani Tinggi, bahasa Yunani Pasar (koine) dan Yunaninya orang asing.<br />3. Penterjemahan Perjaniian Baru secara sungguh-sungguh baru dimulai pada permulaan abad 20 oleh seorang sarjana Jennan, Adolf Deissmann.<br />4. Sejarah menunjukkan bahwa mula-mula yang ada hanyalah bahan-bahan "karya perorangan, seperti Injil Mateus, Mar-kus dan lain-lain, Periode kedua merupakan periode dalam mana 4 Injil dan surat-surat Paulus dikumpulkan menjadi satu. Periode ketiga adalah periode dimana lain-lain isi Perianjian Baru dimasukkan. Periode ke-3 ini diperkirakan pada permulaan abad ke-3, oleh karena itu, naskah-naskah yang ada berasal dari akhir abad ke-3, dan kebanyakan dari abad 4 atau 5.<br />5. Tak ada bagian Perianjian Baru yang ditulis di Paisstina; semuanya, kecuali surat-surat Paulus, ditulis sesudah tahun 70 M, ya'ni setelah jatuhnya Jerusalem digempur oleh Kerajaan Romawi.<br />6. Injil Markus adalah yang tertua, menjadi sumber bagi Mateus dan Lukas. Injil Yahya merupakan Injil terakhir dan memuat teologia. Sebetulnya, disamping empat Injil tersebut masih ada Injil-Injil lain, seperti Injil Ibrani, Injil Petrus: (yang mengingkari pensaliban), Injil orang-orang Mesir, dan lain-lain.<br /><br /><b>6. Uraikan Latar Belakang Sejarah Munculnya Konsep Ketuhanan Trinitas! Dan apa Trinitas itu? </b><br />Konsili Nicae diadakan untuk menyikapi terhadap banyaknya konsep-konsep ketuhanan yang muncul dikalangan umat kristen. Ada yang beranggapan, bahwa antara Allah dan Yesus adalah sezat dan sehakikat. Jadi, Yesus ialah Allah itu sendiri. Ada juga yang beranggapan, bahwa Yesus itu tidak sehakikat dengan Allah. Allah adalah Khalik, sedang Yesus adalah mahluk. Faham ini dipelopori oleh Arius, seorang Presbiter yang hidup dan mengajar di Alexandria, Mesir. Faham ini disebut Arianisme. Sedang pengikutnya disebut Arian.<br />Perbedaan-perbedaan ini dianggap sudah melampaui batas yang membahayakan terhadap stabilitas kekaisaran. Sehingga Kaisar Konstantin I perlu mengumpulkan tokoh-tokoh agama yang sedang bertikai kedalam suatu sinode (muktamar) agung. Sinode atau konsili itu diselenggarakan langsung oleh Kaisar di kota Nicea dan dipimpin oleh Uskup Alexander dari Alexandria.<br />Keputusan dalam sinode itu ditentukan oleh Kaisar. Padahal, perlu diketahui, bahwa sang Kaisar adalah seorang muallaf yang baru saja memeluk Kristen setelah meninggalkan agama lamanya, agama Romawi kuno yang menyembah matahari dan bintang. Dalam agama Romawi terdapat suatu keyakinan adanya tiga dewa utama yang tunggal, sebagaimana keyakinan dalam agama Hindu, ada Trimurti yang terdiri dari Brahma, Syiwa dan Wisnu.<br />Sekurang-kurangnya, keyakinannya terhadap trinitas kunonya masih membekas dalam hatinya. Sehingga dari pendapat-pendapat yang masuk ke dalam sidang, yang direstui oleh Kaisar tentu yang sependapat dengan Kaisar, yaitu yang meyakini terhadap Trinitas, tiga perwujudan Tuhan. Dan akhirnya, inilah yang menjadi keyakinan resmi yang berlaku hingga sekarang atau yang disebut dengan “Pengakuan Iman Nicea”. Nasib Arianisme sendiri dibekukan dan semua buku-buku yang mengajarkan Arianisme dibakar. <br />Begitulah ringkasan sejarah lahirnya Trinitas yang menjadi keyakinan utama umat Kristen hingga sekarang. Kalau kita cermati dari uraian di atas, maka dapat kita tarik beberapa kesimpulan:<br />1. Yesus diangkat sebagai tuhan oleh suatu muktamar, tiga abad setelah Yesus tiada.<br />2. Konsep Trinitas lahir tiga abad sesudah Yesus tiada.<br />3. Adanya unsur pemberhalaan dalam konsep ketuhanannya.<br /><br />Yesus didaulat sebagai tuhan oleh suatu muktamar. Dalam asas legalitas, cara seperti ini tidak bisa diterima. Pemikiran yang sederhana saja, siapakah yang berwenang melantik Ketua RW. Tentu jawabnya:”Lurah.” karena kedudukan Lurah lebih tinggi dari pada Ketua RW. Sekarang, apa yang terjadi, kalau Ketua RW dilantik oleh Ketua RT, sekalipun mereka beramai-ramai. Tentu pelantikannya, batal. Lalu bagaimana dengan Yesus yang dilantik oleh manusia? Tentu ketuhanannya batal. <br />Konsep Trinitas lahir tiga abad sesudah Yesus tiada. Trinitas, semasa hidup Yesus samasekali tidak dikenal. Kalau ternyata jauh di kemudian hari, Trinitas menjadi suatu keyakinan yang paling pokok, bukankah ini suatu penyimpangan besar dari ajaran murni yang disampaikan oleh Yesus, dalam agama Kristen disebut bidat, dalam agama Islam bid’ah. Padahal semua bentuk bidat adalah sesat. Jadi, agama Kristen adalah agama yang sesat.<br />Konsep Trinitas meniru konsep ketuhanan agama paganisme (penyembah berhala). Ini berbeda sekali dengan konsep Tauhid yang diajarkan Yesus. Kalau Yesus dan Roh Kudus berdiri dalam jajaran ketuhanan bersama Allah, ini namanya pemberhalaan. Jelas ini penyimpangan dari ajaran Tauhid yang diajarkan oleh Abraham (Ibrahim as).<br /><br /><b>7. Bagaimana tanggapan saudara terhadap Ketuhanan Trinitas?</b><br /><i><b>a. Baikkah?</b></i><br />Trinitas adalah suatu identitas iman orang khatolik akan tuhannya yang esa bagi orang awam. pandangan tersabut terlihat aneh, Trinitas itu seperti gelombang cahaya, gelombang dan partikel memiliki dua sifat yang berbeda jika ditinjau secara personal, cahaya dapat dipandang baik sebagai partikel maupun sebagai gelombang, tapi gelombang dan pertikel memiliki sifat yang berbeda dan berlawanan tetapi itu lah yang membentuk cahaya. Ibaratnya seseorang dengan mata tertutup memegang kaki seekor gajah, ia mengatakan kalo itu adalah batang pohon lalu memegang belalainya dan mengatakan itu adalah ular padahal keduanya adalah satu bagian yang sama begitu pula Trinitas tiga pribadi, satu kesatuan tunggal<br /><br /><i><b>b. Benarkah?</b></i><br /><b>“Di Luar Jangkauan Akal Manusia”</b><br />Kebingungan ini tersebar luas. The Encyclopedia Americana mengatakan bahwa Tritunggal dianggap “di luar jangkauan akal manusia.”<br />Banyak orang yang menerima Tritunggal menganggapnya demikian. Monsignor Eugene Clark berkata: “Allah itu satu, dan Allah itu tiga. Karena tidak ada ciptaan yang seperti ini, kita tidak dapat mengertinya, tetapi menerimanya saja.”<br />Kardinal John O’Connor berkata: “Kami tahu ini suatu misteri yang sangat dalam, yang sama sekali tidak kita mengerti.” Dan Paus Yohanes Paulus II berkata mengenai “misteri yang tidak dapat dimengerti tentang Allah Tritunggal.” Jadi, A Dictionary of Religious Knowledge berkata: “Tepatnya apa doktrin itu, atau bagaimana hal itu harus dijelaskan, para penganut Tritunggal pun tidak mencapai kata sepakat di antara mereka sendiri.”
<br />
<br /><br /></div><div style="text-align: justify;"><script src="http://w.sharethis.com/button/sharethis.js#publisher=dc11a599-99c5-4cce-9f9a-584d9699c0a3&type=website&embeds=true&post_services=facebook%2Cdigg%2Cdelicious%2Cybuzz%2Ctwitter%2Cstumbleupon%2Creddit%2Ctechnorati%2Cmixx%2Cblogger%2Ctypepad%2Cwordpress%2Cgoogle_bmarks%2Cwindows_live%2Cmyspace%2Cfark%2Cbus_exchange%2Cpropeller%2Cnewsvine%2Clinkedin" type="text/javascript"></script><br /></div><div style="text-align: justify;"><script>function fbs_click() {u=location.href;t=document.title;window.open('http://www.facebook.com/sharer.php?u='+encodeURIComponent(u)+'&t='+encodeURIComponent(t),'sharer','toolbar=0,status=0,width=626,height=436');return false;}</script><style> html .fb_share_button { display: -moz-inline-block; display:inline-block; padding:1px 20px 0 5px; height:15px; border:1px solid #d8dfea; background:url(http://b.static.ak.fbcdn.net/images/share/facebook_share_icon.gif?8:26981) no-repeat top right; } html .fb_share_button:hover { color:#fff; border-color:#295582; background:#3b5998 url(http://b.static.ak.fbcdn.net/images/share/facebook_share_icon.gif?8:26981) no-repeat top right; text-decoration:none; } </style> <a class="fb_share_button" href="http://www.facebook.com/share.php?u=%3Curl%3E" onclick="return fbs_click()" style="text-decoration: none;" target="_blank">Share</a><br /></div><div style="text-align: justify;">Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6782725523690767315.post-79503816913172707932009-11-10T22:03:00.000-08:002009-11-21T02:14:22.249-08:00faktor Masyarakat Menggunakan ASKES<div style="text-align: center;"><b>Latar Belakang Faktor-faktor Masyarakat Menggunakan ASKES</b><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><i><b>A. Latar Belakang</b></i><br /></div><div style="text-align: justify;">Asuransi kesehatan adalah sebuah jenis produk asuransi yang secara khusus menjamin biaya kesehatan atau perawatan para anggota asuransi tersebut jika mereka jatuh sakit atau mengalami kecelakaan. Secara garis besar ada dua jenis perawatan yang ditawarkan perusahaan-perusahaan asuransi, yaitu rawat inap (in-patient treatment) dan rawat jalan (out-patient treatment). Asuransi adalah sebuah sistem untuk merendahkan kehilangan finansial dengan menyalurkan risiko kehilangan dari seseorang atau badan ke lainnya.<br /></div><div class="fullpost" style="text-align: justify;">Badan yang menyalurkan risiko disebut “tertanggung”, dan badan yang menerima resiko disebut “penanggung”. Perjanjian antara kedua badan ini disebut kebijakan: ini adalah sebuah kontrak legal yang menjelaskan setiap istilah dan kondisi yang dilindungi. Biaya yang dibayar oleh “tetanggung” kepada “penanggung” untuk risiko yang ditanggung disebut “premi”. Ini biasanya ditentukan oleh “penanggung” untuk dana yang bisa diklaim di masa depan, biaya administratif, dan keuntungan.<br />Asuransi dalam Undang-Undang No.2 Th 1992 tentang usaha perasuransian adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan<br />PT. Asuransi Kesehatan Indonesia atau juga dikenal dengan nama PT. Askes Indonesia (Persero) adalah merupakan Badan Usaha Milik Negara yang ditugaskan khusus oleh pemerintah untuk menyelenggarakan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun PNS dan TNI/POLRI, Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya dan Badan Usaha lainnya.<br /><br /><i><b>B. Sejarah Asuransi Kesehatan di Indonesia </b></i><br />Asuransi Kesehatan Di Indonesia dalam sejarah dan perkembangannya dapat dibahas melalui beberapa tahap atau periode :<br /><br /><b>1. Periode Kolonial</b><br />Beberapa orang menganggap asuransi sebagai suatu bentuk taruhan yang berlaku selama periode kebijakan. Perusahaan asuransi bertaruh bahwa properti pembeli tidak akan hilang ketika pembeli membayarkan uangnya. Perbedaan di biaya yang dibayar kepada perusahaan asuransi melawan dengan jumlah yang dapat mereka terima bila kecelakaan terjadi hampir sama dengan bila seseorang bertaruh di balap kuda .<br /><br /><i><b>2. Pasca Revolusi dan Orde Lama</b></i><br />Pada tahun 1960 pemerintah mencoba lagi untuk memperkenalkan konsep asuransi kesehatan dimana terdapat UU Pokok Kesehatan 1960 yang meminta pemerintah Indonesia mengembangkan ”Dana sakit” dengan tujuan untuk menyediakan akses pelayanan kesehatan untuk seluruh rakyat. Karena situasi yang masih belum kondusif maka UU tersebut belum bisa dilaksanakan. Tahun 1967, Menteri Tenaga Kerja mengeluarkan Surat Keputusan untuk mewujudkan amanat UU tersebut. Konsep yang digunakan mirip HMO (Health Maintenace Organization) atau JPKM (Jaringan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat) dimana Menteri menetapkan iuran 6% upah yang terdiri dari tanggungan majikan sebesar 5% dan 1% ditanggung oleh karyawan. Sayangnya SK Menteri tersebut tidak diwajibkan sehingga SK tersebut tidak berjalan sebagaimana mestinya.<br /><br /><i><b>3. Masa Orde Baru</b></i><br />Diawali tahun 1968 - Pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan yang secara jelas mengatur pemeliharaan kesehatan bagi Pegawai Negeri dan Penerima Pensiun (PNS dan ABRI) beserta anggota keluarganya berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 230 Tahun 1968. Menteri Kesehatan membentuk Badan Khusus di lingkungan Departemen Kesehatan RI yaitu Badan Penyelenggara Dana Pemeliharaan Kesehatan (BPDPK), dimana oleh Menteri Kesehatan RI pada waktu itu (Prof. Dr. G.A. Siwabessy) dinyatakan sebagai cikal bakal Asuransi Kesehatan Nasional. <br />Besaran premi yang ditentukan yaitu :<br />a. Kepres No. 122/1968 : 5% gaji pokok dan pensiunan pokok<br />b. Kepres No. 36/1969 : 5% gaji pokok dan pensiunan pokok<br />c. Kepres No. 22/1970 : 3,8% gaji pokok dan 5% pensiunan pokok<br />d. Kepres No. 56/1974 : 2,75% gaji pokok dan 5% pensiunan pokok<br />e. Kepres No. 7/1977 : 2% gaji pokok dan 5% pensiunan pokok<br />4. Masa Desentralisasi<br />Periode ini ditandai dengan kebijakan yang menggunakan dana kompensasi BBM dan dikeluarkannya Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Dalam UU SJSN, pemerintah menunjuk PT Askes sebagai pihak yang mengurusi jaminan pemeliharaan kesehatan bagi rakyat miskin. Dalam kebijakan pemerintah ini, timbul konflik antara pusat dan daerah akibat berbagai faktor.Komunikasi yang buruk antara pemerintah pusat dan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi menunjukkan bahwa belum dilakukan suatu pembinaan, pemberdayaan, dan pelatihan yang sistematis untuk staf Dinas Kesehatan Propinsi dan Kabupaten/Kota agar mampu menjalankan urusannya dalam konteks desentralisai. Kasus pengkajian UU SJSN di Mahkamah Agung timbul karena situasi saling curiga, komunikasi yang buruk mengenai masalah pembagian urusan. Di dalam kasus ini terkesan ada kompetisi mengenai pihak yang akan mengelola dana kompensasi yang akhirnya menimbulkan konflik.<br /><br /><i><b>C. Faktor Masyarakat Menggunakan Askes</b></i><br />Pembiayaan kesehatan merupakan faktor terpenting dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Di Indonesia pembiayaan kesehatan masih sangat kecil, 2,5% GDP atau 12 dolar AS/kapita/tahun dan menempati posisi terendah dibandingkan negara ASEAN lainnya. Adapun pembiayaan kesehatan didominasi pembiayaan yang berasal dari nonpemerintah 70%--75% yang sebagian besar merupakan pengeluaran langsung oleh masyarakat, 75% berupa out of pocket payment. Pengeluaran biaya kesehatan secara out of pocket ini tidak berarti mencerminkan adanya kemampuan masyarakat untuk membayar biaya kesehatan karena biasanya dapat dilakukan dengan kredit atau adanya kebersamaan keluarga menanggung biaya tersebut.<br />Sementara itu biaya pelayanan kesehatan semakin meningkat, antara lain karena perubahan demografi dengan bertambahnya umur harapan hidup sehingga meningkatkan jumlah penduduk usia lanjut. Akibatnya, terjadi peningkatan kasus penyakit degeneratif yang biasanya diderita penduduk usia lanjut dengan perawatan dan pengobatan seumur hidup.<br />Lalu, perubahan pola penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit degeneratif kronis misalnya penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan lain-lain. Penyakit-penyakit ini membutuhkan pengobatan dengan obat yang mahal dan jangka waktu yang lama atau seumur hidup.<br />Kemudian, peningkatan pengetahuan masyarakat sehingga meningkatkan need dan demand terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu. Masyarakat makin menuntut tersedianya fasilitas pelayanan yang baik dengan konsekuensi peningkatan sarana dan prasarana lebih baik, peralatan canggih yang pada akhirnya meningkatkan biaya pelayanan kesehatan.<br />Lalu, penyebaran dan peningkatan kemampuan sarana dan fasilitas serta tenaga kesehatan akibat kemajuan dalam dunia kedokteran. Penyebaran ini meningkatkan kasus yang dapat dilayani baik jenis maupun jumlahnya.<br />Adanya teknologi canggih bidang kedokteran sering dimanfaatkan tidak sesuai dengan indikasi medis. Sementera kenaikan biaya pelayanan kesehatan acap tidak diimbangi peningkatan pendapatan dan kemampuan seseorang untuk membayar sehingga dapat mengakibatkan turunnya aksesibilitas masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhannya. Karena tidak memperoleh pelayanan kesehatan, akan meningkatkan hilangnya waktu produktif akibat sakit yang berdampak pada turunnya tingkat pendapatan.<br />Perlu diketahui sakit adalah risiko yang dihadapi setiap orang yang tidak diketahui kapan dan seberapa besar terjadinya risiko tersebut. Sebab itu, perlu mengubah ketidakpastian tersebut menjadi suatu kepastian dengan memperoleh jaminan adanya pelayanan kesehatan pada saat risiko itu terjadi. Asuransi kesehatan atau jaminan pemeliharaan kesehatan adalah upaya untuk menciptakan suatu risk pooling, yaitu mengalihkan risiko pribadi menjadi risiko kelompok sehingga terjadi risk sharing. Makin besar jumlah peserta dalam kelompok makin meningkatkan kemampuan menjamin pemeliharaan kesehatan yang lebih luas (law of the large number).<br />Dalam UU Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan menyebutkan jaminan pemeliharaan kesehatan adalah suatu cara penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang paripurna berdasarkan asas usaha bersama dan kekeluargaan yang berkesinambungan dan dengan mutu yang terjamin serta pembiayaan yang dilaksanakan secara pra-upaya. Dengan demikian, jaminan pemeliharaan kesehatan atau asuransi kesehatan merupakan alternatif terbaik bagi masyarakat mengatasi pembiayaan kesehatannya dengan menerapkan asas gotong royong. Dalam hal ini terjadi risk sharing, yaitu risiko pribadi menjadi risiko kelompok dan adanya subsidi silang; peserta yang sehat membantu pembiayaan peserta yang sakit.<br /><br /><i><b>D. Prinsip Asuransi Kesehatan</b></i><br />Penyelenggaraan program asuransi kesehatan atau jaminan pemeliharaan kesehatan berdasarkan beberapa prinsip dasar sebagai berikut.<br />Asuransi kesehatan dilaksanakan dengan prinsip hukum bilangan besar atau law of the large number, yaitu mengumpulkan sebanyak mungkin jumlah peserta dalam satu badan usaha/kumpulan lain, yang ikut program tersebut. Dengan adanya kumpulan peserta dalam jumlah yang besar, dapat diperoleh beberapa keuntungan antara lain terjadi subsidi silang yang lebih bermakna, di mana yang sehat membantu yang sakit, yang mampu membantu yang kurang mampu. Dalam hal ini aspek gotong royong sangat ditonjolkan.<br />Lalu dapat ditetapkan premi yang rendah karena menggunakan community rating dengan mengabaikan faktor risiko perorangan (tidak dilakukan pemeriksaan awal sebelum masuk Askes).<br />Kemudian adanya jumlah peserta yang besar walaupun dengan premi yang relatif rendah, dapat mencakup jenis pelayanan kesehatan yang lebih luas atau benefit yang lebih besar.<br />Keikutsertaan PNS dan penerima pensiun wajib memenuhi persyaratan di atas sehingga dimungkinkan memperoleh cakupan pelayanan kesehatan yang luas.<br />Dalam penyelenggaraan asuransi kesehatan berbeda dengan asuransi jiwa karena asuransi kesehatan merupakan bentuk short-term insurance atau asuransi jangka pendek. Short-term insurance adalah dana yang dihimpun dari penerimaan premi peserta secara langsung atau dalam waktu singkat digunakan membiayai peserta yang menghadapi risiko sakit setiap harinya. Karena diperlukan bagi pembayaran biaya pelayanan kesehatan yang terus terjadi, dana yang dihimpun tidak boleh digunakan investasi jangka panjang demi mempertahankan likuiditas perusahaan. Sebab itu, premi yang dihitung secara tepat menjadi faktor penting mempertahankan kemampuan dalam membiayai pelayanan kesehatan.<br />Lalu dalam penyelenggaraan program jaminan pemeliharaan kesehatan, dilibatkan tiga pihak yang saling berhubungan secara interaktif, yaitu peserta sebagai pihak pembayar premi dan penerima jaminan pemeliharaan kesehatan. Kemudian memberi pelayanan kesehatan dalam hal ini meliputi puskesmas, dokter keluarga, rumah sakit, dan lain-lain sebagai pihak yang bekerja sama dengan PT Askes untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada peserta.<br />PT Askes sebagai pengelola program dan pengelola dana yang bertanggung jawab atas terjaminnya pemeliharaan kesehatan peserta. Ketiga pihak ini harus menjalankan hak dan kewajibannya masing-masing sehingga diperoleh hasil yang memuaskan semua pihak.<br />Adanya prinsip jaminan pemeliharaan kesehatan yang dilaksanakan PT Askes adalah prinsip managed care yaitu melaksanakan program jaminan pemeliharaan kesehatan yang menseimbangkan antara pelayanan kesehatan yang bermutu dan pembiayaan yang terkendali. Prinsip ini berdasarkan kenyataan biaya pelayanan kesehatan semakin meningkat secara tajam sementara tuntutan akan mutu pelayanan juga meningkat, sehingga tanpa adanya pengendalian terhadap biaya pelayanan kesehatan, tuntutan akan pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan yang bermutu tidak tercapai.<br />Adanya progam jaminan pemeliharaan kesehatan PT Askes dilaksanakan secara komprehensif menyangkut empat aspek pelayanan kesehatan, yaitu promotif (peningkatan kesehatan), preventif (pencegahan penyakit), kuratif (pengobatan penyakit), dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan). Pelayanan kesehatan juga mengacu pelayanan yang dilaksanakan berjenjang dengan mengoptimalkan pelayanan kesehatan pada setiap jenjang sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Bentuk pelayanan ini dikenal sebagai sistem rujukan yang menetapkan prosedur rujukan sebagai ketentuan yang harus diikuti semua peserta.<br />Di samping itu, ditetapkan pula prinsip pelayanan kesehatan disesuaikan dengan kebutuhan medis dan bukan keinginan peserta. Dengan adanya hal ini, pembiayaan pelayanan kesehatan tidak dibatasi berdasarkan jumlah hari atau biaya perawatan, tetapi berdasarkan kebutuhan medis dan sesuai dengan prosedur serta ketentuan yang berlaku.<br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><script src="http://w.sharethis.com/button/sharethis.js#publisher=dc11a599-99c5-4cce-9f9a-584d9699c0a3&type=website&embeds=true&post_services=facebook%2Cdigg%2Cdelicious%2Cybuzz%2Ctwitter%2Cstumbleupon%2Creddit%2Ctechnorati%2Cmixx%2Cblogger%2Ctypepad%2Cwordpress%2Cgoogle_bmarks%2Cwindows_live%2Cmyspace%2Cfark%2Cbus_exchange%2Cpropeller%2Cnewsvine%2Clinkedin" type="text/javascript"></script><br /></div><div style="text-align: justify;"><script>function fbs_click() {u=location.href;t=document.title;window.open('http://www.facebook.com/sharer.php?u='+encodeURIComponent(u)+'&t='+encodeURIComponent(t),'sharer','toolbar=0,status=0,width=626,height=436');return false;}</script><style> html .fb_share_button { display: -moz-inline-block; display:inline-block; padding:1px 20px 0 5px; height:15px; border:1px solid #d8dfea; background:url(http://b.static.ak.fbcdn.net/images/share/facebook_share_icon.gif?8:26981) no-repeat top right; } html .fb_share_button:hover { color:#fff; border-color:#295582; background:#3b5998 url(http://b.static.ak.fbcdn.net/images/share/facebook_share_icon.gif?8:26981) no-repeat top right; text-decoration:none; } </style> <a class="fb_share_button" href="http://www.facebook.com/share.php?u=%3Curl%3E" onclick="return fbs_click()" style="text-decoration: none;" target="_blank">Share</a><br /></div><div style="text-align: justify;"><script src="http://www.mypagerank.net/services/sbt/sbt.php" type="text/javascript"></script><br /></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6782725523690767315.post-35762883133238076152009-11-10T18:00:00.000-08:002009-11-21T02:14:22.261-08:00EKONOMI KERAKYATAN<div style="text-align: center;"><b>MEMBANGUN EKONOMI KERAKYATAN MELALUI </b><br /></div><div style="text-align: center;"><b>JARINGAN DAN KEMITRAAN</b><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Pengembangan usaha kecil, menengah dan koperasi (pelaku ekonomi kerakyatan); dipihak lain, usaha besar dan BUMN mempunyai hak sama untuk berusaha dan mengelola sumber daya alam. <br /></div><div style="text-align: justify;">Menciptakan kondisi ekonomi sehat, diharapkan pengusaha besar dan BUMN bermitra dengan pengusaha kecil, menengah dan koperasi. Melalui sistem jaringan maupun kemitraan diharapkan mampu menciptakan kondisi ekonomi yang sehat.<br /></div><div class="fullpost" style="text-align: justify;">Rupanya dari amanat konstitusi, paling tidak ada tiga unsur penting yang harus diperhatikan dalam kegiatan ekonomi nasional yaitu:<br />1. Menghindari terjadinya monopoli, pemusatan-pemusatan kekuatan ekonomi yang merugikan rakyat.<br />2. Melakukan deregulasi dan debirokratisasi yang terus-menerus di bidang ekonomi secara konskwen yang mendukung langkah kegiatan berkembangnya pengusaha kecil, menengah dan koperasi.<br />3. Mengembangkan dan meningkatkan kemampuan koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat agar semakin berakar dalam masyarakat, terutama di pedesaan.<br /><br />Ketiga unsur tersebut bertujuan membangun dan membentuk ciri-ciri ekonomi kerakyatan. Dan ekonomi kerakyatan dimaksud adalah kegiatan ekonomi yang memberikan kesempatan luas bagi masyarakat untuk ikut berpartisipasi. <br />Agar hal ini terwujud, kebijaksanaan pemerintah menjadi cukup penting. <br />Di pihak lain, dituntut pula semangat masyarakat untuk mewujudkan dan melaksanakan kebijaksanaan tersebut. Sehingga ekonomi kerakyatan diharapkan dapat terlaksana dan berkembang keberadaannya, menjadi pilar utama perekonomian nasional.<br /><br /><strike><b><br /></b></strike><br /><strike><b>Kemitraan dan Jaringan Usaha</b></strike><br />Kemitraan adalah kerjasama usaha antara usaha kecil, koperasi dengan usaha menengah dan atau dengan usaha besar maupun BUMN. Disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip-prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan.<br />Sedangkan jaringan usaha adalah bangun hubungan yang menggambarkan tali-temali kegiatan usaha dalam suatu perusahaan atau beberapa perusahaan dalam kegiatan usaha ekonomi (relatif kompleks ). <br />Atau kerja sama dari sedikitnya tiga perusahaan yang bersifat luwes guna mewujudkan persaingan yang sehat diantara mereka dalam mendapatkan peluang pasar yang baru.<br />Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah sebagai unsur dari pelaku ekonomi kerakyatan, disamping adanya BUMN dan Pengusaha Besar. Pelaku-pelaku tersebut pada kenyataannya di lapangan, relatif mengalami persaingan kurang sehat.<br />Apalagi dengan terbukanya ekonomi pasar bebas yang bertumpu pada kegiatan ekonomi global. Di mana akan terjadi ancaman serius terhadap usaha kecil dan menengah dalam dunia persaingan. <br />Apalagi bila pemerintah sudah tidak mampu atau tidak dibenarkan lagi, melakukan proteksi berupa kebijaksanaan sebagai tindakan perlindungan terhadap koperasi, usaha kecil dan menengah. <br />Persaingan sehat yang dimaksud adalah persaingan bersifat terbuka antar pelaku ekonomi dalam hal memperoleh kesempatan dan perlakuan sama dan adil dalam menghasilkan, menjual dan membeli suatu barang atau jasa sehingga tidak terjadi dominasi pasar yang merugikan masyarakat banyak.<br />Untuk mewujudkan persaingan sehat ini, usaha kecil, menengah perlu meningkatkan daya tawarnya agar mampu meningkatkan daya saingnya. <br />Melalui kemitraan dan jaringan usaha, baik koperasi, usaha kecil dan menengah diharapkan mampu bergabung dengan baik. Sekaligus menaikkan daya saingnya. <br />Usaha besar dan BUMN diharapkan mampu membentuk jaringan dan kemitraan dengan koperasi, usaha kecil dan menengah dengan menularkan berbagai kemampuannya. Sebaliknya, usaha besar dan BUMN mampu memperoleh manfaat dari hasil jaringan dan kemitraan tersebut.<br /><br /><strike><b>Aspek-aspek usaha yang dapat dimitrakan antara lain :</b></strike><br />a. Permodalan (Usaha Besar dan BUMN menyediakan modal).<br />b. Aspek manajemen dan Penggunaan Teknologi: antara lain; Produksi teknologi, pengelolaan, manajemen murni, pengemasan dan lain-lain.<br />c. Aspek pembelian dan pemasaran, antara lain: Pembelian bersama, aspek pemasaran, informasi pasar, bantuan promosi, pengembangan jaringan usaha, bantuan identifikasi pasar dan prilaku konsumen.<br />d. Sedangkan pola-pola kemitraan dapat dilakukan berupa : Pola inti plasma, Pola sub kontrak, Pola Dagang Umum, Pola Waralaba atau Franhcise, Pola Keagenan, Pola bapak angkat, pola Vendor, Modal ventura dan lain-lain. <br /><br />Usaha kecil baik formal maupun non formal di dalam meningkatkan daya saingnya perlu melakukan jaringan usaha. Daya saingnya kemungkinan akan dapat meningkat apabila bergabung dalam bentuk koperasi. <br />Bentuk koperasi disamping mencegah persaingan antara sesama usaha kecil, sebaliknya akan terjadi ‘’sinergi’’ yang menghasilkan daya saing melebihi jumlah kekuatan dari anggota-anggotanya.<br /><br /><strike><b>Berbagai jenis jaringan usaha antara lain:</b></strike><br />a. Jaringan produksi<br /> Kegiatan sebuah jaringan untuk mengkoordinasikan perencanaan dan pengembangan produk, serta memperbaiki proses produksi.<br /> Menggabungkan keahlian khusus masing-masing unit usaha membentuk produk baru, peralatan, sistem produksi dan lainnya, membuat produk unggul dapat di eksport.<br /><br />b. Jaringan pemasaran<br /> Mereka bekerja sama untuk memenangkan persaingan pemasaran. Perusahaan dalam jaringan biasanya penghasil barang saling melengkapi.<br /><br />c. Jaringan pelayanan<br /> Kelompok perusahaan kecil bergabung dalam pembiayaan untuk jasa tertentu: pelatihan, informasi, teknologi, manajemen konsultasi atau jasa konsultasi ahli, misalnya : Pelatihan bersama dan lain-lain.<br /><br />d. Jaringan Kerja Sama<br /> Kerja sama pembelian, peningkatan tenaga kerja, pengembangan produk dan kerja sama produk, kerja sama penjualan dan pemasaran<br /><br />e. Memecahkan Tantangan UKM dengan Jaringan Usaha<br />Tantangan berupa terbatasnya akses terhadap jasa profesional : Konsultasi Manajemen, Akuntansi, Penelitian Pasar dan konsultasi lainnya.<br />Terbatasnya untuk memperoleh informasi pasar dunia, akses untuk memperoleh modal, terbatasnya memperoleh kontrak besar karena kekurangan sumber daya handal dan terbatasnya kemampuan untuk bersaing dengan perusahaan asing yang masuk ke pasar lokal.<br /><br />f. Jaringan antar Koperasi, Swasta dan BUMN atau sesama koperasi. Jaringan kerja sama di bidang waserda; harga dan mutu pelayanan, sistem pembayaran, cara pengepakan, cara pengiriman barang, cara pemasaran, pembelian bersama, permodalan dan pengadaan barang dan bidang lainnya.<br /><br />Jaringan kerja sama harus jelas hak dan kewajiban masing-masing. Sistem pengawasan dan ganti rugi pelanggaran diadakan kesepakatan. Perjanjian perikatan kerjasama harus mempunyai kekuatan hukum yang sah dan pasti.<br /><br /><strike><b>SIMPULAN </b></strike><br />Mewujudkan ekonomi kerakyatan perlu memberikan kesempatan kepada koperasi, usaha kecil dan menengah tanpa mengabaikan usaha besar dan BUMN.<br /><br />Mewujudkan perekonomian tangguh dan memberi kesejahtraan masyarakat yang adil; diharapkan ekonomi kerakyatan mampu menjadi soko guru perekonomian nasional. Untuk mewujudkan Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah menjadi penyangga utama perekonomian nasional, perlu dilakukan kemitraan dan jaringan usaha, diantara pelaku ekonomi nasional.<br /><br />Sebagai penutup, keberhasilan kebijaksanaan tersebut sangat tergantung kepada semangat kegiatan para pelaku ekonomi. Dipihak lain ditentukan pula oleh kebersediaan pemerintah memfalisitasi para pelaku ekonomi dengan tepat.<br /></div><div style="text-align: justify;"><script src="http://w.sharethis.com/button/sharethis.js#publisher=dc11a599-99c5-4cce-9f9a-584d9699c0a3&type=website&embeds=true&post_services=facebook%2Cdigg%2Cdelicious%2Cybuzz%2Ctwitter%2Cstumbleupon%2Creddit%2Ctechnorati%2Cmixx%2Cblogger%2Ctypepad%2Cwordpress%2Cgoogle_bmarks%2Cwindows_live%2Cmyspace%2Cfark%2Cbus_exchange%2Cpropeller%2Cnewsvine%2Clinkedin" type="text/javascript"></script><br /></div><div style="text-align: justify;"><script>function fbs_click() {u=location.href;t=document.title;window.open('http://www.facebook.com/sharer.php?u='+encodeURIComponent(u)+'&t='+encodeURIComponent(t),'sharer','toolbar=0,status=0,width=626,height=436');return false;}</script><style> html .fb_share_button { display: -moz-inline-block; display:inline-block; padding:1px 20px 0 5px; height:15px; border:1px solid #d8dfea; background:url(http://b.static.ak.fbcdn.net/images/share/facebook_share_icon.gif?8:26981) no-repeat top right; } html .fb_share_button:hover { color:#fff; border-color:#295582; background:#3b5998 url(http://b.static.ak.fbcdn.net/images/share/facebook_share_icon.gif?8:26981) no-repeat top right; text-decoration:none; } </style> <a class="fb_share_button" href="http://www.facebook.com/share.php?u=%3Curl%3E" onclick="return fbs_click()" style="text-decoration: none;" target="_blank">Share</a><br /></div><div style="text-align: justify;"><script src="http://www.mypagerank.net/services/sbt/sbt.php" type="text/javascript"></script><br /></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6782725523690767315.post-71737053357959785312009-11-02T16:41:00.000-08:002009-11-21T02:14:22.272-08:00CIRI –CIRI DARI PELAKU EKONOMI NASIONAL<div style="text-align: center;"><b>MEMBANGUN EKONOMI KERAKYATAN MELALUI </b><br /></div><div style="text-align: center;"><b>JARINGAN DAN KEMITRAAN</b><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Pengembangan usaha kecil, menengah dan koperasi (pelaku ekonomi kerakyatan); dipihak lain, usaha besar dan BUMN mempunyai hak sama untuk berusaha dan mengelola sumber daya alam. <br /></div><div style="text-align: justify;">Menciptakan kondisi ekonomi sehat, diharapkan pengusaha besar dan BUMN bermitra dengan pengusaha kecil, menengah dan koperasi. Melalui sistem jaringan maupun kemitraan diharapkan mampu menciptakan kondisi ekonomi yang sehat. <br /></div><div class="fullpost" style="text-align: justify;">Rupanya dari amanat konstitusi, paling tidak ada tiga unsur penting yang harus diperhatikan dalam kegiatan ekonomi nasional yaitu:<br />1.Menghindari terjadinya monopoli, pemusatan-pemusatan kekuatan ekonomi yang merugikan rakyat.<br />2.Melakukan deregulasi dan debirokratisasi yang terus-menerus di bidang ekonomi secara konskwen yang mendukung langkah kegiatan berkembangnya pengusaha kecil, menengah dan koperasi.<br />3.Mengembangkan dan meningkatkan kemampuan koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat agar semakin berakar dalam masyarakat, terutama di pedesaan.<br /><br />Ketiga unsur tersebut bertujuan membangun dan membentuk ciri-ciri ekonomi kerakyatan. Dan ekonomi kerakyatan dimaksud adalah kegiatan ekonomi yang memberikan kesempatan luas bagi masyarakat untuk ikut berpartisipasi. <br />Agar hal ini terwujud, kebijaksanaan pemerintah menjadi cukup penting. <br />Di pihak lain, dituntut pula semangat masyarakat untuk mewujudkan dan melaksanakan kebijaksanaan tersebut. Sehingga ekonomi kerakyatan diharapkan dapat terlaksana dan berkembang keberadaannya, menjadi pilar utama perekonomian nasional.<br /><br /><br /><b>Kemitraan dan Jaringan Usaha</b><br />Kemitraan adalah kerjasama usaha antara usaha kecil, koperasi dengan usaha menengah dan atau dengan usaha besar maupun BUMN. Disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip-prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan.<br />Sedangkan jaringan usaha adalah bangun hubungan yang menggambarkan tali-temali kegiatan usaha dalam suatu perusahaan atau beberapa perusahaan dalam kegiatan usaha ekonomi (relatif kompleks ). <br />Atau kerja sama dari sedikitnya tiga perusahaan yang bersifat luwes guna mewujudkan persaingan yang sehat diantara mereka dalam mendapatkan peluang pasar yang baru.<br />Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah sebagai unsur dari pelaku ekonomi kerakyatan, disamping adanya BUMN dan Pengusaha Besar. Pelaku-pelaku tersebut pada kenyataannya di lapangan, relatif mengalami persaingan kurang sehat.<br />Apalagi dengan terbukanya ekonomi pasar bebas yang bertumpu pada kegiatan ekonomi global. Di mana akan terjadi ancaman serius terhadap usaha kecil dan menengah dalam dunia persaingan. <br />Apalagi bila pemerintah sudah tidak mampu atau tidak dibenarkan lagi, melakukan proteksi berupa kebijaksanaan sebagai tindakan perlindungan terhadap koperasi, usaha kecil dan menengah. <br />Persaingan sehat yang dimaksud adalah persaingan bersifat terbuka antar pelaku ekonomi dalam hal memperoleh kesempatan dan perlakuan sama dan adil dalam menghasilkan, menjual dan membeli suatu barang atau jasa sehingga tidak terjadi dominasi pasar yang merugikan masyarakat banyak.<br />Untuk mewujudkan persaingan sehat ini, usaha kecil, menengah perlu meningkatkan daya tawarnya agar mampu meningkatkan daya saingnya. <br />Melalui kemitraan dan jaringan usaha, baik koperasi, usaha kecil dan menengah diharapkan mampu bergabung dengan baik. Sekaligus menaikkan daya saingnya. <br />Usaha besar dan BUMN diharapkan mampu membentuk jaringan dan kemitraan dengan koperasi, usaha kecil dan menengah dengan menularkan berbagai kemampuannya. Sebaliknya, usaha besar dan BUMN mampu memperoleh manfaat dari hasil jaringan dan kemitraan tersebut.<br /><br /><b>Aspek-aspek usaha yang dapat dimitrakan antara lain :</b><br />a.Permodalan (Usaha Besar dan BUMN menyediakan modal).<br />b.Aspek manajemen dan Penggunaan Teknologi: antara lain; Produksi teknologi, pengelolaan, manajemen murni, pengemasan dan lain-lain.<br />c.Aspek pembelian dan pemasaran, antara lain: Pembelian bersama, aspek pemasaran, informasi pasar, bantuan promosi, pengembangan jaringan usaha, bantuan identifikasi pasar dan prilaku konsumen.<br />d.Sedangkan pola-pola kemitraan dapat dilakukan berupa : Pola inti plasma, Pola sub kontrak, Pola Dagang Umum, Pola Waralaba atau Franhcise, Pola Keagenan, Pola bapak angkat, pola Vendor, Modal ventura dan lain-lain. <br /><br />Usaha kecil baik formal maupun non formal di dalam meningkatkan daya saingnya perlu melakukan jaringan usaha. Daya saingnya kemungkinan akan dapat meningkat apabila bergabung dalam bentuk koperasi. <br />Bentuk koperasi disamping mencegah persaingan antara sesama usaha kecil, sebaliknya akan terjadi ‘’sinergi’’ yang menghasilkan daya saing melebihi jumlah kekuatan dari anggota-anggotanya.<br /><br /><b>Berbagai jenis jaringan usaha antara lain:</b><br /><b>a. Jaringan produksi</b><br />Kegiatan sebuah jaringan untuk mengkoordinasikan perencanaan dan pengembangan produk, serta memperbaiki proses produksi.<br />Menggabungkan keahlian khusus masing-masing unit usaha membentuk produk baru, peralatan, sistem produksi dan lainnya, membuat produk unggul dapat di eksport.<br /><br /><b>b. Jaringan pemasaran</b><br />Mereka bekerja sama untuk memenangkan persaingan pemasaran. Perusahaan dalam jaringan biasanya penghasil barang saling melengkapi.<br /><br /><b>c. Jaringan pelayanan</b><br />Kelompok perusahaan kecil bergabung dalam pembiayaan untuk jasa tertentu: pelatihan, informasi, teknologi, manajemen konsultasi atau jasa konsultasi ahli, misalnya : Pelatihan bersama dan lain-lain.<br /><br /><b>d. Jaringan Kerja Sama</b><br />Kerja sama pembelian, peningkatan tenaga kerja, pengembangan produk dan kerja sama produk, kerja sama penjualan dan pemasaran<br /><br /><b>e. Memecahkan Tantangan UKM dengan Jaringan Usaha</b><br />Tantangan berupa terbatasnya akses terhadap jasa profesional : Konsultasi Manajemen, Akuntansi, Penelitian Pasar dan konsultasi lainnya.<br />Terbatasnya untuk memperoleh informasi pasar dunia, akses untuk memperoleh modal, terbatasnya memperoleh kontrak besar karena kekurangan sumber daya handal dan terbatasnya kemampuan untuk bersaing dengan perusahaan asing yang masuk ke pasar lokal.<br /><br /><b>f. Jaringan antar Koperasi, Swasta dan BUMN atau sesama koperasi. </b><br />Jaringan kerja sama di bidang waserda; harga dan mutu pelayanan, sistem pembayaran, cara pengepakan, cara pengiriman barang, cara pemasaran, pembelian bersama, permodalan dan pengadaan barang dan bidang lainnya.<br /><br />Jaringan kerja sama harus jelas hak dan kewajiban masing-masing. Sistem pengawasan dan ganti rugi pelanggaran diadakan kesepakatan. Perjanjian perikatan kerjasama harus mempunyai kekuatan hukum yang sah dan pasti.<br /><br /><b>SIMPULAN </b><br />Mewujudkan ekonomi kerakyatan perlu memberikan kesempatan kepada koperasi, usaha kecil dan menengah tanpa mengabaikan usaha besar dan BUMN.<br /><br />Mewujudkan perekonomian tangguh dan memberi kesejahtraan masyarakat yang adil; diharapkan ekonomi kerakyatan mampu menjadi soko guru perekonomian nasional. Untuk mewujudkan Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah menjadi penyangga utama perekonomian nasional, perlu dilakukan kemitraan dan jaringan usaha, diantara pelaku ekonomi nasional.<br /><br />Sebagai penutup, keberhasilan kebijaksanaan tersebut sangat tergantung kepada semangat kegiatan para pelaku ekonomi. Dipihak lain ditentukan pula oleh kebersediaan pemerintah memfalisitasi para pelaku ekonomi dengan tepat.<br /></div><div style="text-align: justify;"><script src="http://w.sharethis.com/button/sharethis.js#publisher=dc11a599-99c5-4cce-9f9a-584d9699c0a3&type=website&embeds=true&post_services=facebook%2Cdigg%2Cdelicious%2Cybuzz%2Ctwitter%2Cstumbleupon%2Creddit%2Ctechnorati%2Cmixx%2Cblogger%2Ctypepad%2Cwordpress%2Cgoogle_bmarks%2Cwindows_live%2Cmyspace%2Cfark%2Cbus_exchange%2Cpropeller%2Cnewsvine%2Clinkedin" type="text/javascript"></script><br /></div><div style="text-align: justify;"><script>function fbs_click() {u=location.href;t=document.title;window.open('http://www.facebook.com/sharer.php?u='+encodeURIComponent(u)+'&t='+encodeURIComponent(t),'sharer','toolbar=0,status=0,width=626,height=436');return false;}</script><style> html .fb_share_button { display: -moz-inline-block; display:inline-block; padding:1px 20px 0 5px; height:15px; border:1px solid #d8dfea; background:url(http://b.static.ak.fbcdn.net/images/share/facebook_share_icon.gif?8:26981) no-repeat top right; } html .fb_share_button:hover { color:#fff; border-color:#295582; background:#3b5998 url(http://b.static.ak.fbcdn.net/images/share/facebook_share_icon.gif?8:26981) no-repeat top right; text-decoration:none; } </style> <a class="fb_share_button" href="http://www.facebook.com/share.php?u=%3Curl%3E" onclick="return fbs_click()" style="text-decoration: none;" target="_blank">Share</a><br /></div><div style="text-align: justify;"><script src="http://www.mypagerank.net/services/sbt/sbt.php" type="text/javascript"></script><br /></div>Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6782725523690767315.post-45333904229013144442009-10-27T18:21:00.000-07:002009-11-21T02:14:22.286-08:00UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN UNIVERSAL<div style="text-align: justify;">Pembahasan materi kebudayaan ruang lingkupnya sangat luas dan kompleks. Subtansi kebudayaan meliputi seluruh aspek kehidupan manusia di manapun ia berada dan kapanpun dia ada. Bentuk-bentuk- kebudayaan pun juga beraneka macam, mulai dari yang bersifal konsep (abstrak) yang dicetuskan oleh unsur, cipta, rasa dan karsa baik secara perseorangan maupun kelompok kolektif sampai kepada sesuatu yang bersifat , konkrit atau kebendaan.<br /></div><div class="fullpost" style="text-align: justify;">guna memperoleh pemahaman yang lebih jelas mengenai kebudayaan, Koentjaraningar menerangkan bahwa terdapat unsur-unsur kebudayaan universal seperti berikut:<br />1. Sistem religi dan upacara keagamaan <br />2. Sistem dan organisasi kemasyarakatan <br />3. Sistem pengetahuan <br />4. Bahasa. <br />5. Kesenian Sistem mata pencaharian hidup <br /><br /><b>Sistem Teknologi dan peralatan </b><br /><b>(Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, 1985:2)</b><br />Unsur-unsur diatas pasti dapat ditemukan diseluruh kebudayaan di dunia, baik dalam kehidupan masyarakat pedesaan yang kecil terpencil maupun dalam masyarakat perkotaan yang besar dan kompleks. Masing-masing unsur universal tersebut dapat dipecah lagi ke dalam sub unsur-unsur berikutnya,<br /><br /><b>Contoh:</b><br />a. Sistem religi dan upacara keagamaan dapat dipecah menjadi sistem upacara keagamaan. masyarakat Muslim, Kristiani, Hindu, Budha dan lain-lain.<br />b. Sistem dan organisasi kemasyarakatan dapat dipecah menjadi organisasi masyarakat jawa, sunda, desa, kota, batak, bugis dan seterusnya. <br />c. Sistem pengetahuan dipecah menjadi sistem pengetahuan pertanian, perbintangan, perdagangan/bisnis, hukum dan perundang-undangan, pemerintahaan/politik dan lain sebagainya. <br />d. Bahasa dipecah menjadi bahasa Indonesia, Inggris, Perancis. Jepang, Jawa. Sunda, Bali, Madura, dan sebagainya lagi.<br />e. Kesenian dipecah menjadi seni sastra, lukis, musik, tari, drama, kria dan lain sebagainya <br />f. Sistem mata pencaharian hidup dapat dipecah menjadi kaum pegawai/karyawan, kaum, petani, nelayan, pedangan. buruh dan seterusnya. <br />g. Sistem teknologi dan peralatan dipecah menjadi peralatan kantor, rumah tangga, pertanian, nelayan, tukang kayu, peralatan ibadah dan sebagainya lagi.<br />Tata urutan, atau susunan unsur-unsur kebudayaan universal seperti tersebut diatas menggambarkan unsur-unsur mana yang paling sukar berubah atau terkena pengaruh kebudayaan lain, dan mana yang paling mudah berubah dan digantikan oleh unsur-unsur serapan dari kebudayaan asing. Unsur-unsur yang berada pada urutan di bagian atas merupakan unsur-unsur yang lebih sulit berubah dibanding dengan unsur-unsur yang menempati posisi dibawahnya<br /><br /><b>Contoh: </b><br />Sistem religi dan sub unsur-unsurnya pada umumnya lebih sulit dan lebih lambat perubahannya dibanding dengan kesenian ataupuan sistem teknologi/pealatan pertanian. <br /><br /><b>Wujut kebudayaan </b><br />Seperti telah diketahui betapa luas dan kompleknya pengertian kebudayaan. Tetapi menurut Koentjaranigrat kebudayaan itu paling sedikit mempunyai 3 (tiga) wujud sebagai berikut ini:<br />1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks ide-ide, gagasan, nilai, norma, peraturan-peraturan dan lain sebagainya. Kebudayaan yang berbentuk seperti ini disebut wujud ldel. Sifat kebudayaan ini adalah abstra, tidak dapat diraba atau diamati dengan indera mata. Lokasinya di dalam kepala atau di dalam pikiran manusia/masyarakat dimana kebudayaan itu hidup. Apabila manusia atau masyarakat tersebut mengungkapkan gagasannya ke dalam tulisan maka lokasi kebudayaan ide itu berada didalam karangan dan buku hasil karya penulis tersebut. Jika gagasan/ide-ide itu diluangkan dalam disket, tape, arsip, koleksi, microfilm atau komputer maka lokasi kebudayaan idel tersebut juga berada pada hal-hal tersebut tadi. Kebudayaan dalam wujud Idel umumnya juga berfungsi sebagai tata kelakuan yang mengatur/ mengendalikan, dan mengarahkan sikap dan kelakuan manusia dalam masyarakat, mulai dari yang paling abstrak dan luas sampai yang paling konkrit dan terbatas.<br />2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kmpleks aktifitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat kebudayaan yang berupa kompleks aktifitas ini biasanya disebut sisetem social. Berbentuk aktifitas-aktifitas manusia yang berinteraksi, berhubung, bergaul, bekerjasama, satu dengan lainnya dari detik-detik dari waktu ke waktu, hari ke hari dan tahuh ke tahun selalu mengikuti pola-pola tertentu berdasarkan tata kelakuan atau adat istiadat. Sebagai rangkaian aktifitas manusia dalam suatu masyarakat, maka sistem sosial bersifat konkrit. Terjadi disekeliling kita sehari-hari oleh karenanya sistem sosial dapat di-observasikan, identifikasi, dideteksi-dan didokumentasikan. <br /><br /><b>Contoh:</b><br />Pola aktifitas masyarakat desa yang sederhana, femilier dan guyub rukun atau penuh toleransi dan gotong royong; pola hubung masyarakat kota yang cendening individualisme, tertutup, kompleks dan modern. <br />3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Kebudayaan yang berupa benda-benda ini disebut wujud fisik. Meliputi seluruh total hasil fisik dari aktifitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat. Kebudayaan wujud fisik sifatnya paling konkrit, maka dapat dirasakan dilihat dan difoto. Benda-benda kebudayaan dari wujud fisik itu ada yang amat besar seperti pabrik baja, tetap juga ada yahg tidak tertalu besar namun kompleks dan sophisticated seperti komputer berkapasitas tinggi. Ada yang besar dan bergerak seperti kapal tangker, ada yang tidak bergerak tetapi indah seperti candi. Selain itu juga ada benda-benda kecil seperti kain batik atau yang lebih kecil lagi seperti kancing baju; Jarum jahit dan masih banyak lagi.<br />Ketiga wujud kebudayaan tersebut menurut Koeofjaraningrat dalam kenyataan, kehidupan manusia/masyarakat tidak terpisah antara satu dengan lainnya. Karena kebudayaan idel dan adat istiadat mengatur dan memberi arah kepada perbuatan dan karya manusia. Pikiran dan ide-ide maupun perbuatan serta karya manusia menghasilkan benda-benda kebudayaan fisik sifatnya. Sebaliknya kebudayaan fisik dapat membentuk suatu lingkungan hidup tertentu yang makin lama makin menjauhkan manusia dari lingkungan alamiahnya, sehingga mempengaruhi pola pola-pola perbuatannya bahkan juga mempengaruni cara berfikirnya. <br /><br /><b></b><br /><b>Contoh: </b><br />a. Ide/gagasan dalam, pikiran Mendorong untuk melakukan perbuatan/bekerja yang akan melaksanakan sesuatu hasil berupa benda-benda fisik ide menulis-proses-menulis-karang/buku.<br />b. Suatu buku akan mendorong seseorang untuk membaca suatu paham makna, akan berusaha melakukan/mempraktekkannya. Sesudah dipraktekkan akan mempengaruhi cara berfikirnya. Buku dibaca- dipikirkan-dipraktekans-diikuti-dijadikan pedoman.<br /><br /></div><a name='more'></a><div style="text-align: justify;"><script src="http://w.sharethis.com/button/sharethis.js#publisher=dc11a599-99c5-4cce-9f9a-584d9699c0a3&type=website&embeds=true&post_services=facebook%2Cdigg%2Cdelicious%2Cybuzz%2Ctwitter%2Cstumbleupon%2Creddit%2Ctechnorati%2Cmixx%2Cblogger%2Ctypepad%2Cwordpress%2Cgoogle_bmarks%2Cwindows_live%2Cmyspace%2Cfark%2Cbus_exchange%2Cpropeller%2Cnewsvine%2Clinkedin" type="text/javascript"></script><br /></div><div style="text-align: justify;"><script>function fbs_click() {u=location.href;t=document.title;window.open('http://www.facebook.com/sharer.php?u='+encodeURIComponent(u)+'&t='+encodeURIComponent(t),'sharer','toolbar=0,status=0,width=626,height=436');return false;}</script><style> html .fb_share_button { display: -moz-inline-block; display:inline-block; padding:1px 20px 0 5px; height:15px; border:1px solid #d8dfea; background:url(http://b.static.ak.fbcdn.net/images/share/facebook_share_icon.gif?8:26981) no-repeat top right; } html .fb_share_button:hover { color:#fff; border-color:#295582; background:#3b5998 url(http://b.static.ak.fbcdn.net/images/share/facebook_share_icon.gif?8:26981) no-repeat top right; text-decoration:none; } </style> <a class="fb_share_button" href="http://www.facebook.com/share.php?u=%3Curl%3E" onclick="return fbs_click()" style="text-decoration: none;" target="_blank">Share</a><br /></div><div style="text-align: justify;"><script src="http://www.mypagerank.net/services/sbt/sbt.php" type="text/javascript"></script><br /></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6782725523690767315.post-48707572730752009052009-10-27T18:18:00.000-07:002009-11-21T02:14:22.299-08:00MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BUDAYA<div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: center;"><b>Pengertian Mahkluk Buadaya</b><br /><br /></div><div style="text-align: justify;">Hakekat manusia sebagai makhluk budaya ialah "makhluk ciptaan Tuhan yang dianugerahi kelebihan-kelebihan tertentu dibanding dengan makhluk lainnya. Kelebihan kodrati tersebut ialah manusia memiliki cipta/akal, rasa/Rerasaan, dan karsa/kehendak, Dalam sejarah perkembangan manusia, peran dan fungsi cipta rasa dan karsa itu menunjukkan keadaan yang sangat dominant, jika<br /></div><div class="fullpost" style="text-align: justify;">tidak dikatakan menentukan bagi keberadaan makhluk budaya. Peran dan fungsi cipta, rasa dan karsa tidak hanya dalam mencetuskan ide-ide, gagasan-gagasan. perasaan dan keinginan saja, melainkan secara positif telah dapat menjawab semua masalah dan kebutuhan hidup makhluk budaya, dapat menciptakan berbagai peralatan/teknologi, serta dapat mewujudkan impian-impian dan harapan-harapan yang dicita-citakan. Sementara di sisi lain pun juga terbukti telah menimbulkan persoalan-persoalan baru yang rumit dan kompleks bagi makhluk budaya itu sendiri.<br /><br /><b>Peran/Fungsi Akai, Perasaan, dan Karsa </b><br />Peran dan fungsi cipta, rasa, karsa merupakan faktor dominan bagi lahirnya kebudayaan. Dengan akal/cipta manusia senantiasa berfikir, merenung menggagas, menginterpretasikan segala macam realitas, kehidupan yang dihadapi. Karenanya ia juga mempunyai gagasan-gagasan, angan-angan, harapan dan cita-cita dalam hidupnya. Tak terkecuali ia juga memikirkan kebutuhan hidupnya dan tata cara untuk mewujudkannya, baik yang berupa materi maupuan non materi, kebutuhan saat ini (didunia) maupuan saat nanti (di akhirat). Sebagai contoh: manusia (person/individu) untuk hidup harus makan. Maka ia berfikir yang harus dimakan,: mengapa harus makan, bagaimana caranya makan dan untuk apa ia makan. Dengan akalnya atau daya ciptanya manusia dapat mencari jawaban tentang sesuatu yang dapat dimakan. Berikut alasan-alasannya, tata cara/prosedurnya dan tujuannya ia makan, selain itu ia juga dapat berkembang ide-idenya, harapannya, gagasannya dan cita-citanya tentang sesuatu yang dapat dimakan, alasan dan tata caranya dalam hal makan serta tujuannya dalam soal makan. Contoh lain seperti manusia (makhluk sosial) hidup diantara manusia lainnya. Karena memiliki akal ia berfikir bagaimana seharusnya agar dapat hidup baik dengan sesamanya. Ia meiliki harapan gagasan, cita-cita dan ide tentang hidup yang baik ialah saling-menghormati dan menghargai, tolong menolong dengan penuh toleransi, semertara pola hidup yang baik adalah kebutuhan manusia berbudaya.<br /><br />Manusia sebagai makhluk budaya selain memiliki akal juga mempunyai perasaan atau hati nurani oleh sebab itu manusia selalu dan pasti menghayati dan merasakan segala macam fenomena kehidupan seperti kesedihan, kejujuran, kebaikan, keadilan, keindahan, tanggung jawab, ketentraman, kedamaian, cinta kasih dan sebagainya yang menjadi realita kejiwaan atau psikologis. Berdasar perasaan atau nurani manusia memiliki cita, rasa yang menjadi kualitas atau ide-ide dalam hidupnya. Manifestasi fenomena psikologis seperti rasa sedih, gugup, adil, baik, indah, damai, tentram, bahagia, cinta, tanggung jawab, dan sebagainya itu; dalam realita kehidupan manusia selain dapat diidenlifikasi malalui berbagai bentuk sikap, perilaku tindakan dan raut wajah (pancaran cahaya) biasanya juga berupa berbagai bentuk ekspresi seni yang beraneka ragam jenisnya<br /><br /><b>Contoh: </b><br />1. Penderitaan masyarakat Aceh yang diterjang tsunami pada akhir tahun 2004 lalu, medorong seseorang untuk mengekpresikan pengalaman tersebut ke dalam bentuk puisi, musik, tarian, tealer, atau film. Tujuannya untuk diapresiasi oleh masyarakat luas dan untuk mengabadikan pengalaman tersebut. <br />2. Kebahagjaan, cinta kasih dan kegalauan yang dialami oleh manusia perseorangan ataupun kolektif biasanya lebih mudah dan segera di ekspresikan kedalam bentuk tulisan seperti sajak atau puisi sebagai memory. <br />Sebagai makhluk budaya manusia berbekal karsa atau kehendak. Ia mempunyai keinginan untuk melakukan sesuatu yang ada dalam pikiran dan perasaanya, sehingga akan menjadi kenyataan atau konkrit. Dengan kehendak itu manusia memiliki motivasi untuk melakukan sesuatu yang baik bagi kehidupan dirinya dan sesaranya, tentang apa yang ada didalam ciptanya dan hati nuraninya selain itu manusia juga mempunyai kehendak akan sesuatu yang diyakiniriya. dipercayainya dalam batinnya agar dapat terealisasi dalam kehidupan nyata. Kehendak atau karsa pada dasarnya merupakan kunci penting yang menentukkan bagi realisasi hasil karya manusia yang disebut-sebut sebagai kebudayaan. Baik yang bertolak dari unsur cipta/akal maupun yang bertumpu pada unsure rasa. <br /><br /><b>Contoh:</b><br />1. Tiap orang ingin sukses <br />Kesuksesan tidak mungkin menghampiri seseorang bilamana seseorang itu tidak segera mau memulai usaha - artinya harus ada kehendak untuk berusaha meskipun belum tentu segera sukses, sebab kesuksesan butuh tekat, semangat yang kuat dan pantang menyerah atau tekun dalam suatu kehendak.<br />2. Sesorang mempunyai ide tentang cara kerja yang efektif dan efisien. Gagasan yang baik dan brilian ini menjadi tidak berani mana kala hanya berupa gagasan atau teori belaka, tanpa diterapkan dilapangan pekerjaan ide baik akan benar-benar segera terbukti kebaikannya, bilamana segera ditindak lanjuti dengan kehendak untuk melaksanakan secara sungguh-sungguh.<br /><br /><b>Kebutuhan Makhluk Budaya</b><br />pada hakekatnya manusia adalah mahluk mono plucal /majemuk tunggal terdiri dari susunan kodrat (jasmani-rochani), sifat kodrat (individu sosial) serta kedudukan kodrat (pribadi mandiri-makhluk Tuhan). Susunan, sifat dan kedudukan kodrat manusia yang terdiri dua unsur tersebut. pada hakekatnya tidak dapat dlipisah-pisahkan dan bediri sendiri-sendiri meskipun hanya dalam pemikiran. Oleh sebab itu manusia hakekatnya adalah monodualis/dwitunggal. <br />berdasarkan susunan kodratnya yang dwitunggal/monodualis, yakni terdiri dari jasmani dan rochani, maka kebutuhan makhluk budaya pun juga mancakup aspek jasmaniah dan rochaniah. Kebutuhan jasmaniah pada umumnya bersifat material seperti makan, minum, sandang tempat tinggal dan peralatan-peralatan lain yang berbentuk konkrit atau kebendaan, sedangkan kebutuhan rochaniyah biasanya berupa non materi, seperti kepuasan hati, kebahagiaan, ketentraman, kedamaian, keindahan, keadilan, kebaikan, kejujuran, tanggung jawab, dan kepercayaan /keyakinan yang sifatnya spiritual dan religius.<br /><br /><b>Contoh:</b><br />Makhluk manusia butuh makan dan minum untuk mempertahankan hidup, tetapi juga butuh ketenangan batin, kedamaian dalam hidupnya. Butuh kasih sayang dari orang tua dan keluarganya. Tetapi manusia juga butuh beribadah dan berdo'a, menyerahkan diri dan mengakui keberadaan Tuhan sebagai kausa prima. <br />Menunrt sifat Kodratnya (monodualis/dwitunggal) yakni sebagai makhluk individu dan sosial, kiranya dapat disebutkan jika manusia makhluk budaya mempunyai kebutuhan pribadi yang secara spesifik berbeda dengan individu lainnya. Akan tetapi sebagai makhluk sosial ia juga memiliki kebutuhan yang sama dengan orang lainnya, Bentuk kebutuhan individu dapat diindivikasi melalui pemikiran dan perasaan seseorang yang cenderung berbeda antara personal yang satu dengan yang lain. Bahkan juga pada kehendaknya yang senantiasa ingin menjadi yang lebih atau yang paling baik dan antara lainnya. Sementara kebutuhan sosial dapat dipahami dan berbagai kesamaan baik di dalam pikiran dan perasaannya bahkan kehendak/Karsanya. Setiap orang mempunyai keinginan, pikiran.dan perasaan yang sama, yaitu ingin cerdas, baik hati dan suskes. <br /><br /><b>Contoh: </b><br />1. Kebutuhan individu; setiap orang ingin pandai maka ia sekolah, setelah mengalami proses belajar kecerdasannya berbeda-beda meskipun sekolahnya bersama-sama,<br />2. Kebutuhan sosial; Meski seseorang yang paling pandai sekalipun, ia tetap butuh teman berfikir, berdiskusi dan tukar pendapat. Karenanya membutuhkan kebersamaan atau kesamaan dalam berfikir.<br />Selanjutnya berdasarkan hakekat kedudukan kodrat (monodualias/dwitunggal) yaitu sebagai pribadi' mandiri dan makhluk Tuhan kebutuhan makhluk budaya mencakup ‘kebebasan atau kemerdekaan' yang tak terbatas, sedangkan dilain sisi membutuhkan suatu pedoman pandangan dan panutan didalam hidupnya. bagai orang yang tidak berdaya. Kebutuhan akan suatu kebebasan/kemerdekaan pribadi dapat dimengerti melalui posisi manusia yang inpenden, sehingga tidak mungkin dalam segala hal seseorang dapat di tentukan, diatur atau ditetapkan oleh orang lain dengan seenaknya sendiri. Bahkan mungkin juga oleh Tuhan sekalipun tatkala manusia masih hidup berada dialam bebas/dunia ini. Sedangkan kebutuhan akan sesuatu pedoman hidup/pandangan hidup atau prinsip hidup tercermin dari perjalanan hidup manusia yang terus mencari dan sesuatu yang dipercaya baik, benar, adil, tidak sesat dan mengakibatkan dosa agar kelak dapat terhindar dari siksaan dan hukuman Tuhan di neraka. Manusia baik tidak berdaya dihadapan Sang Pencipta . <br /><br /><b>Contoh: </b><br />1. Sebagai pribadi yang bebas/mandiri, siapa saja orangnya dapat mengatakan tidak tehu tentang sesuatu yang sesungguhnya diketahui. Sebaliknya juga bias mengucap 'tahu’ akan sesuatu yang sebenarnya tidak dia ketahui independen betul manusia itu.<br />2. Seseorang makan diwarung, setelah selesai harus membayar sebanyak Rp 7.500,- ia bayar dengan uang Rp 10.000;- oleh si penjual diberi uang pengembalian sebanyak Rp 5.500,- sedangkan haknya adalah sebanyak Rp 2.500,- yang bukan haknya tersebut apakah dikembalikan kepada si penjual makanan atau tidak sangat tergantung kepada dirinya sendiri <br />3. Segala macam sikap dan tindakan yang telah dipilih seseorang atas dasar kebebasan/kemerdekaan pribadi, kelak harus dipertanggung jawabkan kepada Tuhan.<br />4. Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, tidak ada pilihan lain kecuali patuh dan taat kepada hukum-hukum penciptaan yang telah ditetapkan oleh Sang pencipta itu sendiri. <br />Disamping kebutuhan seperti yang telah disebutkan tadi manusia sebagai makhluk budaya juga mempunyai kebutuhan biologis. Kebutuhan ini pada dasarnya bersifat alamiah, dan umumnya sering disebut kebutuhan seksual. Secara naluriah/alamiah manusia mempunyai kebutuhan akan kelangsungan dan kelestarian sejarah hidupnya. Bahkan secara alamiah pula manusia memiliki hasrat untuk miengembangbiakan keturunannya melalui hubungan seksual. Maka reproduksi adalah pilar untuk mempertahankan kesinambungan sejarah manusia, dan hubungan seksual merupakan kebutuhan biologis manusia yang bersifat alamiah dan naluriah. <br /><br /><b>Contoh:</b><br />Perkawinan, persetubuhan manusia dengan lawan jenisnya akan mengakibatkan gillrannya akan melahirkan anak manusia sebagai generasi selanjutnya.<br />1. Prof. Dr. Ph. Tobing, berpendapat kebudayaan ialah hasil usaha manusia sedapat mungkin mengolah, atau mengjkuti kosmos dan tata tertibnya, termasuk memperoleh penghidupan yang lebih harmonis dan. lebih tinggi baik di lapangan kerokhahiah maupun dilapangan kebendaan (Driankara, Tentang Kebudayaan; 42). <br />2. Dr. Muh Hatta, mengatakan kebudayaan adalah 'hasil buah perbuatan manusia yang merombak dan membentuk alam sebagaimana adanya itu menjadi penghidupan yang lebih tiinggi: (.....) manusia yang masih biadab takhluk semata-mata kepada alam, ia adalah bagian dari nature. Manusia yang adab(beradab) merombak alam, dia adalah pembangun kultur (.....) kebudayaan atau kultur pada hakekatnya adalah penjelmaan dari ‘Cita’ yang menimbulkan (scheppendidee) dan kerja yang menimbulkan (scheppendiarbeid). (.......) Barang-barang kultur dipupuk supaya subur tumbuhannya untuk memberikan hidup yang lebih mulia kepada manusia (Drankara, Tentang Kebudayaan.43)<br />Kebudayaan adalah “keseluruhan pemikiran, karya dan hasil karya manusia yang tidak bersumber dari naluri/insting tetapi berdasarkan pengalaman / proses belajar”.<br /></div><div style="text-align: justify;"><script src="http://w.sharethis.com/button/sharethis.js#publisher=dc11a599-99c5-4cce-9f9a-584d9699c0a3&type=website&embeds=true&post_services=facebook%2Cdigg%2Cdelicious%2Cybuzz%2Ctwitter%2Cstumbleupon%2Creddit%2Ctechnorati%2Cmixx%2Cblogger%2Ctypepad%2Cwordpress%2Cgoogle_bmarks%2Cwindows_live%2Cmyspace%2Cfark%2Cbus_exchange%2Cpropeller%2Cnewsvine%2Clinkedin" type="text/javascript"></script><br /></div><div style="text-align: justify;"><script>function fbs_click() {u=location.href;t=document.title;window.open('http://www.facebook.com/sharer.php?u='+encodeURIComponent(u)+'&t='+encodeURIComponent(t),'sharer','toolbar=0,status=0,width=626,height=436');return false;}</script><style> html .fb_share_button { display: -moz-inline-block; display:inline-block; padding:1px 20px 0 5px; height:15px; border:1px solid #d8dfea; background:url(http://b.static.ak.fbcdn.net/images/share/facebook_share_icon.gif?8:26981) no-repeat top right; } html .fb_share_button:hover { color:#fff; border-color:#295582; background:#3b5998 url(http://b.static.ak.fbcdn.net/images/share/facebook_share_icon.gif?8:26981) no-repeat top right; text-decoration:none; } </style> <a class="fb_share_button" href="http://www.facebook.com/share.php?u=%3Curl%3E" onclick="return fbs_click()" style="text-decoration: none;" target="_blank">Share</a><br /></div><div style="text-align: justify;"><script src="http://www.mypagerank.net/services/sbt/sbt.php" type="text/javascript"></script><br /></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6782725523690767315.post-87757145113957041752009-10-25T18:32:00.000-07:002009-11-21T02:14:22.313-08:00Pengelompokan Zat Gizi<div style="text-align: center;"><b>Pengelompokan Zat Gizi Menurut Kebutuhan</b><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Terbagi dalam dua golongan besar yaitu makronutrien dan mikronutrien.<br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>Makronutrien</b><br /></div><div style="text-align: justify;">Komponen terbesar dari susunan diet, berfungsi untuk menyuplai energi dan zat-zat esensial (pertumbuhan sel/ jaringan), pemeliharaan aktivitas tubuh. Karbohodrat (hidrat arang), lemak, protein, makromineral dan air.<br /></div><div class="fullpost" style="text-align: justify;"><br /><b>Mikronutrien</b><br />Golongan mikronutrien terdiri dari :<br />1. Karbohidrat – Glukosa; serat. <br />2. Lemak/ lipida – Asam linoleat (omega-6); asam linolenat (omega-3). <br />3. Protein – Asam-asam amino; leusin; isoleusin; lisin; metionin; fenilalanin; treonin; valin; histidin; nitrogen nonesensial. <br />4. Mineral – Kalsium; fosfor; natrium; kalium; sulfur; klor; magnesium; zat besi; selenium; seng; mangan; tembaga; kobalt; iodium; krom fluor; timah; nikel; silikon, arsen, boron; vanadium, molibden. <br />5. Vitamin – Vitamin A (retinol); vitamin D (kolekalsiferol); vitamin E (tokoferol); vitamin K; tiamin; riboflavin; niaclin; biotin; folasin/folat; vitamin B6; vitamin B12; asam pantotenat; vitamin C. <br />6. Air<br /><br /><b>Fungsi Zat Gizi</b><br />1. Memberi energi (zat pembakar) – Karbohidrat, lemak dan protein, merupakan ikatan organik yang mengandung karbon yang dapat dibakar dan dibutuhkan tubuh untuk melakukan kegiatan/aktivitas. <br />2. Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh (zat pembangun) – Protein, mineral dan air, diperlukan untuk membentuk sel-sel baru, memelihara, dan menganti sel yang rusak. <br />3. Mengatur proses tubuh (zat pengatur) – Protein, mineral, air dan vitamin. Protein bertujuan mengatur keseimbangan air di dalam sel,bertindak sebagai buffer dalam upaya memelihara netralitas tubuh dan membentuk antibodi sebagai penangkal organisme yang bersifat infektil dan bahan-bahan asing yang dapat masuk ke dalam tubuh. Mineral dan vitamin sebagai pengatur dalam proses-proses oksidasi, fungsi normal sarafdan otot serta banyak proses lain yang terjadi dalam tubuh, seperti dalam darah, cairan pencernaan, jaringan, mengatur suhu tubuh, peredaran darah, pembuangan sisa-sisa/ ekskresi dan lain-lain proses tubuh.<br />Gizi Seimbang adalah makanan yang dikonsumsi oleh individu sehari-hari yang beraneka ragam dan memenuhi 5 kelompok zat gizi dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan tidak kekurangan (Dirjen BKM, 2002).<br />Pengertian gizi terbagi secara klasik dan masa sekarang :<br />1. Secara Klasik : gizi hanya dihubungkan dengan kesehatan tubuh (menyediakan energi, membangun, memelihara jaringan tubuh, mengatur proses-proses kehidupan dalam tubuh). <br />2. Sekarang : selain untuk kesehatan, juga dikaitkan dengan potensi ekonomi seseorang karena gizi berkaitan dengan perkembangan otak, kemampuan belajar, produktivitas kerja.<br /><br /><b>Beberapa Pengertian/ Istilah Dalam Gizi</b><br />1. Ilmu Gizi (Nutrience Science) adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang makanan dalam hubungannya dengan kesehatan optimal/ tubuh. <br />2. Zat Gizi (Nutrients) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan serta mengatur proses-proses kehidupan. <br />3. Gizi (Nutrition) adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan, untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dri organ-organ, serta menghasilkan energi. <br />4. Pangan adalah istilah umum untuk semua bahan yang dapat dijadikan makanan. <br />5. Makanan adalah bahan selain obat yang mengandung zat-zat gizi dan atau unsur-unsur/ ikatan kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh, yang berguna bila dimasukkan ke dalam tubuh. <br />6. Bahan makanan adalah makanan dalam keadaan mentah. <br />7. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi.<br /><br /><b>A. JENIS & FUNGSI</b><br />BTM yang sengaja ditambahkan untuk tujuan tertentu.<br />a. Antioksidan, untuk mencegah atau menghambat terjadinya proses oksidasi. Biasanaya digunakan pada minyak, lemaka, produk ikan dan daging.<br />b. Antikempal, dapat mengempalnya makanan yang berupa serbuk, tepung atau bubuk. Misalnya pada garam meja, merica bubuk, bumbu lain.<br />c. Pengatur keasaman, dapat mengasamkan, menetralkan dan mempertahankan derajat keasaman makanan sehingga mempunyai rasa sesuai yang diinginkan atau meningkatkan kestabilan makanan.<br />d. Pemanis buatan, menyebabkan rasa manis pada makanan tetapi hampir tidak mempunyai nilai gizi.<br />e. Pemutih, atau pematang tepung, dapat mempercepat proses pemutihan tepung atau pematangan tepung sehingga memperbaiki mutu pemanggangan. <br />f. Pengemulsi, pemantap dan pengental, dapat membantu terbentuknya atau memantapkan sistem dispersi yang homogen pada makanan. Biasanya ditambahkan pada makanan yang mengandung air dan minyak, misalnya margarine, es krim.<br />g. Pengawet, dapat mencegah atau menghambat fermentasi, pengasam atau peruraian lain terhadap makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme.<br />h. Pengeras, dapat memperkeras atau mendegah melunaknya makanan. Biasanya pada buah yang dikalengkan.<br />i. Pewarna, dapat memperbaiki atau memberi warna pada makanan agar terlihat lebih menarik.<br />j. Penyedap rasa atau aroma serta penguat rasa, dapat memebrikan, menambah atau mempertegas rasa atau aroma.<br /></div><div style="text-align: justify;"><script src="http://w.sharethis.com/button/sharethis.js#publisher=dc11a599-99c5-4cce-9f9a-584d9699c0a3&type=website&embeds=true&post_services=facebook%2Cdigg%2Cdelicious%2Cybuzz%2Ctwitter%2Cstumbleupon%2Creddit%2Ctechnorati%2Cmixx%2Cblogger%2Ctypepad%2Cwordpress%2Cgoogle_bmarks%2Cwindows_live%2Cmyspace%2Cfark%2Cbus_exchange%2Cpropeller%2Cnewsvine%2Clinkedin" type="text/javascript"></script><br /></div><div style="text-align: justify;"><script>function fbs_click() {u=location.href;t=document.title;window.open('http://www.facebook.com/sharer.php?u='+encodeURIComponent(u)+'&t='+encodeURIComponent(t),'sharer','toolbar=0,status=0,width=626,height=436');return false;}</script><style> html .fb_share_button { display: -moz-inline-block; display:inline-block; padding:1px 20px 0 5px; height:15px; border:1px solid #d8dfea; background:url(http://b.static.ak.fbcdn.net/images/share/facebook_share_icon.gif?8:26981) no-repeat top right; } html .fb_share_button:hover { color:#fff; border-color:#295582; background:#3b5998 url(http://b.static.ak.fbcdn.net/images/share/facebook_share_icon.gif?8:26981) no-repeat top right; text-decoration:none; } </style> <a class="fb_share_button" href="http://www.facebook.com/share.php?u=%3Curl%3E" onclick="return fbs_click()" style="text-decoration: none;" target="_blank">Share</a><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><script src="http://www.mypagerank.net/services/sbt/sbt.php" type="text/javascript"></script><br /></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6782725523690767315.post-52498150587265709172009-07-03T21:23:00.000-07:002009-11-21T02:14:22.347-08:00PENGELOLAAN ZAKAT<div style="text-align: center;"><b>PENGELOLAAN ZAKAT FITRAH DAN ZAKAT MALL </b></div><div style="text-align: center;"><b>DI LINGKUNGAN MASJID</b></div><br /><div style="text-align: justify;">Pada kehidupan sehari-hari banyak kita temukan masalah-masalah yang berhubungan dengan ekonomi yang berdampak pada kehidupan social masyarakat seperti kemiskinan banyaknya pengangguran yang sering menimbulkan tindakan-tindakan kriminal dan inilah yang menjadi penyebab kehidupan social masyarakat kita sampai sekarang ini tidak meningkat bahkan semakin terpuruk.</div><div style="text-align: justify;">Zakat merupakan salah satu sarana untuk dapat mengatasi masalah-masalah yang sedang terjadi didalam kehidupan masyarakat sekarang ini, dengan adanya kesadaran yang dimiliki oleh masyarakat untuk membayar zakat akan dapat meningkatkan perekonomian umat. </div><div class="fullpost" style="text-align: justify;">Contohnya saja apabila seluruh masyarakat mau membayar zakat setiap ia mempunyai kelebihan harta dan telah mencapai hisab serta haulnya maka kehidupan ekonomi masyarakat akan seimbang sehingga kehidupan socialpun akan meningkat dengan sendirinya. <br /><br /><b>Pengertian Zakat</b><br />Pengertian Zakat menurut bahasa berarti kesuburan, kesucian (thaharah) atau keberkatan ataupun zakat menurut syara’ berarti kesucian zakat (tazqiyah) zakat. <br />Menurut istilah zakat adalah mengeluarkan sebagian harta bagi seorang muslim untuk diserahkan kepada kelompok tertentu yang disebut mustahiq, atas orang yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu yang telah ditetapkan agama. Zakat mengandung arti barokah, yaitu setiap harta benda yang dikeluarkannya, zakat mengadung berkah dan kebajikan baik bagi hartanya maupun bagi orang yang mengeluarkannya.<br />Hukum zakat berlaku bagi orang Islam yang merdeka, telah sampai umur, berakal sehat, sudah sampai ukuran atau nisabnya , hak miliknya sendiri dan sudah sampai waktu 1 tahun.<br />Zakat merupakan salah satu dari rukun Islam yang 5 dan disebut beriringan dengan shalat. Adapun anjuran untuk memungut zakat dari setiap harta benda seorang muslim untuk menyucikan jiwa mereka, menumbuhkan dan mengangkat derajatnya dengan berkah dan kebajikan baik dari segi moral maupun amal, sehingga dengan demikian dia akan layak mendapatkan kebahagiaan.<br /><br /><b>Zakat Maal </b><br />Zakat Mall adalah zakat yang dikenakan atas harta (maal) yang dimiliki oleh individu atau lembaga dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan secara hukum (syara). Maal berasal dari bahasa Arab yang secara harfiah berarti 'harta'.<br /><br /><b>Zakat Fitrah </b><br />Zakat Fitrah ialah zakat diri yang diwajibkan atas diri setiap individu lelaki dan perempuan muslim yang berkemampuan dengan syarat-syarat yang ditetapkan. Kata Fitrah yang ada merujuk pada keadaan manusia saat baru diciptakan sehingga dengan mengeluarkan zakat ini manusia dengan ijin Allah akan kembali fitrah.<br /><br /><b>a. Harta yang wajib dizakati </b><br /><b>Beberapa macam harta yang wajib dizakati yaitu:</b><br />1. emas dan perak<br />2. barang perniagaan<br />3. binatang ternak, seperti kambing, lembu, kerbau dan unta<br />4. hasil pertanian berupamakanan pokok seperti padi, jagung, dan jagung.<br />5. rikaz (barang temuan)<br /><br /><b>Selain harta diatas berikut ini masih ada harta lain yang wajib dizakati yaitu:</b><br />1. zakat perikanan seperti tambak dan perikanan lele<br />2. tanaman hias seperti bonsai, anggrek, dan bunga-bunga lain <br />3. unggas, seperti puyuh, itik, parkit dan ayam<br />4. zakat profesi seperti petenis, pebuluh tangkis, kontraktor, dan pengarang.<br /><br /><b>Orang-orang yang wajib memberikan zakat</b><br />b. Beberapa ketentuan bagi orang-orang yang wajib memberikan zakat adalah yaitu:<br /> a. Orang Islam<br /> b. Hak miliknya sendiri <br /> c. Sudah sampai nisab<br /> d. Waktunya cukup satu tahun, kecuali zakat tambang, temuanpertanian dan profesi.<br /><br /><b>c. Orang yang berhak menerima zakat </b><br />Orang yang berhak menerima zakat disebut mustahik atau asnaf. Orang-orang yang berhak menerima zakat adalah :<br />1. Fakir, yaitu orang yang tidak memiliki garta dan tidak mempunyai pekerjaan atau mata pencaharian tetap sehingga kebutuhan hidup tidak tercukupi.<br />2. Miskin yaitu orang yang memiliki pekerjaan namun tidak dapat mencukupi kehidupan sehari-hari.<br />3. Amil zakat yaitu panitia pengumpul dan pembagi zakat mendapatsurat keputusan (SK) dari yang berwenang atau dinas lembaga resmi untuk Bazis ( badan amil zakat, infak, dan sedekah). Bagi amil yang kerjanya bersifat sementara artinya hanya sewaktu-waktu (kadang-kadang saja), seperti di masjid-masjid atau sekolah-sekolah pada waktu penerimaan zakat fitrah, tidak tergolong amil zakat. Mereka tidak berhak menerima pembagian zakat karena hanya merupakan tugas sampingan saja. <br />4. Muallaf yaitu orang yang baru masuk islam sehingga masih memerlukan bimbingan dan pembinaan keimanannya.<br />5. Hamba sahaya atau riqab, yaitu orang yang ingin merdeka atau dijanjikan akan dibebaskan dengan syarat harus menebus dirinya. Pemberian zakat ini dimaksudkan agar dapat digunakan untuk membebaskan dirinya.<br />6. Garim, yaitu orang yang terlibat hutang, dan tidaak mampu membayar hutangnya sedangkan hutangnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup tidak untuk maksiat.<br />7. Fisabilillah, yaitu orang yang berjuang dijalan allah atau berusaha menegakkan agama alllah atau dana social untuk kepentingan masyarakat seperti mendirikan masjid, rumah sakit, madrasah dan jembatan atau jalan.<br />8. Ibnu sabil, yaitu orang-orang yang sedang dalam perjalanan jauh dengan maksud belajar dan menunaikan ibadah haji yang kekurangan bekal sebelum cita-cita atau niatnya tercapai. Musafir yang kehabisan bekal tetapi kepergiannya tidak untuk perbuatan maksiat.<br /><br /><b>d. Fungsi zakat :</b><br />Zakat merupakan ibadah social yang berhubungan dengan harta mengandung hikmah yang tinggi. Adapun fungsi zakat antara lain;<br />a. Membersihkan diri dari kikir dan sombong, mendidik agar sifatnya mulia dan pemurah, membiasakan diri melaksanakan kewajiban membayar zakat dan memberikan kepada yang berhak menerimanya.<br />b. Menolong orang yang lemah dan susah agar dapat melaksanakan ibadah dengan baik.<br />c. Tanda bukti rasa syukur atas nikmat kekayaan yang diberikan Allah SWT.<br />d. Untuk menjalin hubungan yang erat antara sikaya dan si miskin sehingga tidak terjadi tindak kejahatan oleh si miskin <br />e. Untuk menghindarkan iri dan dengki.</div><div style="text-align: justify;"><script src="http://w.sharethis.com/button/sharethis.js#publisher=dc11a599-99c5-4cce-9f9a-584d9699c0a3&type=website&embeds=true&post_services=facebook%2Cdigg%2Cdelicious%2Cybuzz%2Ctwitter%2Cstumbleupon%2Creddit%2Ctechnorati%2Cmixx%2Cblogger%2Ctypepad%2Cwordpress%2Cgoogle_bmarks%2Cwindows_live%2Cmyspace%2Cfark%2Cbus_exchange%2Cpropeller%2Cnewsvine%2Clinkedin" type="text/javascript"></script></div><div style="text-align: justify;"><script>function fbs_click() {u=location.href;t=document.title;window.open('http://www.facebook.com/sharer.php?u='+encodeURIComponent(u)+'&t='+encodeURIComponent(t),'sharer','toolbar=0,status=0,width=626,height=436');return false;}</script><style> html .fb_share_button { display: -moz-inline-block; display:inline-block; padding:1px 20px 0 5px; height:15px; border:1px solid #d8dfea; background:url(http://b.static.ak.fbcdn.net/images/share/facebook_share_icon.gif?8:26981) no-repeat top right; } html .fb_share_button:hover { color:#fff; border-color:#295582; background:#3b5998 url(http://b.static.ak.fbcdn.net/images/share/facebook_share_icon.gif?8:26981) no-repeat top right; text-decoration:none; } </style> <a class="fb_share_button" href="http://www.facebook.com/share.php?u=%3Curl%3E" onclick="return fbs_click()" style="text-decoration: none;" target="_blank">Share</a></div><script src="http://www.mypagerank.net/services/sbt/sbt.php" type="text/javascript"></script>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6782725523690767315.post-44220333957383331442009-06-11T19:26:00.000-07:002009-11-21T02:14:22.359-08:00APLIKASI Teori HBM<div style="text-align: center;"><b>APLIKASI Teori HBM Dalam Kasus Penyadaran akan Pentingnya </b></div><div style="text-align: center;"><b>Pemberian Imunisasi Lengkap Pada Bayi </b></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><b>1. Variabel Demografi, variabel sosial psikologi, dan variabel struktur</b></div><div style="text-align: justify;">Pernikahan di usia muda dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan tentang imunisasi untuk bayi (pengetahuan terbatas) apabila dibanding dengan seseorang yang menikah pada usia yang lebih matang, mereka lebih mempunyai kesiapan untuk berumah tangga dan merawat seorang anak termasuk dalam hal ini pengetahuan yang lebih terhadap pemberian imunisasi pada bayinya.</div><div class="fullpost" style="text-align: justify;">Selain itu pola pikir masyarakat pedesaan dan perkotaan berbeda. Pada masyarakat pedesaan, kurangnya informasi dari pelayanan kesehatan mengenai imunisasi karena dimungkinkan jarak antar tempat tinggal dan akses pelayanan kesehatan seperti Puskesmas dan Posyandu cukup jauh. Sehingga banyak diantaranya yang hanya tahu informasi imunisasi dari lingkungan terdekat misalnya orangtua (nenek si bayi). Namun, pengalaman yang dialami sebelumnya yang mungkin berbeda member pengaruh terhadap terbentuknya suatu perilaku. Misalnya pengalaman bahwa imunisasi memberi efek seperti kemerahan dan pembengkakan pada tempat suntikan, demam, dan ruam pada kulit (biasanya terjadi 1-3 hari) membuat seorang ibu menjadi enggan untuk memberikan imunisasi pada bayinya. Sedangkan pada mayarakat perkotaan, tentunya memiliki pola pikir yang lebih maju, akses pelayanan kesehatannya pun lebih baik, namun kadang kesibukan yang menjadi kendala. Karena kesibukan yang padat sehingga lupa membawa anaknya untuk imunisasi. Selain itu, tidak sedikit dari mereka yang menganggap enteng penyakit dan beranggapan apabila gizi anak telah tercukupi maka seorang anak tidak akan mudah terserang suatu penyakit.<br /><br /><b>2. Susceptibility (Kerentanan)</b><br />Seorang bayi tentunya akan lebih rentan terkena penyakit dibandingkan orang dewasa karena daya tahan tubuh yang masih belum cukup kuat. Kerentanan ini yang membuat para ibu merasa perlu untuk memberikan imunisasi lengkap pada bayinya agar bayi tersebut mendapat kekebalan tubuh yang cukup dan tidak mudah terserang suatu penyakit baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.<br /><br /><b>3. Severity (Keseriusan)</b><br />Ketika merasakan bahwa PD3I (Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi) seperti TBC, difteri, tetanus, pertusis, polio, hepatitis, dan campak adalah membahayakan bahkan dapat menyebabkan kematian, maka seorang ibu merasa perlu untuk memberi imunisasi lengkap pada bayinya untuk menghindari risiko tersebut.<br /><br /><b>4. Benefits (Keuntungan)</b><br />Imunisasi diperlukan untuk mencegah meluasnya penyakit-penyakit tertentu dan menghindari risiko kematian yang diakibatkannya. Sehingga keuntungannya apabila seorang bayi mendapat imunisasi lengkap adalah bayi tersebut akan mendapat kekebalan tubuh untuk menghindarkannya risiko penyakit bahkan kematian.<br /><br /><b>5. Costs (Sesuatu yang harus dikorbankan)</b><br />Rasa khawatir ketika mendapati efek yang ditimbulkan setelah pemberian imunisasi pada bayi seperti, kemerahan, demam, ruam pada kulit selama 1-3 hari (khususnya pada ibu yang baru mendapat putra pertama).<br />Selain itu, pengorbanan waktu orang tua si bayi yang secara rutin harus memperhatikan dan mematuhi jadwal imunisasi bayinya.<br /><br /><b>6. Cues to action </b><br />Factor pendorong dari luar seperti Posyandu, Puskesmas, Polindes, atau bahkan Rumah sakit yang memberi anjuran para ibu untuk secara rutin memberi imunisasi lengkap pada bayinya. Dapat juga melalui iklan di raio dan televisi mengenai pentingnya imunisasi lengkap untuk bayi (5L). Atau dari lingkungan terdekat, misalnya nenek si bayi, tetangga, atau orang-orang yang lebih berpengalaman untuk dapat memberikan dorongan pada ibu si bayi untuk mau memberi imunisasi lengkap pada bayinya.<br /><br /><b>Strategi Pendidikan penyadaran akan pentingnya pemberian imunisasi lengkap pada bayi </b><br />Sasaran dalam permasalahan tersebut adalah ibu yang memiliki bayi, khususnya ibu yang belum sadar akan pentingnya pemberian imunisasi lengkap untuk bayinya. Karena latar belakang dalam masalah ini ada beberapa macam seperti pengalaman sebelumnya dari orang-orang terdekat mengenai efek demam setelah imunisasi membuat seorang ibu enggan memberi imunisasi untuk bayinya, kurangnya informasi mengenai imunisasi dikarenakan terbatasnya akses pelayanan kesehatan, kematangan usia dalam pernikahan yang mempengaruhi kematangan pola pikir seseorang dalam mengambil keputusan. Sehingga pendidikan akan diberikan secara aktif bila lokasi akses pelayanan kesehatan kurang dapat terjangkau dengan baik, misalnya Polindes atau Puskesmas memberikan informasi mengenai imunisasi secara “Door to door” pada ibu yang baru melahirkan di lingkungan tersebut. Sedangkan untuk masyarakat perkotaan yang dapat dikatakan cukup mudah menjangkau akses pelayanan kesehatan, masalahnya mungkin pada waktu, karena itu salah satu cara yang dilakukan adalah rumah sakit atau rumah bersalin pada waktu melahirkan, dapat secara berkala mengingatkan sang ibu untuk mengimuisasikan bayinya sesuai jadwal misalnya melalui telepon.<br /><br /><b>Metode yang digunakan</b><br /><b>1. Penjelasan langsung</b><br />a. Polindes atau Puskesmas memberikan informasi mengenai imunisasi secara “Door to door” pada ibu yang baru melahirkan di lingkungan tersebut (cakupan wilayah kerja Puskemas atau Polindes tersebut dan sekitarnya).<br /><br />b. Sedangkan pada masyarakat perkotaan, Rumah sakit atau rumah bersalin pada waktu melahirkan mengingatkan (menelepon) jadwal imunisasi bayi dari ibu tersebut.<br /><br />c. Penyadaran melalui kegiatan Posyandu rutin.<br /><b><br /></b><br /><b>2. Siaran berprogram, Film</b><br />Fim yang berisi informasi pentingnya pemberian imunisasi lengkap pada bayi, disertai fakta-fakta akibat tidak diberikannya imunisasi lengkap pada bayi. Karena melalui film, seseorang akan lebih efektif untuk tertarik dan terangsang pola pikirnya (dalam pengambilan keputusan). Misalnya fakta penyakit polio yang menjangkit seorang anak karena tidak diberi imunisasi lengkap yang dapat mengakibatkan risiko-risiko pertumbuhan anak yang terhambat, kelumpuhan, atau bahkan risiko kematian. Sehingga dalam film tersebut menginformasikan bahwa seorang anak tiak akan terjangkit polio bila diberikan imunisasi lengkap secara rutin.<br /><br /><b>Media yang digunakan</b><br /><b>1. Film</b><br />Memutar film yang berisi informasi pentingnya pemberian imunisasi lengkap pada bayi. Misalnya film tentang fakta penyakit polio yang menjangkit seorang anak karena tidak diberi imunisasi lengkap yang dapat mengakibatkan risiko-risiko pertumbuhan anak yang terhambat, kelumpuhan, atau bahkan risiko kematian. Sehingga dalam film tersebut menginformasikan bahwa seorang anak tidak akan terjangkit polio bila diberikan imunisasi lengkap secara rutin. Dapat diputar pada saat kegiatan di posyandu.<br /><br /><br /><b>2. Leafleat</b><br />Berisi informasi lengkap mengenai pentingnya pemberian imunisasi lengkap untuk bayi secara tertulis dan jelas. Misalnya berisi pengertian imunisasi, jenis imunisasi lengkap untuk bayi, manfaat imunisasi lengkap pada bayi, ancaman bila bayi tidak diberikan imunisasi lengkap, dll. Dapat diberikan pada saat kegiatan di posyandu, puskesmas, rumah sakit atau rumah bersalin.<br /><br /><b>3. Spanduk</b><br />Pemasangan spanduk yang berisi ajakan pada orangtua untuk memberi imunisasi lengkap pada bayinya. Dapat dipasang di depan puskesmas, posyandu, atau rumah sakit serta rumah bersalin, atau dapat juga di pinggir jalan yang berpotensi untuk diketahui orang.<br /><br /><b>4. Iklan di radio dan televisi</b><br />Iklan melalui radio atau televisi mengenai pentingnya imunisasi untuk bayi (5L), dosiarkan pada jam-jam umum atau pada jam yang berpotensi ibu-ibu dapat menyaksikan atau mendengarkan.</div><div style="text-align: justify;"><script src="http://w.sharethis.com/button/sharethis.js#publisher=dc11a599-99c5-4cce-9f9a-584d9699c0a3&type=website&embeds=true&post_services=facebook%2Cdigg%2Cdelicious%2Cybuzz%2Ctwitter%2Cstumbleupon%2Creddit%2Ctechnorati%2Cmixx%2Cblogger%2Ctypepad%2Cwordpress%2Cgoogle_bmarks%2Cwindows_live%2Cmyspace%2Cfark%2Cbus_exchange%2Cpropeller%2Cnewsvine%2Clinkedin" type="text/javascript"></script></div><div style="text-align: justify;"><script>function fbs_click() {u=location.href;t=document.title;window.open('http://www.facebook.com/sharer.php?u='+encodeURIComponent(u)+'&t='+encodeURIComponent(t),'sharer','toolbar=0,status=0,width=626,height=436');return false;}</script><style> html .fb_share_button { display: -moz-inline-block; display:inline-block; padding:1px 20px 0 5px; height:15px; border:1px solid #d8dfea; background:url(http://b.static.ak.fbcdn.net/images/share/facebook_share_icon.gif?8:26981) no-repeat top right; } html .fb_share_button:hover { color:#fff; border-color:#295582; background:#3b5998 url(http://b.static.ak.fbcdn.net/images/share/facebook_share_icon.gif?8:26981) no-repeat top right; text-decoration:none; } </style> <a class="fb_share_button" href="http://www.facebook.com/share.php?u=%3Curl%3E" onclick="return fbs_click()" style="text-decoration: none;" target="_blank">Share</a></div><div style="text-align: justify;"><script src="http://www.mypagerank.net/services/sbt/sbt.php" type="text/javascript"></script></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6782725523690767315.post-21644768162962885212009-06-08T20:03:00.000-07:002009-11-21T02:14:22.372-08:00PMT APLIKASI TEORY<div style="font-weight: bold; text-align: center;">HIDUP SEHAT TANPA ROKOK<br /><br />BAB I<br />PENDAHULUAN<br /></div><div style="text-align: justify;"><br /><span style="font-weight: bold;">BAHAYA ROKOK DALAM TUBUH</span><br /><br /><span style="font-weight: bold;">1. Pengertian Rokok</span><br />Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan mengakibatkan bahaya kesehatan bagi diri sendiri maupun masyarakat, oleh karena itu diperlukan berbagai kegiatan pengamanan rokok bagi kesehatan<br />Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan.</div><div style="text-align: justify;" class="fullpost"><br /><span style="font-weight: bold;">2. Kandungan Rokok</span><br />Setiap batang rokok yang dinyalakan akan mengeluarkan lebih 4 000 bahan kimia beracun yang membahayakan dan boleh membawa maut. Dengan ini setiap sedutan itu menyerupai satu sedutan maut. Di antara kandungan asap rokok termasuklah bahan radioaktif (polonium-201) dan bahan-bahan yang digunakan di dalam cat (acetone), pencuci lantai (ammonia), ubat gegat (naphthalene), racun serangga (DDT), racun anai-anai (arsenic), gas beracun (hydrogen cyanide) yang digunakan di “kamar gas maut” bagi pesalah yang menjalani hukuman mati, dan banyak lagi. Bagaimanapun, racun paling penting adalah Tar, Nikotin dan karbon monoksida.<br />Tar mengandung sekurang-kurangnya 43 bahan kimia yang diketahui menjadi penyebab kanker (karsinogen).<br /><br />Nikotin turut menjadi puncak utama risiko serangan penyakit jantung dan strok. Hampir satu perempat mangsa penyakit jantung adalah hasil puncak dari tabiat merokok. Di Malaysia, sakit jantung merupakan menyebab utama kematian sementara strok adalah pembunuh yang keempat.<br /><br />Karbon Monoksida pula adalah gas beracun yang biasanya dikeluarkan oleh kenderaan. Apabila racun rokok itu memasuki tubuh manusia ataupun hewan, yang akan membawa kerusakkan pada setiap organ, yaitu bermula dari hidung, mulut, tekak, saluran pernafasan, paru-paru, saluran penghazaman, saluran darah, jantung, organ pembiakan, sehinggalah ke saluran kencing dan pundi kencing, yaitu apabila sebahagian dari racun-racun itu dikeluarkan dari badan.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">3. Jenis-Jenis Rokok</span><br />Rokok dibedakan menjadi beberapa jenis. Pembedaan ini didasarkan atas bahan pembungkus rokok, bahan baku atau isi rokok, proses pembuatan rokok, dan penggunaan filter pada rokok.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Rokok berdasarkan bahan pembungkus.</span><br />• Klobot: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun jagung.<br />• Kawung: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren.<br />• Sigaret: rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas<br />• Cerutu: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Rokok berdasarkan bahan baku atau isi.</span><br />• Rokok Putih: rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.<br />• Rokok Kretek: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.<br />Rokok Klembak: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau, cengkeh, dan menyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.<br />Rokok berdasarkan proses pembuatannya.<br />• Sigaret Kretek Tangan (SKT): rokok yang proses pembuatannya dengan cara digiling atau dilinting dengan menggunakan tangan dan atau alat bantu sederhana.<br />• Sigaret Kretek Mesin (SKM): rokok yang proses pembuatannya menggunakan mesin.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Rokok berdasarkan penggunaan filter.</span><br />• Rokok Filter (RF): rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus.<br />• Rokok Non Filter (RNF): rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat gabus.<br />Merek-merek rokok yang terkenal<br />• LA Lights<br />• LA Menthol<br />• Djarum BLACK<br />• Djarum Super<br />• A Mild<br />• Clas Mild<br />• Bentoel<br />• Benson & Hedges<br />• Lestees<br />• Lintang Enam<br />• Dji Sam Soe<br />• Gudang Garam<br />• Lucky Strike<br />• Marlboro<br />• Wismilak<br />• Star Mild<br />• X Mild<br />• U Mild<br /><br /><span style="font-weight: bold;">4. Tipe Perokok</span><br />Mereka yang dikatakan perokok sangat berat adalah bila mengkonsumsi rokok lebih dari 31 batang perhari dan selang merokoknya lima menit setelah bangun pagi. Perokok berat merokok sekitar 21-30 batang sehari dengan selang waktu sejak bangun pagi berkisar antara 6 - 30 menit. Perokok sedang menghabiskan rokok 11 – 21 batang dengan selang waktu 31-60 menit setelah bangun pagi. Perokok ringan menghabiskan rokok sekitar 10 batang dengan selang waktu 60 menit dari bangun pagi.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Ada 4 tipe perilaku merokok adalah : </span><br />1. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif. Dengan merokok seseorang merasakan penambahan rasa yang positif. menambahkan ada 3 sub tipe ini :<br />a. Perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah minum kopi atau makan.<br />b. Perilaku merokok hanya dilakukan sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.<br />c. Kenikmatan yang diperoleh dengan memegang rokok. Sangat spesifik pada perokok pipa. Perokok pipa akan menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan tembakau sedangkan untuk menghisapnya hanya dibutuhkan waktu beberapa menit saja. Atau perokok lebih senang berlama-lama untuk memainkan rokoknya dengan jari-jarinya lama sebelum ia nyalakan dengan api.<br /><br />2. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif. Banyak orang yang menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan negatif, misalnya bila ia marah, cemas, gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat. Mereka menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi, sehingga terhindar dari perasaan yang lebih tidak enak.<br /><br />3. Perilaku merokok yang pecandu, mereka yang sudah pecandu akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang. Mereka umumnya akan pergi keluar rumah membeli rokok, walau tengah malam sekalipun, karena ia khawatir kalau rokok tidak tersedia setiap saat ia menginginkannya.<br /><br />4. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan mereka, tetapi karena benar-benar sudah menjadi kebiasaannya rutin. Dapat dikatakan pada orang-orang tipe ini merokok sudah merupakan suatu perilaku yang bersifat otomatis, seringkali tanpa dipikirkan dan tanpa disadari. Ia menghidupkan api rokoknya bila rokok yang terdahulu telah benar-benar habis.<br /><br />5. Bahaya Rokok<br />Rokok adalah benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti merasa lebih jantan. Di balik kegunaan atau manfaat rokok yang secuil itu terkandung bahaya yang sangat besar bagi orang yang merokok maupun orang di sekitar perokok yang bukan perokok.<br />Ketika sebatang rokok terbakar terbentuklah 4.000 senyawa kimia, 200 diantaranya beracun dan 43 lagi pemicu kanker.<br />Efek racunnya terhadap sang perokok dibandingkan yang tidak merokok yaitu :<br />• 14x menderita kanker paru-paru, mulut, dan tenggorokan<br />• 4x menderita kanker esophagus<br />• 2x kanker kandung kemih<br />• 2x serangan jantung<br /><br />Rokok juga meningkatkan resiko kefatalan bagi penderita pneumonia dan gagal jantung, serta tekanan darah tinggi.<br /><br />1. Asap rokok mengandung kurang lebih 4000 bahan kimia yang 200 diantaranya beracun dan 43 jenis lainnya dapat menyebabkan kanker bagi tubuh. Beberapa zat yang sangat berbahaya yaitu tar, nikotin, karbon monoksida, dsb.<br /><br />2. Asap rokok yang baru mati di asbak mengandung tiga kali lipat bahan pemicu kanker di udara dan 50 kali mengandung bahan pengeiritasi mata dan pernapasan. Semakin pendek rokok semakin tinggi kadar racun yang siap melayang ke udara. Suatu tempat yang dipenuhi polusi asap rokok adalah tempat yang lebih berbahaya daripada polusi di jalanan raya yang macet.<br /><br />3. Seseorang yang mencoba merokok biasanya akan ketagihan karena rokok bersifat candu yang sulit dilepaskan dalam kondisi apapun. Seorang perokok berat akan memilih merokok daripada makan jika uang yang dimilikinya terbatas.<br /><br />4. Harga rokok yang mahal akan sangat memberatkan orang yang tergolong miskin, sehingga dana kesejahteraan dan kesehatan keluarganya sering dialihkan untuk membeli rokok. Rokok dengan merk terkenal biasanya dimiliki oleh perusahaan rokok asing yang berasal dari luar negeri, sehingga uang yang dibelanjakan perokok sebagaian akan lari ke luar negeri yang mengurangi devisa negara. Pabrik rokok yang mempekerjakan banyak buruh tidak akan mampu meningkatkan taraf hidup pegawainya, sehingga apabila pabrik rokok ditutup para buruh dapat dipekerjakan di tempat usaha lain yang lebih kreatif dan mendatangkan devisa.<br /><br />5. Sebagian perokok biasanya akan mengajak orang lain yang belum merokok untuk merokok agar merasakan penderitaan yang sama dengannya, yaitu terjebak dalam ketagihan asap rokok yang jahat. Sebagian perokok juga ada yang secara sengaja merokok di tempat umum agar asap rokok yang dihembuskan dapat terhirup orang lain, sehingga orang lain akan terkena penyakit kanker.<br /><br />6. Kegiatan yang merusak tubuh adalah perbuatan dosa, sehingga rokok dapat dikategorikan sebagai benda atau barang haram yang harus dihindari dan dijauhi sejauh mungkin. Ulama atau ahli agama yang merokok mungkin akan memiliki persepsi yang berbeda dalam hal ini.<br /><br />6. Upaya Pencegahan<br />Dalam upaya prevensi, motivasi untuk menghentikan perilaku merokok penting untuk dipertimbangkan dan dikembangkan. Dengan menumbuhkan motivasi dalam diri untuk berhenti atau tidak mencoba untuk merokok, akan membuat mereka mampu untuk tidak terpengaruh oleh godaan merokok yang datang dari teman, media massa atau kebiasaan keluarga/orangtua.<br /><br />Suatu program kampanye anti merokok yang dilakukan dapat dijadikan contoh dalam melakukan upaya pencegahan agar tidak merokok, karena ternyata program tersebut membawa hasil yang menggembirakan. Kampanye anti merokok ini dilakukan dengan cara membuat berbagai poster, film dan diskusi-diskusi tentang berbagai aspek yang berhubungan dengan merokok. Lahan yang digunakan untuk kampanye ini adalah sekolah-sekolah, televisi atau radio. Pesan-pesan yang disampaikan meliputi:<br />• Meskipun orang tuamu merokok, kamu tidak perlu harus meniru, karena kamu mempunyai akal yang dapat kamu pakai untuk membuat keputusan sendiri.<br />• Iklan-iklan merokok sebenarnya menjerumuskan orang. Sebaiknya kamu mulai belajar untuk tidak terpengaruh oleh iklan seperti itu.<br />• Kamu tidak harus ikut merokok hanya karena teman-temanmu merokok. Kamu bisa menolak ajakan mereka untuk ikut merokok.<br />Perilaku merokok akan memberikan dampak bagi kesehatan secara jangka pendek maupun jangka panjang yang nantinya akan ditanggung tidak saja oleh diri kamu sendiri tetapi juga akan dapat membebani orang lain (misal: orangtua)<br /><br /><div style="text-align: center;"><span style="font-weight: bold;">BAB II</span><br /><span style="font-weight: bold;">PENERAPAN TEORI</span><br /></div><br /><span style="font-weight: bold;">• APLIKASI PMT</span><br />Jika digunakan untuk perubahan orang merokok PMT akan berbuat mengikuti informasi tentang daftar dari orang merokok yang tinggi dalam penyakit yang bisa disebabkan oleh orang merokok, misalnya gangguan kehamilan dan janin, kanker, impotensi, serangan jantung dan lain-lain.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">• PROGRAM</span><br />- Kampus Anti Rokok<br />- Seminar free Tobaco Control<br /><br /><span style="font-weight: bold;">• ALASAN</span><br />- Untuk menjadikan kampus bebas rokok<br />- Salah satu langkah kecil untuk mengurangi resiko akibat rokok<br /><br /><span style="font-weight: bold;">• TUJUAN</span><br />- Membrikan penyuluhan atau pemberitahuan kepada mahasiswa tentang ancaman bahaya rokok<br /><br /><span style="font-weight: bold;">• MEDIA </span><br />- Leaflet, Brosur, Modul, Poster<br /><br /><br /><div style="text-align: center; font-weight: bold;">BAB III<br />Hasil<br /></div><br />Hasil analisa untuk memberi prediksi yang terbaik dari perilaku Perokok diantara subjek itu ditemukan bahwa walapun variable PMT memprediksi perilaku dan niat perilaku dalam populasi hasilnya dikembangkan dengan variable tambahan contohnya:<br />Lewat seminar tersebut diharapkan bagi para pecandu rokok untuk memikirkan bahaya dari rokok. Dan membrikan pengetahuan tentang komposisi rokok tersebut.<br /><br /><div style="text-align: center;"><span style="font-weight: bold;">BAB IV</span><br /><span style="font-weight: bold;">KESIMPULAN</span><br /></div><br />Jadi dapat disimpulkan bahwa merokok merupakan kegiatan jelek yang dilakukan manusia yang mengorbankan uang, kesehatan, kehidupan sosial, pahala, persepsi positif, dan lain sebagainya. Maka bersyukurlah anda jika belum merokok, karena anda adalah orang yang smart / pandai.<br /><br />Ketika seseorang menawarkan rokok maka tolak dengan baik. Merasa kasihanlah pada mereka yang merokok. Jangan dengarkan mereka yang menganggap anda lebih rendah dari mereka jika tidak ikutan merokok karena dalam hati dan pikiran mereka yang waras mereka ingin berhenti merokok.<br /><br />Dan wujutkanlah kampus kita dengan kampus bebas rokok lewat seminar Tobaco Control: “Thank’s For Smoking”</div><div style="text-align: justify;"><br /><script type="text/javascript" src="http://w.sharethis.com/button/sharethis.js#publisher=dc11a599-99c5-4cce-9f9a-584d9699c0a3&type=website&embeds=true&post_services=facebook%2Cdigg%2Cdelicious%2Cybuzz%2Ctwitter%2Cstumbleupon%2Creddit%2Ctechnorati%2Cmixx%2Cblogger%2Ctypepad%2Cwordpress%2Cgoogle_bmarks%2Cwindows_live%2Cmyspace%2Cfark%2Cbus_exchange%2Cpropeller%2Cnewsvine%2Clinkedin"></script><br /><script>function fbs_click() {u=location.href;t=document.title;window.open('http://www.facebook.com/sharer.php?u='+encodeURIComponent(u)+'&t='+encodeURIComponent(t),'sharer','toolbar=0,status=0,width=626,height=436');return false;}</script><style> html .fb_share_button { display: -moz-inline-block; display:inline-block; padding:1px 20px 0 5px; height:15px; border:1px solid #d8dfea; background:url(http://b.static.ak.fbcdn.net/images/share/facebook_share_icon.gif?8:26981) no-repeat top right; } html .fb_share_button:hover { color:#fff; border-color:#295582; background:#3b5998 url(http://b.static.ak.fbcdn.net/images/share/facebook_share_icon.gif?8:26981) no-repeat top right; text-decoration:none; } </style> <a href="http://www.facebook.com/share.php?u=%3Curl%3E" class="fb_share_button" onclick="return fbs_click()" target="_blank" style="text-decoration: none;">Share</a><br /><!-- Start code --><br /><script src="http://www.mypagerank.net/services/sbt/sbt.php" type="text/javascript"></script><br /><!-- End code --></div>Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6782725523690767315.post-54685713218943318172009-06-07T03:08:00.000-07:002009-11-21T02:14:22.386-08:00SOCIAL LEARNING THEORY<div style="text-align: justify;"><div style="text-align: center;"><span style="font-weight: bold;">Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory)</span><br /><span style="font-weight: bold;">dari Albert Bandura</span><br /><br /></div><span style="font-weight: bold;">I. LATAR BELAKANG TEORI</span><br /> Bandura menempuh pendidikan kesarjanaannyadi bidang psikologi klinis di Universitas Iowa dan mencapai gelar Ph.D. pada tahun 1952. Setelah menempuh pelatihan post-doktoral di bidang klinis selama satu tahun, pada tahun 1953 Bandura bekerja di Universitas Stanford, di mana kini ia menjadi Profesor David Starr dalam bidang Ilmu Pengetahuan Sosial. Ia pernah bekerja sebagai Ketua Jurusan Psikologi Stanford dan pada tahun 1974 terpilih menjadi Ketua American Psychological Association.<br /></div><div style="text-align: justify;" class="fullpost"><br /> Penelitian Bandura mencakup banyak masalah yang bersifat sentral untuk teori belajar sosial, dan lewat penelitian-penelitian itu teorinya dipertajam dan diperluas. Penelitian ini meliputi studi tentang imitasi dan identifikasi (Bandura, 1962; Bandura dan Huston, 1961; Bandura, Ross, dan Ross, 1961 1963a dan b), Perkuat Sosial (Bandura dan McDonald, 1963), Perkuatan Diri dan Pemonitoran (Bandura dan Kupers, 1964), serta Perubahan Tingkah Laku melalui pemodelan (Bandura, Blanchart, dan Ritter, 1969).<br /><br /> Bersama Richard Wakters sebagai penulis kedua, Bandura menulis Adolescent Aggression (1959), suatu laporan terinci tentang sebuah studi lapangan dimana prinsip-prinsip belajar sosial dipakai untuk menganalisis perkembangan kepribadian sekelompok remaja pria delinkuen dari kelas menengah, disusul dengan Social Learning and personality development (1963), sebuah buku dimana ia dan Walters memaparkan prinsip-prinsip belajar sosial yang telah mereka kembangkan beserta evidensi atau bukti yang menjadi dasar bagi teori tersebut. Pada tahun 1969, Bandura menerbitkan Principles of behavior modification, dimana ia menguraikan penerapan teknik-teknik behavioral berdasarkan prinsip-prinsip belajar dalam memodifikasi tingkah laku dan pada tahun 1973, Aggression: A social learning analysis. Dalam bukunya yang secara teoretis ambisius, Social Learning Theory (1977), ia telah “berusaha menyajikan suatu kerangka teoretis yang terpadu untuk menganalisis pikiran dan tingkah laku manusia”.<br /><br /> Sama seperti halnya kebanyakan pendekatan teori belajar terhadap kepribadian, teori belajar sosial berpangkal pada dalil bahwa tingkah laku manusia sebagian besar berpangkal pada dalili bahwa tingkah laku manusia sebagian besar adalah hasil pemerolehan, dan bahwa prinsip-prinsip belajar adalah cukup untuk menjelaskan bagaimana tingkah laku berkembang dan menetap. Akan tetapi, teori-teori sebelumnya selain kurang memberi perhatian pada konteks sosial dimana tingkah laku ini muncul, juga kurang menyadari fakta bahwa banyak peristiwa belajar yang penting terjadi dengan perantaraan orang lain. Artinya, sambil mengamati tingkah laku orang lain, individu-individu belajar mengimitasi atau meniru tingkah laku tersebut atau dalam hal tertentu menjadikan orang lain model bagi dirinya.<br /><br /> Dalam bukunya terbutan 1941, Social larning and imitation, Miller dan Dollard telah mengakui peranan penting proses-proses imitatif dalam perkembangan kepribadian dan telah berusaha menjelaskan beberapa jenis tingkah laku imitatif tertentu. Tetapi hanya sedikit pakar lain peneliti kepribadian mencoba memasukan gejala belajar lewat observasi ke dalam teori-teori belajar mereka, bahkan Miller dan Dollard pun jarang menyebut imitasi dalam tulisan-tulisan mereka yang kemudian. Bandura tidak hanya berusaha memperbaiki kelalaian tersebut, tetapi juga memperluas analisis terhadap belajar lewat observasi ini melampaui jenis-jenis situasi terbatas yang ditelaah oleh Miller dan Dollard.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">II. ESENSI TEORI</span><br /> Bagi Bandura, walaupun prinsip belajar sosial cukup menjelaskan dan meramalkan perubahan tingkah laku, prinsip itu harus memperhatikan dua fenomea penting yang diabaikan atau ditolak olrh paradigma behaviorisme.<br /><br />Pertama, Bandura berpendapat manusia dapat berfikir dan mengatur tingkah lakunya sendiri; sehingga mereka bukan semata-mata bidak yang menjadi objek pengaruh lingkungan. Sifat kausal bukan dimiliki sendirian oleh lingkungan, karena orang dan lingkungan saling mempengaruhi.<br /><br />Kedua, bandura menyatakan, banyak aspek fungsi kepribadian melibatkan interaksi satu orang dengan orang lain. Dampaknya, teori kepribadian yang memadai harus memperhitungkan konteks sosial di mana tingkah laku itu diperoleh dan dipelihara.<br /><br /> Teori Belajar Sosial (Social Learing Theory) dari Bandura didasarkan pada tiga konsep :<br /><br />1. Determinis Resiprokal (reciprocal determinism): pendekatan yang menjelaskan tingkah laku manusia dalam bentuk interaksi timbal-balik yang terus menerus antara determinan kognitif, behavioral dan lingkungan. Orang menentukan/mempengaruhi tingkahlakunya dengan mengontrl lingkungan, tetapi orang itu juga dikontrol oleh kekuatan lingkungan itu. Determinis resiprokal adalah konsep yang penting dalam teori belajar sosial Bandura, menjadi pijakan Bandura dalam memahami tingkah laku. Teori belajar sosial memakai saling-determinis sebagai prinsip dasar untuk menganalisis fenomena psiko-sosial di berbagai tingkat kompleksitas, dari perkembangan intrapersonal sampai tingkah laku interpersonal serta fungsi interaktif dari organisasi dan sistem sosial.<br /><br />2. Tanpa Renforsemen (beyond reinforcement), Bandura memandang teori Skinner dan Hull terlalu bergantung pada renforsemen. Jika setiap unit respon sosial yang kompleks harus dipilah-pilah untuk direforse satu persatu, bisa jadi orang malah tidak belajar apapun. Menurutnya, reforsemen penting dalam menentukan apakah suatu tingkah laku akan terus terjadi atau tidak, tetapi itu bukan satu-satunya pembentuk tingkah laku. Orang dapat belajar melakukan sesuatu hanya dengan mengamati dan kemudian mengulang apa yang dilihatnya. Belajar melalui observasi tanpa ada renforsemen yang terlibat, berarti tingkah laku ditentukan oleh antisipasi konsekuensi, itu merupakan pokok teori belajar sosial.<br /><br />3. Kognisi dan Regulasi diri (Self-regulation/cognition): Teori belajar tradisional sering terhalang oleh ketidaksenangan atau ketidak mampuan mereka untuk menjelaskan proses kognitif. Konsep bandura menempatkan manusia sebagai pribadi yang dapat mengatur diri sendiri (self regulation), mempengaruhi tingkah laku dengan cara mengatur lingkungan, menciptakan dukungan kognitif, mengadakan konsekuensi bagi bagi tingkahlakunya sendiri.<br /><br />Bandura : Pribadi, Lingkungan dan Tingkah laku saling mempengaruhi<br /><br />Bandura melukiskan :<br />Teori Belajar Sosial berusaha menjelaskan tingkahlaku manusia dari segi interaksi timbal-balik yang berkesinambungan antara faktor kognitif, tingkahlaku, dan faktor lingkungan. Dalam proses determinisme timbal-balik itulah terletak kesempatan bagi manusia untuk mempengaruhi nasibnya maupun batas-batas kemampuannya untuk memimpin diri sendiri (self-direction). Konsepsi tentang cara manusia berfungsi semacam ini tidak menempatkan orang semata-mata sebagai objek tak berdaya yang dikontrol oleh pengaruh-pengaruh lingkungan ataupun sebagai pelaku-pelaku bebas yang dapat menjadi apa yang dipilihnya. Manusia dan lingkungannya merupakan faktor-faktor yang saling menentukan secara timbal balik (Bandura, 1977)<br /><br />Teori Belajar Sosial dari bandura yang paling luas diteliti adalah Efikasi Diri dan Penelitian Observasi (Penelitian Modeling).<br /><br /><span style="font-weight: bold;">a. Efikasi Diri</span><br /> Dua pengertian penting :<br /><br />1. Efikasi diri atau efikasi ekspektasi (self effication – efficacy expectation) adalah “Persepsi diri sendiri mengenai seberapa bagus diri dapat berfungsi dalam situasi tertentu.“ Efikasi diri berhubungan dengan keyakinan bahwa diri memiliki kemampuan melakukan tindakan yang diharapkan.<br /><br />2. Ekspektasi hasil (outcome expectation): perkiraan atau estimasi diri bahwa tingkah laku yang dilakukan diri itu akan mencapai hasil tertentu.<br /><br />Efikasi adalah penilaian diri, apakah dapat melakukan tindakan yang baik atau buruk, tepat atau salah, bias atau tidak bias mengerjakan sesuai dengan yang dipersyaratkan. Efikasi ini berbeda dengan aspirasi (cita-cita), karena cita-cita menggambarkan sesuatu yang ideal yang seharusnya (dapat dicapai), sedang efikasi menggambarkan penilaian kemampuan diri.<br /><br />Seorang dokter ahli bedah, pasti mempunyai ekspektasi efikasi yang tinggi, bahwa dirinya mampu melaksanakan operasi tumor sesuai dengan standar professional. Namun ekspektasi hasilnya bias rendah, karena hasil operasi itu sangat tergantung kepada daya tahan jantung pasien, kemurnia obat abtibiotik, sterilisasi dan infeksi, dan sebagainya.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Sumber Efikasi Diri</span><br /> Perubahan tingkah laku, dalam system bandura kuncinya adalah perubahan ekspektasi efikasi (efikasi diri). Efikasi diri atau keyakinan kebiasaan diri itu dapat diperoleh, diubah, ditingkatkan atau diturunkan, melalui salah satu atau kombinasi empat sumber yakni :<br />1. Pengalaman menguasai sesuatu prestasi (performance accomplishment),<br />2. Pengalaman Vikarius (vicarious experience),<br />3. Persuasi Sosial (Social Persuation) dan<br />4. Pembangkitan Emosi (Emotional/Psysilogical states).<br /><br /><span style="font-weight: bold;">b. Belajar Melalui Observasi</span><br />Menurut Bandura, kebanyakan belajar terjadi tanpa renforsemen yang nyata. Dalam penelitiannya, ternyata orang dapat mempelajari respon baru dengan melihat respon orang lain, bahkan belajar tetap terjadi tanpa ikut melakukan hal yang dipelajari itu, dan model yang diamatinya juga tidak mendapat renforsemen dari tingkahlakunya. Belajar melalui observasi jauh lebih efisien dibanding belajar melalui pengalaman langsung. Melalui observasi orang dapat memperoleh respon yang tidak terhinggai banyaknya, yang mungkin diikuti dengan hubungan dan penguatan.<br /><br />- Peniruan (modelling) Inti dari belajar melalui observasi adalah modelling. Peniruan atau meniru sesungguhnya tidak tepat untuk mengganti kata modeling, karena modeling bukan sekedar menirukan atau mengulangi apa yang dilakukan orang model (oranglain), tetapi modeling melibatkan penambahan dan atau pengurangan tingkahlaku yang teramati, menggenaralisir berbagai pengamatan sekaligus, melibatkan proses kognitif.<br /><br />- Modeling tingkah laku baru : Melalui modeling orang dapat memperoleh tingkahlaku baru. Ini dimungkinkan karena adanya kemampuan kognitif. Stimuli berbentuk tingkahlaku model ditransformasikan menjadi gambaran mental, dan yang lebih penting lagi ditransformasikan menjadi simbol verbal yang dapat diingat kembali suatu saat nanti.<br /><br />- Modeling Mengubah Tingkah laku lama : Dua dampat modeling terhadap tingkah laku lama : pertama, tingkah laku model yang diterima secara sosial dapat memperkuat respon yang sudah dimiliki pengamat. Kedua, tingkah laku model yang tidak diterima secara sosial dapat memperkuat atau memperlemah pengamat untuk melakukan tingkah laku yang tidak diterima secara sosial, tergantung apakah tingkahlaku model itu diganjar atau dihukum.<br /><br />- Modeling Simbolik: Dewasa ini sebagian besar tingkahlaku berbentuk simbolik. Film dan televisi menyajikan contoh tingkahlaku yang tidak terhitung yang mungkin mempengaruhi pengamatnya. Sajian itu berpotensi sebagai sumber model tingkah laku.<br /><br />- Modeling Kondisioning: Modeling dapat digabung dengan kondisioning klasik menjadi kondisioning klasik vikarius (vicarious classical conditioning). Modelilng semacam ini banyak dipakai untuk mempelajari respon emosional.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Faktor-faktor Penting dalam Belajar Melalui Observasi.</span><br />1. Perhatian (attention process)<br />2. Representasi (representasi process)<br />3. Peniruan tingkah laku model (behavior production process)<br />4. Motivasi dan Penguatan (motivation and reinforcemen process)<br /><br /><span style="font-weight: bold;">III. APLIKASI TEORI</span><br /> Bandura mengusulkan tiga macam pendekatan trtmen, yakni :<br /><br />1. Latihan Penguasaan (desensitisasi modeling): mengajari klien menguasai tingkahlaku yang sebelumnya tidak bisa dilakukan (misalnya karena takut). Tritmen konseling dimulai dengan membantu klien mencapai relaksasi yang mendalam. Kemudian konselor meminta klien membayangkan hal yang menakutkannya secara bertahap. Misalnya, ular, dibayangkan melihat ular mainan di etalase toko. Kalau klien dapat membayangkan kejadian itu tanpa rasa takut, mereka diminta membayangkan bermain-main dengan ular mainan, kemudian melihat ular dikandang kebun binatang, kemudian menyentuh ular, sampai akhirnya menggendong ular. Ini adalah model desensitisasi sistemik yang pada paradigma behaviorrisme dilakukan dengan memanfaatkan variasi penguatan. Bandura memakai desesitisasi sistematik itu dalam fikiran (karena itu teknik ini terkadang disebut; modeling kognitif) tanpa memakai penguatan yang nyata.<br /><br />2. Modeling terbuka (modeling partisipan): Klien melihat model nyata, biasanya diikuti dengan klien berpartisipasi dalam kegiatan model, dibantu oleh modelnya meniru tingkahlaku yang dikehendaki, sampai akhirnya mampu melakukan sendiri tanpa bantuan.<br /><br />3. Modeling Simbolik; Klien melihat model dalam film, atau gambar/cerita. Kepuasan vikarious (melihat model mendapat penguatan) mendorong klien untuk mencoba/meniru tingkahlaku modelnya.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">DAFTAR PUSTAKA</span><br />Alwisol. 2004. Psikologi Kepribadian - Edisi Revisi. Malang :UMM Press<br />Davindoff. Linda L. 1981. Psikologi Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.<br />Hall, Calvis S. & Gardner Lindzey. 1993. Teori-teori Sifat dan Behavioristik. Yogyakarta.: Penerbit Kanisius.<br />Rakhmat, Jalaluddin. 2003. Psikologi Komunikasi- Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya.</div><div style="text-align: justify;"><br /><script type="text/javascript" src="http://w.sharethis.com/button/sharethis.js#publisher=dc11a599-99c5-4cce-9f9a-584d9699c0a3&type=website&embeds=true&post_services=facebook%2Cdigg%2Cdelicious%2Cybuzz%2Ctwitter%2Cstumbleupon%2Creddit%2Ctechnorati%2Cmixx%2Cblogger%2Ctypepad%2Cwordpress%2Cgoogle_bmarks%2Cwindows_live%2Cmyspace%2Cfark%2Cbus_exchange%2Cpropeller%2Cnewsvine%2Clinkedin"></script><br /><script>function fbs_click() {u=location.href;t=document.title;window.open('http://www.facebook.com/sharer.php?u='+encodeURIComponent(u)+'&t='+encodeURIComponent(t),'sharer','toolbar=0,status=0,width=626,height=436');return false;}</script><style> html .fb_share_button { display: -moz-inline-block; display:inline-block; padding:1px 20px 0 5px; height:15px; border:1px solid #d8dfea; background:url(http://b.static.ak.fbcdn.net/images/share/facebook_share_icon.gif?8:26981) no-repeat top right; } html .fb_share_button:hover { color:#fff; border-color:#295582; background:#3b5998 url(http://b.static.ak.fbcdn.net/images/share/facebook_share_icon.gif?8:26981) no-repeat top right; text-decoration:none; } </style> <a href="http://www.facebook.com/share.php?u=%3Curl%3E" class="fb_share_button" onclick="return fbs_click()" target="_blank" style="text-decoration: none;">Share</a><br /><!-- Start code --><br /><script src="http://www.mypagerank.net/services/sbt/sbt.php" type="text/javascript"></script><br /><!-- End code --></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6782725523690767315.post-64759896476610585432009-05-29T20:48:00.000-07:002009-11-21T02:14:22.411-08:00THEORY OF PLANNED<div style="font-weight: bold; text-align: center;">THEORY OF PLANNED BEHAVIOR<br /><br />AJZEN<br /><br />PENDAHULUAN<br /><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /><br /><span style="font-weight: bold;">A. LATAR BELAKANG</span><br /><br /><br /><br />Theory of Planed Behavior (Teori Tingkah Laku yang direncanakan) diperkenalkan Ajzen (1985,1987), teori ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari teori sebelumnya yaitu reasoned action (tindakan beralasan). Teori ini menambahkan sebuah konstruk yaitu perceived behavior control atau control perilaku yang dipersepsi. Teori tingkah laku yang terencanakan adalah banyak perilaku tidak semuanya dibawah kontrol penuh individual sehingga perlu ditambahkan konsep kontrol perilaku yang dipersepsi.</div><div style="text-align: justify;" class="fullpost"><br /><br />Teori ini mengansumsi bahwa kontrol perilaku yang dipersepsi mempunyai implikasi motivisional terhadap minat-minat., selain itu adanya hubungan antara perilaku yang dipersepsi dengan perilaku. Suatu perilaku tidak ditentukan oleh sikap dan norma subjektif semata, tetapi juga terdapat pada persepsi individu dan kenyakinan kontrol tersebut. Ajzen juga menambahakan faktor latar belakang pada teori ini.<br /><br /><br /><br /><span style="font-weight: bold;">B. MODEL THE PLAN OF BEHAVIOR</span><br /><br /><meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 11"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 11"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CADMINI%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><link rel="Edit-Time-Data" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CADMINI%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_editdata.mso"><link rel="OLE-Object-Data" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CADMINI%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_oledata.mso"><!--[if !mso]> <style> v\:* {behavior:url(#default#VML);} o\:* {behavior:url(#default#VML);} w\:* {behavior:url(#default#VML);} .shape {behavior:url(#default#VML);} </style> <![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" latentstylecount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style> <!-- /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:""; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt; mso-header-margin:35.4pt; mso-footer-margin:35.4pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin:0cm; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-ansi-language:#0400; mso-fareast-language:#0400; mso-bidi-language:#0400;} </style> <![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <o:shapedefaults ext="edit" spidmax="1027"> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <o:shapelayout ext="edit"> <o:idmap ext="edit" data="1"> </o:shapelayout></xml><![endif]--><!--[if gte vml 1]><v:shapetype id="_x0000_t75" coordsize="21600,21600" spt="75" preferrelative="t" path="m@4@5l@4@11@9@11@9@5xe" filled="f" stroked="f"> <v:stroke joinstyle="miter"> <v:formulas> <v:f eqn="if lineDrawn pixelLineWidth 0"> <v:f eqn="sum @0 1 0"> <v:f eqn="sum 0 0 @1"> <v:f eqn="prod @2 1 2"> <v:f eqn="prod @3 21600 pixelWidth"> <v:f eqn="prod @3 21600 pixelHeight"> <v:f eqn="sum @0 0 1"> <v:f eqn="prod @6 1 2"> <v:f eqn="prod @7 21600 pixelWidth"> <v:f eqn="sum @8 21600 0"> <v:f eqn="prod @7 21600 pixelHeight"> <v:f eqn="sum @10 21600 0"> </v:formulas> <v:path extrusionok="f" gradientshapeok="t" connecttype="rect"> <o:lock ext="edit" aspectratio="t"> </v:shapetype><v:shape id="_x0000_s1026" type="#_x0000_t75" style="'position:absolute;" wrapcoords="-90 0 -90 21481 21600 21481 21600 0 -90 0"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\ADMINI~1\LOCALS~1\Temp\msohtml1\01\clip_image001.wmz" title=""> <w:wrap type="tight"> </v:shape><![if gte mso 9]><o:oleobject type="Embed" progid="PowerPoint.Slide.8" shapeid="_x0000_s1026" drawaspect="Content" objectid="_1305186070"> </o:OLEObject> <![endif]><![endif]--><!--[if !vml]--><!--[endif]--><a href="file:///C:/Documents%20and%20Settings/Administrator/Desktop/behaviour.bmp"></a><meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 11"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 11"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CADMINI%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><link rel="Edit-Time-Data" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CADMINI%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_editdata.mso"><!--[if !mso]> <style> v\:* {behavior:url(#default#VML);} o\:* {behavior:url(#default#VML);} w\:* {behavior:url(#default#VML);} .shape {behavior:url(#default#VML);} </style> <![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" latentstylecount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style> <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:Calibri; panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:""; margin-top:0cm; margin-right:0cm; margin-bottom:10.0pt; margin-left:0cm; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:Calibri; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-bidi-font-family:"Times New Roman";} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt; mso-header-margin:36.0pt; mso-footer-margin:36.0pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin:0cm; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-ansi-language:#0400; mso-fareast-language:#0400; mso-bidi-language:#0400;} </style> <![endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: Arial;"><!--[if gte vml 1]><v:shapetype id="_x0000_t75" coordsize="21600,21600" spt="75" preferrelative="t" path="m@4@5l@4@11@9@11@9@5xe" filled="f" stroked="f"> <v:stroke joinstyle="miter"> <v:formulas> <v:f eqn="if lineDrawn pixelLineWidth 0"> <v:f eqn="sum @0 1 0"> <v:f eqn="sum 0 0 @1"> <v:f eqn="prod @2 1 2"> <v:f eqn="prod @3 21600 pixelWidth"> <v:f eqn="prod @3 21600 pixelHeight"> <v:f eqn="sum @0 0 1"> <v:f eqn="prod @6 1 2"> <v:f eqn="prod @7 21600 pixelWidth"> <v:f eqn="sum @8 21600 0"> <v:f eqn="prod @7 21600 pixelHeight"> <v:f eqn="sum @10 21600 0"> </v:formulas> <v:path extrusionok="f" gradientshapeok="t" connecttype="rect"> <o:lock ext="edit" aspectratio="t"> </v:shapetype><v:shape id="_x0000_i1025" type="#_x0000_t75" style="'width:51pt;"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\ADMINI~1\LOCALS~1\Temp\msohtml1\01\clip_image001.png" title="behaviour"> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img style="width: 185px; height: 163px;" src="file:///C:/DOCUME%7E1/ADMINI%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image002.jpg" shapes="_x0000_i1025" /><!--[endif]--></span><br /><br /><br /><br /><span style="font-weight: bold;">1. Background Factors (Latar Belakang)</span><br /><br />Latar belakang atau Bacground Factors disini meliputi usia, jenis kelamin, suku, status social ekonomi, mood (suasana hati), sifat kepribadian, dan pengetahuannya dapat mempengarihi perilakunya. Disini dia memasukkan tiga faktor latar belakang, yakni Personal, Sosial, dan Informasi. Faktor personal adalah sikap umum seseorang terhadap sesuatu, sifat kepribadian (personality traits), nilai hidup (values), emosi dan kecerdasan yang dimilikinya. Faktor Sosial antara lain adalah usia, jenis kelamin, etnis, pendidikan dan agama. Faktor Informasi adalah pengalaman, pengetahuan dan ekspose pada media.<br /><br /><br /><br /><span style="font-weight: bold;">2. Behavioral Belief (Kenyakinan Perilaku)</span><br /><br />Kepercayaan dari seseorang individu tentang konsekuensi dari perilaku tertentu. Konsep ini didasarkan pada kemungkinan subjektif bahwa perilaku akan menghasikan suatu hasil.<br /><br /><br /><br /><span style="font-weight: bold;">3. Attitude Toward Behavior (Sikap Terhadap Perilaku)</span><br /><br />Penilaian positif atau negative dari perilaku tertentu. Hal ini ditentukan oleh hubungan kepercayaan terhadap perilaku dengan hasil dari berbagai perilaku dan sifat lainnya.<br /><br /><br /><br /><span style="font-weight: bold;">4. Normatif Bellief (Kenyakinan Normatif)</span><br /><br />Disini adalah faktor lingkungan social yang berpengaruh terhadap individu, dan dapat mempengaruhi keputusannya.<br /><br /><br /><br /><span style="font-weight: bold;">5. Subjective Norm (Norma Subjective)</span><br /><br />Sejauh mana seseorang memiliki motivasi untuk mengikuti pandangan orang terhadap perilaku yang akan dilakukannya (Normative Belief). Fishbein & Ajzen (1975) menggunakan istilah motivation to comply untuk menggambarkan fenomena ini, yaitu apakah individu mematuhi pandangan orang lain yang berpengaruh dalam hidupnya atau tidak.<br /><br /><br /><br /><span style="font-weight: bold;">6. Kepercayaan Kontrol (Control Beliefs)</span><br /><br />Kepercayaan dari seorang individu tentang adanya faktor yang dapat memfasilitasi atau menghalangi kinerja dari perilaku (Ajzen, 2001). Konsep kontrol terhadap perilaku yang konseptual berkaitan dengan kemanjuran sendiri.<br /><br /><br /><br /><span style="font-weight: bold;">7. Kontrol Perilaku yang Dipersepsi (Perceived Behavioral Control)</span><br /><br />Individu yang dianggap memudahkan atau menghambat untuk melakukan perilaku tertentu (Ajzen, 1988). Hal ini diasumsikan bahwa kontrol perilaku yang dipersepsi ditentukan oleh total set yang diperoleh dari kepercayaan kontrol.<br /><br /><br /><br /><span style="font-weight: bold;">8. Niat untuk melakukan perilaku (Intention)</span><br /><br />Kecenderungan seseorang untuk memilih melakukan atau tidak melakukan sesuatu pekerjaan. Niat ini ditentukan oleh sejauh mana individu memiliki sikap positif pada perilaku tertentu, dan sejauh mana bila dia memilih untuk melakukan perilaku tertentu itu dia mendapat dukungan dari orang-orang lain yang berpengaruh dalam kehidupannya.<br /><br /><br /><br /><span style="font-weight: bold;">9. Behavior (Perilaku)</span><br /><br />Kata seorang Ajzen, perilaku adalah fungsi dari niat yang kompatibel dan tanggapan dari perilaku dalam kontrol perilaku yang dipersepsi. Diharapkan efek moderat pada niat perilaku, yaitu niat baik menghasilkan perilaku hanya ketika kontrol perilaku yang dipersepsi kuat.<br /><br /><br /><br /><span style="font-weight: bold;">10. Kendali Tingkah Laku Nyata (Actual Behavioral) </span><br /><br />Segala hal yang secara actual tersedia dalam membentuk kontrol perilaku dan perilaku itu sendiri, seperti dukungan dari orang lain, uang, keahlian, waktu, dan lain sebagainya.<br /><br /></div><div style="text-align: justify;"><script type="text/javascript" src="http://w.sharethis.com/button/sharethis.js#publisher=dc11a599-99c5-4cce-9f9a-584d9699c0a3&type=website&embeds=true&post_services=facebook%2Cdigg%2Cdelicious%2Cybuzz%2Ctwitter%2Cstumbleupon%2Creddit%2Ctechnorati%2Cmixx%2Cblogger%2Ctypepad%2Cwordpress%2Cgoogle_bmarks%2Cwindows_live%2Cmyspace%2Cfark%2Cbus_exchange%2Cpropeller%2Cnewsvine%2Clinkedin"></script><br /><br /><script>function fbs_click() {u=location.href;t=document.title;window.open('http://www.facebook.com/sharer.php?u='+encodeURIComponent(u)+'&t='+encodeURIComponent(t),'sharer','toolbar=0,status=0,width=626,height=436');return false;}</script><style> html .fb_share_button { display: -moz-inline-block; display:inline-block; padding:1px 20px 0 5px; height:15px; border:1px solid #d8dfea; background:url(http://b.static.ak.fbcdn.net/images/share/facebook_share_icon.gif?8:26981) no-repeat top right; } html .fb_share_button:hover { color:#fff; border-color:#295582; background:#3b5998 url(http://b.static.ak.fbcdn.net/images/share/facebook_share_icon.gif?8:26981) no-repeat top right; text-decoration:none; } </style> <a href="http://www.facebook.com/share.php?u=%3Curl%3E" class="fb_share_button" onclick="return fbs_click()" target="_blank" style="text-decoration: none;">Share</a><br /><br /><!-- Start code --><br /><br /><script src="http://www.mypagerank.net/services/sbt/sbt.php" type="text/javascript"></script><br /><br /><!-- End code --></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6782725523690767315.post-77200313343899076202009-05-29T01:59:00.000-07:002009-11-21T02:14:22.426-08:00Theory of Reasoned action<div style="font-weight: bold; text-align: center;">Penggunaan Theory of Reasoned action<br />terhadap penundaan usia perkawinan pada mahasiswi<br />(usia 22-25 th)<br /></div><div style="text-align: justify;"><br /><span style="font-weight: bold;">A. Pendahuluan</span><br />Perkawinan bukanlah hal yang mudah, di dalamnya terdapat banyak konsekuensi yang harus dihadapi sebagai suatu bentuk tahap kehidupan baru individu dewasa dan pergantian status dari lajang menjadi seorang istri yang menuntut adanya penyesuaian diri terus-menerus sepanjang perkawinan. Individu yang memiliki kesiapan untuk menjalani kehidupan perkawinan akan lebih mudah menerima dan menghadapi segala konsekuensi persoalan yang timbul dalam perkawinan.</div><div style="text-align: justify;" class="fullpost"><br />Di Indonesia penundaan usia perkawinan banyak dijumpai di kota-kota besar terutama mereka yang berkonsentrasi pada kemajuan prestasi dalam karir dan pendidikan. Pendidikan dikatakan sebagai alternatif lain (terutama bagi gadis) dari melangsungkan perkawinan, sehingga sering digunakan alasan seseorang belum menikah karena “masih sekolah”, walaupun usianya sudah mencapai usia perkawinan<br /> Penundaan usia perkawinan sampai pada usia dewasa dianggap banyak memberikan keuntungan bagi seorang individu. Perkawinan di usia dewasa akan menjamin kesehatan reproduksi ideal bagi wanita sehingga kematian ibu melahirkan dapat dihindari. Perkawinan di usia dewasa juga akan memberikan keuntungan dalam hal kesiapan psikologis dan sosial ekonomi.<br /><br /> Dikatakan bahwa meskipun usia tidak dapat dijadikan sebagai satu-satunya faktor yang bertanggung jawab dalam proporsi kegagalan perkawinan, akan tetapi terdapat indikasi bahwa perkawinan belia cacat sejak permulaan karena biasanya pasangan memasukinya dengan terburu-buru, setelah perkenalan yang singkat, dan seringkali tanpa pertimbangan matang mengenai realitas yang akan mereka hadapi setelah menikah. Oleh karena itu penundaan usia perkawinan banyak dianjurkan pada mereka yang belum memiliki kesiapan menuju kehidupan perkawinan.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">B. Kajian Teori</span><br /> Penelitian ini mengaplikasikan model tindakan beralasan yang dikemukakan oleh Fishbein dan Ajzen dalam memahami intensi penundaan usia perkawinan (Ajzen, 1988). Berdasarkan model teori tindakan beralasan dijelaskan bahwa untuk melakukan penundaan usia perkawinan, ditentukan oleh adanya intensi individu untuk melakukan penundaan usia perkawinan atau tidak.<br /><br /> Ada dua komponen yang menjadi penentu intensi penundaan usia perkawinan,yaitu sikap individu terhadap penundaan usia perkawinan, dan norma subyektif yang diyakini oleh individu.<br /><br /> Sikap terhadap penundaan usia perkawinan terbentuk oleh keyakinan akan penundaan usia perkawinan, yang memuat dua aspek pokok, yaitu:<br /><br />(1) Keyakinan akan hasil atau manfaat yang diperoleh dari penundaan usia perkawinan.<br />Keyakinan tersebut meliputi empat aspek yaitu; aspek kesiapan biologis, kesiapan psikologis, kesiapan sosial dan kesiapan ekonomi (Landis, 1963).<br /><br />(2) Evaluasi terhadap setiap hasil yang diperoleh dari penundaan usia perkawinan.<br />Evaluasi terhadap hasil perilaku adalah merupakan penilaian dari individu terhadap aspek kesiapan biologis, kesiapan psikologis, kesiapan sosial dan kesiapan ekonomi sebagai hasil atau manfaat yang dapat diperoleh apabila individu melakukan penundaan usia perkawinan. Evaluasi atau penilaian bersifat menguntungkan atau tidak menguntungkan, menyenangkan atau tidak menyenangkan, berharga atau merugikan, baik atau tidak baik.<br />Semakin positif sikap individu terhadap penundaan usia perkawinan, maka semakin kuat intensi individu tersebut untuk melakukan penundaan usia perkawinan, sebaliknya semakin negatif sikap individu terhadap penundaan usia perkawinan, maka semakin lemah intensi individu untuk melakukan penundaan usia perkawinan.<br /><br />Norma subyektif terbentuk dari keyakinan normatif yang terdiri dari dua aspek pokok, yaitu:<br /><br />(1) Keyakinan akan harapan normatif referen terhadap penundaan usia perkawinan.<br />Keyakinan mengacu pada seberapa besar harapan-harapan yang dipersepsi oleh individu yang berkaitan dengan penundaan usia perkawinan, yang berasal dari orang-orang yang dianggap berpengaruh dan mempengaruhi individu (referen significant others) untuk melakukan penundaan usia perkawinan. Referen dalam hal ini adalah orang tua, saudara, teman, tetangga, tokoh agama dan tokoh masyarakat<br /><br />(2) Motivasi untuk mematuhi setiap harapan normatif referen tersebut.<br />Motivasi mengacu pada seberapa besar motivasi dari individu untuk mematuhi harapan-harapan dari orang-orang yang dianggap penting tersebut. Semakin positif atau mendukung norma subyektif yang diyakini oleh individu terhadap penundaan usia perkawinan, maka semakin kuat intensi individu untuk melakukan penundaan usia perkawinan, sebaliknya semakin negatif norma subyektif yang diyakini oleh individu terhadap penundaan usia perkawinan, maka akan semakin lemah intensi individu untuk melakukan penundaan usia perkawinan.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">C. Hasil dan Pembahasan</span><br /> Sebagian besar subyek penelitian memiliki sikap yang positif terhadap penundaan usia perkawinan (77,5%). Hal ini berarti mereka memiliki keyakinan yang tinggi bahwa penundaan usia perkawinan akan memberikan keuntungan bagi mereka, baik keuntungan dari segi biologis, psikologis, sosial dan ekonomi. Penundaan perkawinan akan memberikan waktu lebih banyak bagi mereka untuk membentuk identitas pribadi sebagai individu yang matang secara biologis, psikologis, sosial dan ekonomi.<br /><br /> Hal ini sesuai dengan pendapat Landis (1963) yang mengatakan bahwa penundaan atau pendewasaan usia perkawinan akan mempengaruhi kesiapan individu terutama kesiapan psikologis, sosial dan ekonomi, dalam memasuki kehidupan perkawinan yang berarti juga akan meningkatkan stabilitas perkawinan sehingga kegagalan perkawinan dapat dihindari (Landis, 1963). Semua bentuk kesiapan ini mendukung individu untuk dapat menjalankan peran baru dalam keluarga yang akan dibentuknya agar perkawinan yang dijalani selaras, stabil dan individu dapat merasakan kepuasan dalam perkawinannya kelak.<br /> Kesiapan biologis menjadi salah satu pertimbangan penting subyek penelitian dalam menunda perkawinan. Kesiapan biologis mengacu kepada kematangan seksual yang dimilki individu sehingga mampu mendapatkan keturunan dan siap menerima konsekuensi sebagai orang tua (hamil, melahirkan, menyusui dan mengasuh anak).<br /><br /> Kesiapan psikologis menjadi alasan kedua subyek penelitian untuk menunda perkawinan. Kesiapan psikologis diartikan sebagai kesiapan individu dalam menjalankan peran sebagai suami atau istri, meliputi pengetahuan akan tugasnya masing-masing dalam rumah tangga, dan tidak memilki kecemasan yang berlebihan terhadap perkawinan, akan tetapi menganggap perkawinan sebagai sesuatu yang wajar untuk dijalani. Hal ini sesuai dengan pendapat Landis bahwa individu yang siap secara psikologis untuk menikah akan bersikap flexibel dan adaptif dalam menjalin hubungan dengan orang lain, memandang pernikahan sebagai sebuah fase dalam kehidupan yang akan dapat mendatangkan berbagai persoalan baru yang tentunya memerlukan tanggung jawab lebih besar (Landis, 1963).<br /><br /> Perkawinan bukan hanya hubungan antara dua pribadi, akan tetapi juga merupakan suatu lembaga sosial yang diatur oleh masyarakat yang beradab untuk menjaga dan memberi perlindungan bagi anak-anak yang akan dilahirkan dalam masyarakat tersebut, serta untuk menjamin stabilitas dan kelangsungan kelompok masyarakat itu sendiri. Banyaknya peraturan-peraturan dan larangan-larangan sosial bagi sebuah perkawinan membuktikan adanya perhatian yang besar dari masyarakat untuk sebuah perkawinan yang akan terjadi. Keuntungan dari perkawinan yang dilakukan oleh individu yang siap secara psikologis adalah mereka akan menyadari implikasi dari sebuah perkawinan dan menyadari arti dari perkawinan bagi kehidupannya. Oleh karena itu kesiapan psikologis sangat diperlukan dalam memasuki kehidupan perkawinan agar individu siap dan mampu menghadapi berbagai masalah yang timbul dengan cara yang bijak, tidak mudah bimbang dan putus asa.<br /><br /> Kesiapan secara sosial juga merupakan pertimbangan penting bagi penetapan waktu perkawinan. Subyek penelitian berkeyakinan bahwa menunda perkawinan akan memberi manfaat dalam meningkatkan kesiapan individu dalam menjalankan status baru dalam masyarakat sebagai suami atau istri dengan segala konsekuensinya, serta bersedia untuk bersosialisasi dengan masyarakat dan budaya yang berlainan.<br /><br /> Kartono (1987) mengatakan kesiapan secara sosial diperlukan karena akan membawa seseorang dari masa yang kekanak-kanakan penuh egosentrisme kepada akseptuasi sepenuhnya dari pertanggungjawaban sebagai manusia dewasa ditengah masyarakat, sehingga mampu melakukan adaptasi sosial, dan mampu mengintegrasikan diri di tengah masyarakat. Lebih lanjut dikatakan bahwa integrasi sosial perlu dipelajari oleh setiap individu, karena sangat esensial bagi setiap bentuk hubungan dan interrelasi diri di tengah masyarakat, khususnya untuk interrelasi yang sangat intim dalam bentuk perkawinan.<br /> Selain kesiapan secara sosial, kesiapan ekonomi juga dianggap merupakan manfaat yang akan diperoleh subyek penelitian dari menunda perkawinan. Kesiapan ekonomi berarti individu mampu untuk mandiri, memiliki mata pencaharian yang mantap sehingga mampu memenuhi segala kebutuhan rumah tangga, dan tidak lagi bergantung pada orang tua. Kesiapan ekonomi juga berarti adanya kemampuan merencanakan dan mengelola keuangan dengan baik.<br /><br /> Individu yang menikah pada usia muda akan cenderung bergantung pada orangtua secara finansial maupun emosional. Perkawinan yang dilaksanakan pada usia dewasa akan membuat orangtua yakin bahwa anak-anak mereka cukup mampu bertanggung jawab pada perkawinannnya dan tidak akan terlalu ikut campur pada permasalahan yang mungkin saja terjadi dalam kehidupan perkawinan mereka. Hal ini juga dapat mengurangi friksi yang mungkin terjadi dengan keluarga pasangan (Laswell, 1987).<br /><br /> Norma subyektif yang diyakini oleh sebagian besar subyek penelitian berada dalam kategori tinggi (50,5%) dan sangat tinggi (22%). Hal ini berarti subyek penelitian memiliki keyakinan bahwa orang-orang penting dalam kehidupan mereka (significant others) menyarankan untuk menunda usia perkawinan, dan subyek penelitian memiliki motivasi yang besar untuk mematuhinya.<br /><br /> Perkawinan pada masyarakat Indonesia tidak hanya berhubungan atau melibatkan pasangan yang akan melakukan perkawinan, akan tetapi sekaligus juga merupakan perkawinan “dua keluarga”. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Malhotra (1997) yang menunjukkan bahwa keterlibatan orangtua dalam keputusan penetapan waktu perkawinan anak-anaknya tetap berlangsung, meskipun mereka bebas memilih pasangannya sendiri seperti yang terjadi di Indonesia, Srilangka, China ,Taiwan dan Jepang. Dukungan significant others yang tinggi pada penundaan usia perkawinan disebabkan karena mereka menyadari bahwa persiapan yang lebih matang terutama dari segi kesiapan psikologis, sosial dan ekonomi diperlukan untuk menjamin kelangsungan masa depan sebuah perkawinan. Sarwono (1997) mengatakan bahwa penundaan usia perkawinan dapat disebabkan karena norma sosial semakin lama menuntut persyaratan yang semakin tinggi untuk dilangsungkannya sebuah perkawinan, yakni pendidikan, pekerjaan, kesiapan mental dan lain-lain (Sarwono, 1997).<br /><br /> Secara teoritis norma sosial terhadap perkawinan merupakan perwujudan sikap anggota masyarakat terhadap sesuatu yang berkaitan dengan masalah perkawinan. Otani (1991) mengelompokkan tiga jenis sikap masyarakat terhadap perkawinan sebagai berikut:<br /><br />1. Sikap masyarakat yang menganggap bahwa perkawinan merupakan suatu masa yang mutlak harus dilakukan dan sedapat mungkin dilakukan sebelum mencapai umur tertentu. Masyarakat yang memiliki sikap demikian, pada umumnya menerima perkawinan yang diatur oleh orangtua.<br /><br />2. Sikap masyarakat yang mengaggap bahwa perkawinan merupakan suatu hal yang penting dan jika diperbolehkan akan dilakukan sebelum mencapai umur tertentu. Golongan masyarakat ini cenderung menunda perkawinan sampai dirasa mantap untuk memasuki kehidupan perkawinan.<br /><br />3. Sikap masyarakat yang menganggap bahwa pekerjaan lebih penting daripada perkawinan. Masyarakat pada golongan ini cenderung untuk melakukan perkawinan terlambat, bahkan sebagian besar memilih untuk tidak melakukan perkawinan (Ontani, 1991: 475-487).<br /><br /> Berdasarkan penggolongan sikap masyarakat di atas terlihat bahwa referen atau orang-orang yang dianggap penting oleh subyek penelitian termasuk dalam golongan kedua. Hal ini sesuai dengan pendapat Otani yang mengatakan bahwa, masyarakat Indonesia yang tinggal di perkotaan dan dengan status sosial menengah keatas termasuk dalam golongan kedua.<br /><br /> Mereka memiliki keyakinan bahwa perkawinan merupakan sebuah fenomena yang universal, artinya secara cepat atau lambat seseorang akan melangsungkan perkawinan, hanya saja penetapan waktu perkawinan menuntut persyaratan yang semakin tinggi, terutama kesiapan psikologis dan sosial ekonomi. Sebagian besar subyek penelitian memiliki intensi penundaan usia perkawinan dalam kategori tinggi (48,%5) dan sangat tinggi (24,5%) disebabkan oleh beberapa hal antara lain:<br /><br />1. Seluruh subyek penelitian masih berstatus mahasiswa sehingga masalah perkawinan belum menjadi masalah yang mendesak untuk dipikirkan. Prioritas utama subyek penelitian adalah menyelesaikan kuliah dan meraih prestasi sebaik-baiknya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Manning dan Singarimbun (2000) yang menunjukkan bahwa pendidikan memang memberi andil yang cukup besar terhadap penundaan usia perkawinan. Semakin tinggi pendidikan yang diraih seorang individu, maka semakin tinggi pula usia kawin individu tersebut. Individu yang memiliki pendidikan tinggi akan mengalokasikan waktu yang lebih panjang untuk mengenyam pendidikan.<br /><br />2. Seluruh subyek penelitian belum bekerja, sehingga mereka belum memiliki kemandirian secara ekonomis untuk menuju kehidupan perkawinan. Perkawinan mensyaratkan adanya kemandirian secara ekonomis dari pasangan, sehingga ketergantungan secara ekonomis pada orang lain merupakan sesuatu hal yang tabu dan sedapat mungkin harus dihindari<br /><br />3. Usia subyek penelitian juga merupakan faktor yang menyebabkan tingginya intensi untuk melakukan penundaan usia perkawinan. Usia yang muda saat memasuki perkawinan biasanya berkaitan dengan ketidaksiapan secara sosial, psikologis, dan ekonomis. Lebih muda usia kawin berarti besar peluang untuk tidak stabilnya sebuah perkawinan, sehingga penundaan atau pendewasaan usia perkawinan merupakan sebuah hal yang wajar dan biasa untuk dilakukan.<br /><br /> Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa sikap terhadap penundaan usia perkawinan, norma subyektif dan intensi penundaan usia perkawinan subyek penelitian berada dalam kategori tinggi. Pada model perilaku beralasan dijelaskan, jika sikap terhadap perilaku dan norma subyektif tinggi, maka intensi untuk menampilkan perilaku juga akan tinggi. Hal ini terbukti dengan dihasilkannya hubungan yang positif dan sangat signifikan antara sikap terhadap penundaan usia perkawinan dengan intensi penundaan usia perkawinan. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Becker (Openheirmen, 1988) yang mengatakan bahwa penundaan perkawinan akan terjadi pada pria dan wanita, jika terdapat utility yang lebih besar yang akan diperoleh pria dan wanita tersebut daripada jika mereka tidak melakukan penundaan perkawinan. Hubungan yang positif dan sangat signifikan antara sikap terhadap penundaan usia perkawinan dengan intensi penundaan usia perkawinan, menandakan subyek penelitian meyakini bahwa mereka akan mendapatkan utility yang lebih besar jika melakukan penundaan usia perkawinan.<br /><br /> Norma subyektif yang diyakini oleh subyek penelitian berpengaruh secara positif terhadap intensi penundaan usia perkawinan subyek penelitian. Seperti telah dijelaskan pada dasar teori, bahwa pembagian fase kehidupan seorang individu kebanyakan mempunyai sifat normatif (Monk, 1999). Walaupun tidak selalu mutlak demikian, namun masih sering dipakai sebagai standar tingkah laku bagi individu. Hal ini sesuai dengan kecenderungan masyarakat untuk selalu berusaha memperoleh standar tingkah laku. Tingginya dukungan normatif untuk melakukan penundaan usia perkawinan yang diyakini oleh subyek penelitian, menyebabkan intensi untuk melakukan penundaan usia perkawinan menjadi tinggi. Dalam masyarakat maju, usia memang tidak selalu menjadi standar tingkah laku, terutama pada masa sesudah remaja, namun fenomena “social o’clock” belum sepenuhnya hilang. Masyarakat masih menaruh pengharapan tertentu mengenai tingkah laku yang sesuai untuk usia-usia tertentu. Pengharapan masyarakat ini kemudian diinternalisasikan oleh individu, dan mempengaruhi keputusannya dalam berperilaku tertentu.<br /><br />D. Penutup<br /> Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan di atas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:<br /><br />1. Ada korelasi positif dan sangat signifikan antara sikap terhadap penundaan usia perkawinan dengan intensi penundaan usia perkawinan. Hal ini berarti bahwa semakin positif sikap subyek penelitian terhadap penundaan usia perkawinan, maka akan semakin kuat intensi penundaan usia perkawinan subyek penelitian. Sebaliknya, semakin rendah sikap subyek penelitian terhadap penundaan usia perkawinan, maka semakin lemah intensi penundaan usia perkawinan subyek penelitian. Sumbangan efektif sikap terhadap penundaan usia perkawinan sebesar 12,8% terhadap intensi penundaan usia perkawinan. Hal ini berarti sikap terhadap penundaan usia perkawinan memiliki mempunyai peran yang cukup besar terhadap penundaan usia perkawinan.<br /><br />2. Ada korelasi positif dan sangat signifikan antara norma subyektif dengan intensi penundaan usia perkawinan. Hal ini berarti semakin positif norma subyektif, maka semakin kuat intensi penundaan usia perkawinan subyek penelitian. Sebaliknya, semakin negatif norma subyektif, maka semakin lemah pula intensi penundaan usia perkawinan subyek penelitian. Sumbangan efektif norma subyektif sebesar 47% terhadap intensi penundaan usia perkawinan. Hal ini berarti norma subyektif berperan besar terhadap peningkatan intensi penundaan usia perkawinan.<br /><br /> Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan di atas, beberapa saran yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut:<br /><br />1. Mengingat besarnya peran dari norma subyektif terhadap intensi penundaan usia perkawinan, maka bagi instansi yang memiliki program pendewasaan usia perkawinan hendaknya memberikan perhatian utama terhadap opini dari referen subyek yang dijadikan target program pendewasaan usia perkawinan.<br /><br />2. Sosialisasi pendewasaan usia perkawinan pada subyek yang menjadi target program pendewasaan usia perkawinan, hendaknya difokuskan pada pengubahan sikap yang lebih favorable terhadap penundaan usia perkawinan<br /><br />3. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik meneliti penundaan usia perkawinan, hendaknya mempertimbangkan faktor lain dari pemilihan subyek, misalnya; jenis kelamin (pria dan wanita), tempat tinggal (desa dan kota) dan status (menikah dan belum menikah) untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam tentang penundaan usia perkawinan.</div><div style="text-align: justify;"><br /><script type="text/javascript" src="http://w.sharethis.com/button/sharethis.js#publisher=dc11a599-99c5-4cce-9f9a-584d9699c0a3&type=website&embeds=true&post_services=facebook%2Cdigg%2Cdelicious%2Cybuzz%2Ctwitter%2Cstumbleupon%2Creddit%2Ctechnorati%2Cmixx%2Cblogger%2Ctypepad%2Cwordpress%2Cgoogle_bmarks%2Cwindows_live%2Cmyspace%2Cfark%2Cbus_exchange%2Cpropeller%2Cnewsvine%2Clinkedin"></script><br /><script>function fbs_click() {u=location.href;t=document.title;window.open('http://www.facebook.com/sharer.php?u='+encodeURIComponent(u)+'&t='+encodeURIComponent(t),'sharer','toolbar=0,status=0,width=626,height=436');return false;}</script><style> html .fb_share_button { display: -moz-inline-block; display:inline-block; padding:1px 20px 0 5px; height:15px; border:1px solid #d8dfea; background:url(http://b.static.ak.fbcdn.net/images/share/facebook_share_icon.gif?8:26981) no-repeat top right; } html .fb_share_button:hover { color:#fff; border-color:#295582; background:#3b5998 url(http://b.static.ak.fbcdn.net/images/share/facebook_share_icon.gif?8:26981) no-repeat top right; text-decoration:none; } </style> <a href="http://www.facebook.com/share.php?u=%3Curl%3E" class="fb_share_button" onclick="return fbs_click()" target="_blank" style="text-decoration: none;">Share</a><br /><!-- Start code --><br /><script src="http://www.mypagerank.net/services/sbt/sbt.php" type="text/javascript"></script><br /><!-- End code --></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6782725523690767315.post-7281440727173551472009-05-17T18:45:00.000-07:002009-11-21T02:14:22.438-08:00MANAJEMEN PELATIHAN<div style="text-align: center; font-weight: bold;">MANAJEMEN PELATIHAN KANKER SERVIKS<br /><br /></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-weight: bold;">A. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PELATIHAN</span><br /><span style="font-weight: bold;">1. PENGERTIAN KANKER SERVIKS</span><br />Kanker serviks (kanker leher rahim) adalah tumbuhnya sel-sel tidak normal pada leher rahim. Kanker serviks merupakan kanker yang sering dijumpai di Indonesia baik di antara kanker pada perempuan dan pada semua jenis kanker.<br /></div><div style="text-align: justify;" class="fullpost"><br />Kejadiannya hampir 27% di antara penyakit kanker di Indonesia. Namun demikian lebih dari 70% penderita datang memeriksakan diri dalam stadium lanjut, sehingga banyak menyebabkan kematian karena terlambat ditemukan dan diobati.<br />Di mana Letak Leher Rahim? Leher rahim adalah bagian bawah rahim yang menonjol ke dalam kelamin wanita. Di tempat ini sering terjadi kanker yang disebut kanker serviks. Bagaimana Gejalanya? Kanker serviks pada stadium dini sering tidak menunjukkan gejala atau tanda-tandanya yang khas, bahkan tidak ada gejala sama sekali.<br />Gejala yang sering timbul pada stadium lanjut antara lain adalah:<br />- Pendarahan sesudah melakukan hubungan intim.<br />- Keluar keputihan atau cairan encer dari kelamin wanita.<br />- Pendarahan sesudah mati haid (menopause).<br />- Pada tahap lanjut dapat keluar cairan kekuning-kuningan, berbau atau bercampur darah, nyeri panggul atau tidak dapat buang air kecil.<br />Apakah penyebabnya? Lebih dari 95 % kanker serviks berkaitan erat dengan infeksi HPV (Human Papiloma Virus) yang dapat ditularkan melalui aktivitas seksual. Saat ini sudah terdapat vaksin untuk mencegah infeksi HPV khususnya tipe 16 dan tipe 18 yang diperkirakan menjadi penyebab 70% kasus kanker serviks di Asia.<br />Apa saja yang menjadi faktor resikonya? Beberapa faktor risiko terkena kanker serviks antara lain:<br />- Mulai melakukan hubungan seksual pada usia muda.<br />- Sering berganti-ganti pasangan seksual.<br />- Sering menderita infeksi di daerah kelamin.<br />- Melahirkan banyak anak.<br />- Kebiasaan merokok (risiko dua kali lebih besar).<br />- Defisiensi vitamin A, C, E.<br /><br />PENYAKIT KANKER SERVIKS<br /><br />Kanker serviks (kanker leher rahim) adalah tumbuhnya sel-sel tidak normal pada leher rahim. Kanker serviks merupakan kanker yang sering dijumpai di Indonesia baik di antara kanker pada perempuan dan pada semua jenis kanker.<br />Kejadiannya hampir 27% di antara penyakit kanker di Indonesia. Namun demikian lebih dari 70% penderita datang memeriksakan diri dalam stadium lanjut, sehingga banyak menyebabkan kematian karena terlambat ditemukan dan diobati.<br />Di mana Letak Leher Rahim? Leher rahim adalah bagian bawah rahim yang menonjol ke dalam kelamin wanita. Di tempat ini sering terjadi kanker yang disebut kanker serviks. Bagaimana Gejalanya? Kanker serviks pada stadium dini sering tidak menunjukkan gejala atau tanda-tandanya yang khas, bahkan tidak ada gejala sama sekali.<br />Gejala yang sering timbul pada stadium lanjut antara lain adalah:<br />- Pendarahan sesudah melakukan hubungan intim.<br />- Keluar keputihan atau cairan encer dari kelamin wanita.<br />- Pendarahan sesudah mati haid (menopause).<br />- Pada tahap lanjut dapat keluar cairan kekuning-kuningan, berbau atau bercampur darah, nyeri panggul atau tidak dapat buang air kecil.<br />Apakah penyebabnya? Lebih dari 95 % kanker serviks berkaitan erat dengan infeksi HPV (Human Papiloma Virus) yang dapat ditularkan melalui aktivitas seksual. Saat ini sudah terdapat vaksin untuk mencegah infeksi HPV khususnya tipe 16 dan tipe 18 yang diperkirakan menjadi penyebab 70% kasus kanker serviks di Asia.<br />Apa saja yang menjadi faktor resikonya? Beberapa faktor risiko terkena kanker serviks antara lain:<br />- Mulai melakukan hubungan seksual pada usia muda.<br />- Sering berganti-ganti pasangan seksual.<br />- Sering menderita infeksi di daerah kelamin.<br />- Melahirkan banyak anak.<br />- Kebiasaan merokok (risiko dua kali lebih besar).<br />- Defisiensi vitamin A, C, E.<br /><br />PAP SMEAR / IVA<br />Kanker serviks dapat dikenali pada tahap pra kanker, yaitu dengan cara melakukan antara lain pemeriksaan SKRINING, artinya melakukan pemeriksaan tanpa menunggu keluhan. Beberapa medote skrining telah dikenal, yaitu antara lain: PAP SMEAR dan IVA. PAP SMEAR Kanker serviks dimulai dari tahap pra kanker. Jika kanker dapat ditemukan pada tahap awal ini, akan dapat disembuhkan dengan sempurna.<br />Pemeriksaan PAP SMEAR Adalah cara untuk mendeteksi dini kanker serviks. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cepat, tidak sakit dengan biaya yang relatif terjangkau dan hasilnya akurat. Kapan melakukannya? Pemeriksaan PAP SMEAR dilakukan kapan saja, kecuali pada masa haid atau sesudah petunjuk dokter. Bagi perempuan yang sudah menikah atau sudah melakukan hubungan seksual, lakukanlah pemeriksaan PAP SMEAR setahun sekali. Segera mungkin melakukan pemeriksaan PAP SMEAR dan jangan menunggu sampai timbul gejala.<br />Bagaimana pemeriksaan dilakukan? Pemeriksaan PAP SMEAR dilakukan di atas kursi periksa kandungan oleh dokter atau bidan yang sudah dilatih, dengan menggunakan alat untuk membantu membuka kelamin wanita. Ujung leher diusap dengan spatula untuk mengambil cairan yang mengandung sel-sel dinding leher rahim. Usapan ini kemudian diperiksa jenis sel-selnya di bawah mikrosop. Apabila hasil pemeriksaan posirif (terdapat sel-sel yang tidak normal), harus segera dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan pengobatan oleh dokter ahli kandungan.<br /><br />KESIMPULAN<br />Kanker serviks (kanker leher rahim) adalah tumbuhnya sel-sel tidak normal pada leher rahim. Gejala yang sering timbul pada stadium lanjut antara lain adalah:<br />- Pendarahan sesudah melakukan hubungan intim.<br />- Keluar keputihan atau cairan encer dari kelamin wanita.<br />- Pendarahan sesudah mati haid (menopause).<br />- Pada tahap lanjut dapat keluar cairan kekuning-kuningan, berbau atau bercampur darah, nyeri panggul atau tidak dapat buang air kecil.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">B. SARAN </span><br />Pesan yang perlu diingat:<br />- Untuk melakukan skrining kanker serviks, jangan sampai menunggu adanya keluhan.<br />- Datanglah ke tempat periksa untuk pemeriksaan PAP SMEAR/IVA<br />- Jika ditemukan kelainan pra kanker ikutilah pesan petugas/dokter. Apabila perlu pengobatan, jangan ditunda. Karena pada tahap ini tingkat kesembuhannya hampir 100%.</div><div style="text-align: justify;"><br /><script type="text/javascript" src="http://w.sharethis.com/button/sharethis.js#publisher=dc11a599-99c5-4cce-9f9a-584d9699c0a3&type=website&embeds=true&post_services=facebook%2Cdigg%2Cdelicious%2Cybuzz%2Ctwitter%2Cstumbleupon%2Creddit%2Ctechnorati%2Cmixx%2Cblogger%2Ctypepad%2Cwordpress%2Cgoogle_bmarks%2Cwindows_live%2Cmyspace%2Cfark%2Cbus_exchange%2Cpropeller%2Cnewsvine%2Clinkedin"></script><br /><script>function fbs_click() {u=location.href;t=document.title;window.open('http://www.facebook.com/sharer.php?u='+encodeURIComponent(u)+'&t='+encodeURIComponent(t),'sharer','toolbar=0,status=0,width=626,height=436');return false;}</script><style> html .fb_share_button { display: -moz-inline-block; display:inline-block; padding:1px 20px 0 5px; height:15px; border:1px solid #d8dfea; background:url(http://b.static.ak.fbcdn.net/images/share/facebook_share_icon.gif?8:26981) no-repeat top right; } html .fb_share_button:hover { color:#fff; border-color:#295582; background:#3b5998 url(http://b.static.ak.fbcdn.net/images/share/facebook_share_icon.gif?8:26981) no-repeat top right; text-decoration:none; } </style> <a href="http://www.facebook.com/share.php?u=%3Curl%3E" class="fb_share_button" onclick="return fbs_click()" target="_blank" style="text-decoration: none;">Share</a><br /><!-- Start code --><br /><script src="http://www.mypagerank.net/services/sbt/sbt.php" type="text/javascript"></script><br /></div><!-- End code -->Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6782725523690767315.post-68807947203266943272009-05-15T05:41:00.000-07:002009-11-21T02:14:22.447-08:00Analisis Observasi<div style="text-align: center; font-weight: bold;">Analisis Hasil Observasi Pasien<br />Terhadap pelayanan perawat<br /></div><br /><div style="text-align: justify;">Pasien yang saya berikan kuisioner bernama Nurul yang berumur 19 tahun ini bertempat tinggal di Srondol Kulon. Beliau berpendidikan terakhir SLTP dan sekarang bekerja sebagai pegawai Swasta yang berpenghasilan perbulan 500 ribu -1 juta.<br />Beliau masuk di RSUD menggunakan pembayaran Jamsostek.</div><div style="text-align: justify;" class="fullpost"><br />Berikut hasi dari observasi terhadap Nurul :<br /><span style="font-weight: bold;">A. Aspek Penampilan Fisik</span><br />1. Perawat mengenakan serangan saat melayani pasien.<br />- Pasien merasa puas pada saat pembayaran perawat mengenakan seragam.<br />2. perawat berpenampilan rapi saat melayani pasien.<br />- pasien merasa puas karena perawat berpakaian rapi.<br />3. perawat berpenampilan bersih saat melayani pasien.<br />- pasien merasa puas apabila perawat berpenampilan bersih karena pasien berpiliran bahwa kebersihan merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan kesehatan.<br />4. Perawat mempunyai penampilan yang meyakinkan/<br />- Pasien merasa puas, karena penampilan yang meyakinkan merupakan kepuasan sendiri bagi pasien.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">B. Aspek kemampuan / kehandalan pelayanan yang akurat.</span><br />1. Perawat mampu memberikan kesan pertama yang baik.<br />- pasien merasa puas, karena kesan pertama yang diberikan membuat pasien percaya terhadap perawat.<br />2. Perawat tidak melakukan kesalahan saat melayani pasien.<br />- Pasien merasa puas, karena pada pada saat pelayanan kesehatan, perawat tidak melakukan kesalahan.<br />3. Perawat terampil dalam melakukan tindakan keperawatan.<br />- pasien merasa puas, karena perawat terampil dalam melakukan tindakan keperawatan.<br />4. perawat menginformasikan setiap tindakan yang dilakukan.<br />- pasien merasa puas, karena setiap perawat yang datang untuk melakukan pelayanan kesehatan menginformasikan tindakan yang akan ia lakukan.<br />5. Perawat ikut bertanggung jawab atas tindakan keperawatan yang telah dilakukan kepada pasien.<br />- pasien merasa puas karena perawat memang ikut bertanggungjawab atas apa yang dia lakukan.<br />6. perawat melakukan tindakan keperawatan dengan baik.<br />- pasien merasa puas terhadap tindakan keperawatan yang baik.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">C. Aspek Daya Tangkap</span><br />1. Perawat cepat dalam memberikan tidnakan keperawatan.<br />- Pasien merasa puas karena perawatan yang melakukan tindakan keperawatan cepat.<br />2. Perawat siap terhadap kebutuhan pasien.<br />- pasien merasa puas karena apabila pasien membutuhkan sesuatu maka perawat akan segera mengatasi kebutuhan tersebut.<br />3. Perawat tepat dalam memberikan kebutuhan pasien.<br />- Pasien merasa puas karena perawat tepat dalam memberikan kebutuhan pasien.<br />4. Perawat tanggap jika dibutuhkan oleh pasien<br />- pasien merasa puas karena perawat selalu tanggap dan selalu ada apabila pasien membutuhkan bantuan.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">D. Aspek Jaminan</span><br />1. Pasien yakin bahwa perawat adalah orang yang bisa dipercaya dalam melakukan tindakan keperawatan.<br />- Pasien merasa puas karena perawat merupakan orang yang bisa dipercaya.<br />2. Perawat tidak bingung dalam melakukan pelayanan<br />- Pasien merasa tidak puas, karena selama ia membutuhkan bantuan, perawat bingung dalam melayani pasien tersebut.<br />3. Perawat Membuat Pasien Merasa Aman<br />- Pasien merasa puas, karena pasien merasakan rasa aman bersama perawat tanpa adanya dokter.<br />4. Perawat membuat pasien merasa tenang<br />- pasien merasa puas, karena perawat membuat pasien merasa tenang.<br />5. Perawat Sopan dengan Pasien<br />- pasien merasa puas, karena setiap melakukan tindakan keperawatan perawat sopan terhadap pasien.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">E. Aspek Empati</span><br />1. Perawat memahami kebutuhan pasien<br />- pasien merasa puas, karena perawat memahami kebutuhan pasien.<br />2. perawat mengerti kesulitan pasien<br />- pasien merasa puas, karena perawat mengerti kesulitan pasien.<br />3. perawat tidak mengabaikan pasien<br />- pasien merasa puas, karena pasien merasa tidak diabaikan oleh perawat.<br />4. perawat memberikan perhatian penuh kepada pasien.<br />- pasien merasa puas, karena pasien merasa diberikan perhatian dari perawat selama melakukan tindakan keperawatan.<br />5. perawat tidak membedakan antara pasien yang satu dengan pasien yang lain<br />- Pasien merasa puas, karena pasien merasa tidak dibeda-bedakan antara pasien yang satu dengan pasien yang lainnya. Selama perawat memberikan tindakan keperawatan.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Analisis Hasil Observasi Perawat</span><br />Perawat yang saya berikan kuisioner bernama Fitria Wulandari berusia 25 tahun, ia merupakan perawat perempuan yang berpenampilan antara 1 juta – 2 juta, ia bekerja di RSUD Ungaran selama 2 tahun dengan jabatan perawat pelaksana yang ditanggung jawaban kepada Bp. Bambang. S.Kes.<br />Fitria Wulandari, Amd beralamat di Ungaran.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Berikut hasil Observasi bersama perawat :</span><br />1. Pelayanan yang baik untuk pasien adalah pelayanan yang cepat tanggap dan sopan, kualitas pelayanan di RSUD Ungaran adalah kualitas yang cukup baik dan mungkin pelayanan yang lebih ramah dan penanganan pasien agar lebih cepat.<br />2. Pasien merasa stress mungkin stres akibat dari penyakitnya sendiri dan perawat dalam memenangkannya mungkin dengan cara memberi minum dan menyuruh pasien agar mengambil nafas dalam-dalam.<br />3. Sebagai perawat merasakan senang, apabila pasien yang ditangani sembuh karena itu salah satu dari slogan “Kesembuhan dan kepuasan pasien adalah kebahagiaan kami”.<br />4. Perawat berusaha semaksimal mungkin dalam melayani pasien.<br />5. Fisik yang baik, sopan, dan bersih. Dokter dan perawat mengenakan seragam yang bersih dan rapi.</div><div style="text-align: justify;"><br /><script type="text/javascript" src="http://w.sharethis.com/button/sharethis.js#publisher=dc11a599-99c5-4cce-9f9a-584d9699c0a3&type=website&embeds=true&post_services=facebook%2Cdigg%2Cdelicious%2Cybuzz%2Ctwitter%2Cstumbleupon%2Creddit%2Ctechnorati%2Cmixx%2Cblogger%2Ctypepad%2Cwordpress%2Cgoogle_bmarks%2Cwindows_live%2Cmyspace%2Cfark%2Cbus_exchange%2Cpropeller%2Cnewsvine%2Clinkedin"></script><br /><script>function fbs_click() {u=location.href;t=document.title;window.open('http://www.facebook.com/sharer.php?u='+encodeURIComponent(u)+'&t='+encodeURIComponent(t),'sharer','toolbar=0,status=0,width=626,height=436');return false;}</script><style> html .fb_share_button { display: -moz-inline-block; display:inline-block; padding:1px 20px 0 5px; height:15px; border:1px solid #d8dfea; background:url(http://b.static.ak.fbcdn.net/images/share/facebook_share_icon.gif?8:26981) no-repeat top right; } html .fb_share_button:hover { color:#fff; border-color:#295582; background:#3b5998 url(http://b.static.ak.fbcdn.net/images/share/facebook_share_icon.gif?8:26981) no-repeat top right; text-decoration:none; } </style> <a href="http://www.facebook.com/share.php?u=%3Curl%3E" class="fb_share_button" onclick="return fbs_click()" target="_blank" style="text-decoration: none;">Share</a><br /><!-- Start code --><br /><script src="http://www.mypagerank.net/services/sbt/sbt.php" type="text/javascript"></script><br /></div><!-- End code -->Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6782725523690767315.post-21720129548419562392009-05-14T23:56:00.000-07:002009-11-21T02:14:22.460-08:00PROPOSAL METODOLOGI PENELITIAN<div style="text-align: center; font-weight: bold;">ANALISIS PERILAKU VOICE SEBAGAI MODERATOR HUBUNGAN ANTARA KETIDAKPUASAN KERJA DAN KREATIVITAS</div><div class="fullpost"><br />I. Latar Belakang<br />Penelitian tentang konstrak ketidakpuasan kerja pengaruhnya terhadap variabel lain realatif masih sedikit dilakukan. Selama ini para peneliti lebih mendalami tentang konstrak kepuasan kerja terhadap variabel lain seperti kinerja, komitmen. Motivasi dan sebagainya. Orang lebih familiar dengan istilah kepasan kerja. Asumsi dalam teori dan penelitian tenang kepuasan kerja menyatakan bahwa pada tingkat kepuasan kerja tinggi secara positif mengkontribusi pada efektivitas organisasi dan kesejahteraan pekerja, sebaliknya pada saat tingkat kepuasan kerja rendah akan menghambat efektivitas organisasi dan anggota-anggotanya. Dalam era yang menekankan pada tututan perubahan. Kreativitas dan inovasi organisasi, khususnya inisiatif pekerja, maka tidak selamanya ketidakpusan kerja dianggap menjadi penghambat bagi efektivitas organisasi.<br />Hal ini berarti bahwa anggota organisasi yang tidak merasa puas dengan pekerjaannya. Pada dasarnya menghendaki adanya perubahan / tidak menyetujui adanya status quo. Keadaan status quo diorganisasi menunjukkan kevakuman dalam segala perilaku yang menginginkan adanya perubahan. Perubahan dianggap akan mengganggu efektifitas organisasi ketidakpuasan kerja dapat menjadi awal munculnya perubahan ketika mereka yang tidak merasa puas menghadirkan cara-cara baru untuk memperbaiki kondisi sekarang. Konsisten dengan alasan tersebut, sejumlah penulis menyarankan bahwa ketidakpuasan kerja sesungguhnya memiliki dampak positif terhadap efektivitas organisasi dengan merubah situasi kerja sekarang dengan menghadirk<br />an cara-cara baru yang lebih baik. Dari sinilah proses kreativitas akan munul. Dengan demikian sangat mungkin bahwa ketidakpuasan kerja dalam kondisi tertentu dapat menyebabkan munculnya kreativitas yang menguntungkan organisasi. Namun masih sangat sedikit diketahui kondisi-kondisi yang menyebabkan konsekuensi fungsional yan gmengasilkan ketidakpuasan kerja akan selalu menyababkan munculnya kreativitas, bahkan dapat terjadi bahwa ketidakpuasan kerja mengakibatkan terjadinya Turn Over. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba untuk mengidentifikasi kondisi-kondisi yang mendasari adanya ketidakpuasan kerja yang mengakibatkan munculnya kreativitas. Indentifikasi kondisi ini penting dengan alasan ketidakpuasan kerja memotivasi tumbuhnya perubahan organisasi melalui ide-ide kreatif untuk perbaikan. Hal ini terjadi pada kondisi dimana ketidakpuasan kerja dapat mengakibatkan mereka berhenti / keluar dari organisasi.<br /><br />II. Rumusan Masalah<br />Ketidakpuasan kerja dapat menjadikan seseorang untuk bertindak positif. Yaitu tetap diorganisasi dengan melakukan perbaikan. Inilah yang disebut dengan voice. Ketika perilaku voice muncul maka akan menciptakan ide / cara baru. Disinilah kreativitas akan tumbuh diorganisasi. Agar ketidakpuasan kerja memunculkan kreativitas maka organisasi harus mengakomodasi pekerja yang memiliki perilaku voice. Penelitian yang dilakukan oleh Zhou dan George, (2001) telah mendukung bukti empiris bahwa pada kondisi lingkungan tertentu, yaitu pekerja yang menunjukkan bahwa komitmen kontinuan, umpan balik dari rekan kerja. Dorongan dan bantuan rekan kerja dan dukungan organisasi terpersepsi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap terhadap hubungan antara ketidakpuasan kerja terhadap kreatifitas selain untuk variabel moderator tersebut juga ditambahkan variabel moderator lain, yaitu dukungan dari supervisor. Menyatakan bahwa dukungan supervisor memiliki pengaruh signifikan terhadap kreativitas. Penambahan variable tersebut sesuai dengan yang disarankan dalam penelitian zzhou dan geroge (2001)<br /><br />III. Tujuan Penelitian<br />Penelitian ini bertujuan untuk :<br />1. Menguji hubungan ketidakpuaan kerja terhadap kreativitas<br />2. Menguji modrasi komitmen kontinuean dan umpan balik dari rekan kerja secara bersama-sama pada hubungan antara ketidakpuasan kerja terhadap kreatifitas<br />3. Menguji moderasi komitmen kontinuean serta dukungan dan bantuan rekan kerja secara bersama-sama pada hubungan antara ketidakpuasan kerja terhadap kreativitas<br />4. Menguji moderasi komitmen kontinuan dan dukungan organisasi terpersepsi secara bersama-sama pada hubungan antar ketidakpuasan kerja terhadap kreativias<br /><br />IV. Manfaat<br />Kreativitas menjadi faktor penting didalam organisasi, terutama pada kondisi dimana organisasi menghadapi lingkungan yang kompetitif. Manfaat inisiatif dan implementasi dari ide kreatif meningkatkan kemampuan organisasi untuk merespon peluang yang ada. Peningkatan kinerja kreatif dari pekerja merupakan suatu keharusan jika organisasi ingin mencapai keunggulan kompetitifnya (Amabile, 1998). Oleh karena itu topik bahasan dalam studi ini adalah kreativitas dalam keterkaitannya dengan faktor lain.<br /><br />V. Tinjauan Pustaka<br />- George, JM 8 Zhou, J, (2002). Undrstanding when bad moods poste creativity and good ones don’t : the role of context oand clarity of feelings. Journal of applied psychology, 87 (4), 687.697<br />- George, Jm 8 Zhou, J (2002) when openess to experience and conscientiousness are related to creative ban<br /><br />VI. Penelitian Terdahulu<br />Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari keempat hipotesis yang diajukan tak ada yang signifikan sebagai moderasi hubungan antara ketidak puasan kerja dan kreativitas. Prediksi kreativitas dengan menggunakan variabel independent (ketidakpuasan kerja) tidak didukung dalam penelitian kerja. Demikian jugta diprediksi terhadap kretivitas dengan menggunakan ketidakpuasan kerja dan dua variabel moderator (komitmen kotinuan dan variabel konseptual) secara bersama-sama ternyata tak ada yang didukung.<br /><br />VII. Kerangka Konseptual<br />Ketidakpuasan kerja dapat menjadikan seseorang untuk bertindak positif. Yaitu tetap diorganisasi dengan melakukan perbaikan. Inilah yang disebut dengan voice. Ketika perilaku voice muncul, maka akan menciptakan ide/cara baru. Disinilah kreativitas akan tumbuh diorganisasi. Agar ketidakpuasan kerja memunculkan kreativitas, maka organisasi harus mengakomodasi pekerja yang memiliki perilaku voice. Penelitian yang dilakukan oleh Zou dan George (2001), telah mendukung bukti empiris bahwa dalam kondisi lingkungan tertentu, yaitu pekerja yang menunjukan bahwa komitmen kontinuean (kontinuance komitment). Umpan balik dari rekan kerja (usefull feed back from coworker), dorongan dan bantuan rekan kerja (coworker herlping and support from coworker), dan dukungan organisasi (expersepsi/perceived organizational support) mempunyai pengaruh yang signifikan antara ketidakpuasan kerja terhadap kreativitas.<br />VIII. Kesimpulan, Keterbatasan, Saran<br />Dalam kesimpulan sudah sepenuhnnya menggambarkan dari keseluruhan penelitian semua hipotesis sudah dipaparkan jelas keterbatasan dan saran yang dipaparkan telah jelas</div><br /><script type="text/javascript" src="http://w.sharethis.com/button/sharethis.js#publisher=dc11a599-99c5-4cce-9f9a-584d9699c0a3&type=website&embeds=true&post_services=facebook%2Cdigg%2Cdelicious%2Cybuzz%2Ctwitter%2Cstumbleupon%2Creddit%2Ctechnorati%2Cmixx%2Cblogger%2Ctypepad%2Cwordpress%2Cgoogle_bmarks%2Cwindows_live%2Cmyspace%2Cfark%2Cbus_exchange%2Cpropeller%2Cnewsvine%2Clinkedin"></script><br /><script>function fbs_click() {u=location.href;t=document.title;window.open('http://www.facebook.com/sharer.php?u='+encodeURIComponent(u)+'&t='+encodeURIComponent(t),'sharer','toolbar=0,status=0,width=626,height=436');return false;}</script><style> html .fb_share_button { display: -moz-inline-block; display:inline-block; padding:1px 20px 0 5px; height:15px; border:1px solid #d8dfea; background:url(http://b.static.ak.fbcdn.net/images/share/facebook_share_icon.gif?8:26981) no-repeat top right; } html .fb_share_button:hover { color:#fff; border-color:#295582; background:#3b5998 url(http://b.static.ak.fbcdn.net/images/share/facebook_share_icon.gif?8:26981) no-repeat top right; text-decoration:none; } </style> <a href="http://www.facebook.com/share.php?u=%3Curl%3E" class="fb_share_button" onclick="return fbs_click()" target="_blank" style="text-decoration: none;">Share</a><br /><!-- Start code --><br /><script src="http://www.mypagerank.net/services/sbt/sbt.php" type="text/javascript"></script><br /><!-- End code -->Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6782725523690767315.post-19850330230138081672009-05-09T23:27:00.000-07:002009-11-21T02:14:22.484-08:00DISCUSSION<div style="text-align: center; font-weight: bold;">CHAPTER IV<br />DISCUSSION<br /></div><br /><div style="text-align: justify;"> In this chapter, the writer analyzes the capitalist’s domination found in Shirley Jackson’s The Lottery. This story highlights the phenomena of the capitalist society that has successfully maintained the lottery as its “tradition” which is under the control of capitalist. The writer elaborates all things dealing with capitalist into four sub chapters to answer the statement of the problems.<br /></div><div style="text-align: justify;" class="fullpost"><br /><span style="font-weight: bold;">4.1 General Description of Character in Jackson’s The Lottery </span><br /> There several characters that are discussed in this sub chapter. They are Mr. Joe Summers, Mr. Graves, Mr. Martin and Mrs. Tessie Hutchinson.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">4.1.1 Mr. Joe Summers</span><br /> Mr. Joe Summers is the main character of the story, because his character is the most dominant than other character. He is the one of the leaders who is important in the town. He is joyful man that has big coal factory that most of the workers are the villagers in the village. Although he is a rich man, his happiness is not complete because he does not have children and his wife is carping.<br /> Mr. Joe Summers likes wearing a clean white shirt and blue jeans. He is not too tall and little fat. He wears blue jeans in order to convince the villagers that he is just an ordinary person. He also wears a clean white shirt, a garment which is more appropriate to his high class. He wears both because he will elaborate the capitalist and the villagers. It can be seen in the following statement:<br /><br />Mr. Summers was very good at all this; in his clean white shirt and blue jeans with one hand resting carelessly on the black box he seemed very proper and important as he talked interminably to Mr. Graves and the Martins (1948: 2).<br /><br /> He is a well respected man in the town because of his honesty and politeness. It is described when he is waited with polite expression while Mrs. Dunbar answered his question. This quotation below shows how politeness he is to the villagers:<br /><br />Mr. Summers consulted his list. "Clyde Dunbar." he said. "That's right. He's broke his leg, hasn't he? Who's drawing for him?" "Me. I guess," a woman said and Mr. Summers turned to look at her. "Wife draws for her husband." Mr. Summers said. "Don't you have a grown boy to do it for you, Janey?" Although Mr. Summers and everyone else in the village knew the answer perfectly well, it was the business of the official of the lottery to ask such questions formally. Mr. Summers waited with an expression of polite interest while Mrs. Dunbar answered. Mr. Summers waited with an expression of polite interest while Mrs. Dunbar answered (1948: 2).<br /><br /> Mr. Joe Summers is a person who invests capital in a coal business. He is the one who has accumulated capital. He dominates the villagers that are made up of workers of labors. The marxist critics point out is how Mr. Joe Summers who would have been one of the wealthier citizens, leads the lottery with money controling the people activities.<br /> He has round character because he has more than one side characteristic. He is friendly to the villagers but he also devotes the villagers’ activities like he does not only carry the lottery. He also conducts many other events in the town such as the square dance, the teen club and the Halloween program. He is also a static character because he does not show any change of development of his nature character. He does not develop from the beginning until the end of the story. He still dominates the civil activity until the end of the story. He has a big power in the town. He has leisure time and money to allow him to do other than work to earn a living. He is also the head of administrations in the lottery. This shows that he has capital control to the villagers. It can be seen in the following passage:</div><div style="text-align: justify;"><br /><script type="text/javascript" src="http://w.sharethis.com/button/sharethis.js#publisher=dc11a599-99c5-4cce-9f9a-584d9699c0a3&type=website&embeds=true&post_services=facebook%2Cdigg%2Cdelicious%2Cybuzz%2Ctwitter%2Cstumbleupon%2Creddit%2Ctechnorati%2Cmixx%2Cblogger%2Ctypepad%2Cwordpress%2Cgoogle_bmarks%2Cwindows_live%2Cmyspace%2Cfark%2Cbus_exchange%2Cpropeller%2Cnewsvine%2Clinkedin"></script><br /><script>function fbs_click() {u=location.href;t=document.title;window.open('http://www.facebook.com/sharer.php?u='+encodeURIComponent(u)+'&t='+encodeURIComponent(t),'sharer','toolbar=0,status=0,width=626,height=436');return false;}</script><style> html .fb_share_button { display: -moz-inline-block; display:inline-block; padding:1px 20px 0 5px; height:15px; border:1px solid #d8dfea; background:url(http://b.static.ak.fbcdn.net/images/share/facebook_share_icon.gif?8:26981) no-repeat top right; } html .fb_share_button:hover { color:#fff; border-color:#295582; background:#3b5998 url(http://b.static.ak.fbcdn.net/images/share/facebook_share_icon.gif?8:26981) no-repeat top right; text-decoration:none; } </style> <a href="http://www.facebook.com/share.php?u=%3Curl%3E" class="fb_share_button" onclick="return fbs_click()" target="_blank" style="text-decoration: none;">Share</a><br /><!-- Start code --><br /><script src="http://www.mypagerank.net/services/sbt/sbt.php" type="text/javascript"></script><br /></div><!-- End code -->Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6782725523690767315.post-34336445576857344602009-05-09T23:14:00.000-07:002009-11-21T02:14:22.497-08:00REVIEW OF RELATED LITERATURE<div style="text-align: center; font-weight: bold;">CHAPTER III<br />REVIEW OF RELATED LITERATURE<br /></div><br /><div style="text-align: justify;">The writer discusses some theories that are relevant to the topic. Those theories cover intrinsic aspects and extrinsic aspects. </div><div style="text-align: justify;" class="fullpost"><br /><span style="font-weight: bold;">3.1 Intrinsic Elements</span><br /> This sub-chapter discusses the structural elements of literature, namely character, conflict and setting. Those elements are described according to several modes of assumption by some literary critics which are useful for further analysis.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">3.1.1 Character </span><br />Character is an important element in literary works for it makes the story happens. “As in real life, we can see what a fictional character is like from his actions, his speech, his physical appearance, and his environment; in addition we can see what he is like from what others say about him and from how the behaving toward him”. The following classifications of character were taken from http://hrsbstaff.andnet.nscarenglamjale/elemts.html.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">a. Round and Flat</span><br />Round characters are so detailed that they seem real. Protagonists are normally round characters, though notable exceptions exist. Antagonists are often rounding as well, though comedic villains may be almost farcically flat. A flat character is distinguished by its lack of detail. Though the description of a flat character may be detailed, the character itself barely has detail and usually just follows one characteristic. A number of stereotypical, or "stock" characters, has developed throughout the history.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">b. Dynamic and Static</span><br />A dynamic character is the one who changes significantly during the course of the story. Changes considered qualifying a character as dynamic including changes in insight or understanding, changes in commitment, and changes in values. In contrast, a static character does not undergo significant change. Whether round or flat, their personalities remain essentially stable throughout the course of the story. This is commonly done with secondary characters in order to let them serve as thematic or plot elements. Supporting characters and major characters other than the protagonist are generally static, though exceptions do occur. A non-fictional character is a character that actually exists or existed in history, though their exploits in the story may differ from their historical activities.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">3.1.2 Conflict</span><br />In literary work, conflict is a application that moves to climax before it reaches the resolution of conflict that to be the ending of the story. Ban and friends (1973: 384) say that conflict is a clash between characters, between a character and his environment, within himself, a clash of forces in the universe, even struggle for meaning on the past of the rider. The following classifications of conflict are taken from http://fiction writing.about.com/odgloosary/g/conflict.htm:<br /><br /><span style="font-weight: bold;">a. Man against Man</span><br />It is conflicts that pit one person against another.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">b. Man against Circumstances</span><br />It is the leading character struggles against fate, or the circumstances of life facing by him/her.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">c. Man against Society</span><br />The values and customs by which everyone else lives are being challenged. The character may come to an untimely end as a result of his or her own convictions. The character may, on the other hand, bring others around to a sympathetic point of view, or it may be decided that society was right after all.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">d. Man against Himself/Herself</span><br />It is he who leads character to struggle with himself/herself; with his/her own soul, ideas of right or wrong, physical limitations, choices, etc.<br /><br />Often, more than one kind of conflict is taking place at the same time. In every case, however, the existence of conflict enhances the reader’s understanding of a character and creates the suspense and interest that make you want to continue reading.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">3.1.3 Setting </span><br />Setting is not only about place and time, sometimes, in a certain degree; setting colors and shapes the story. Connolly as cited by Koesnobroto (1988: 79) describes setting as a sense “the time, place and which concrete the situation of the narrative, the web of environment in which character and their destinies.” Setting refers to condition or total environment where the characters live and socialize. Setting is also situation not only a place where the action happens but also an image of weather and social condition, so the readers easily image the situation of the fiction where and when the story happen.<br />The following classifications of setting are taken from <a href="http://fiction%20writing.about.com/odgloosary/g/settingt.htm">http://fiction writing.about.com/odgloosary/g/settingt.htm</a>:<br /><br /><span style="font-weight: bold;">a. Setting of Place</span><br />It shows geographical location, where the story takes a place.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">b. Setting of Time</span><br />It tells when the story takes place, like historical period, time of day, year, etc.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">c. Setting of Weather</span><br />It describes the conditions of the story, like rainy, sunny, stormy, etc.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">d. Setting of Social Conditions</span><br />It describes what the daily life of the characters is like. The story contains local color like writing that focuses on the speech, dress, mannerisms, customs, etc. of a particular place.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">e. Setting of Mood or Atmosphere</span><br />It is about feeling is created at the beginning of the story like bright and cheerful or dark and frightening.<br /><br /><br /><span style="font-weight: bold;">3.2 Extrinsic Elements</span><br /> Extrinsic elements are the outside of literary work, but they influence the construction or organism system of literary work. In other words, it can be stated that the elements influence the story of literary work, but they are not part of them. The extrinsic elements that support the analysis on the next chapter are Marxist theory, capitalist and ideology of capitalist.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">3.2.1 Marxist Theories </span><br />Marxism is a set of social, economic, cultural understanding of the nature of reality, society and the individual, and political ideas in which its followers believe it will enable them to interpret and, more importantly, change their world. It is direct at social change; Marxist wants to analyze social relation in order to change them, after what they see as the gross injustices and inequalities create by capitalist economic relation. Marxist explains in detail to change the world from a place of bigotry, hatred, and conflict due to class struggle into classless society where wealth, opportunity, and education are accessible for all people. Mandel (2006: Viii) declares that marxism born from unbalanced life consequence economic capitalist system; the rich people are rich progressively and the poor man is poor progressively.<br />Marxism is both the theory and the political practice derived from the work of Karl Marx and Friedrich Engels. There are many theoretical and practical differences among the various forms of Marxism, the most forms of Marxism taken from <a href="http://www.google.com/gwt/n?clientmarxism.attention.ac.id">http://www.google.com/gwt/n?clientmarxism.attention.ac.id</a>/:<br /><br />a. an attention to the material conditions of people's lives, and social relations among people<br />b. belief that people's consciousness of the conditions of their life reflects these material conditions and relations<br />c. an understanding of class in terms of differing relations of production, and as a particular position within such relations<br />d. an understanding of material conditions and social relations as historically malleable<br />e. a view of history according to which class struggle, the evolving conflict between classes with opposing interests, structures each historical period and drives historical change<br />f. a sympathy for the working class or proletariat<br />g. and a belief that the ultimate interests of workers best match those of humanity in general.<br />The main points of contention among Marxists are the degree to which they are committed to a workers' revolution as the means of achieving human emancipation and enlightenment, and the actual mechanism through which such a revolution might occur and succeed. Marxism is correctly but not exhaustively described as a variety of Socialism being by far the variety for which there is the most historical experience (citation needed) both as a revolutionary movement and as the basis of actual governments.<br /><br />Marxist has two aspects, namely dialectical materialism and historical materialism. The dialectical part of dialectical materialism comes from Greek idea on dialogue which means to argue. The dialectical materialism, the core beliefs of Marxism is developed through Marx’s The German ideology in 1845. In this work, as quoted by Blessler (1999: 212), Marx declares that “consciousness does not determine life: life determines consciousness.” It means that human’s define themselves. They do not shape their consciousness through some spiritual entity or means but through daily living are formed in everyday discourse in the language of real life.<br />The second aspect is historical materialism. This term refers to the science of history, or the science of the development of societies. Historical materialism shows that history or social change occurs via human’s force, not because of God, destiny, or some unknown non-human forces. Historical materialism is materialist because it deals with the way human have created material culture such as tools, objects, the material things have formed the basis of historical change.<br /><br />As quoted by Blessler (1999: 212), Marx cites four historical periods that were developed by these forces: feudalism, capitalism, socialism and communism. Under feudalism the ruling class is the nobility, under capitalism is capitalist, under socialism is the proletariat and under the socialism it is a classless society under which the state will wither anyway. Further explained, Marx views capitalism as a mode of production, one that exploits workers. <br />Marxism’s methodology is dynamic process of a text and culture. It means that a proper critique of a text cannot be separated from the culture in which the text evolved.<br /><br />As quoted by Useem (1963: 169), culture has been defined in a number of ways, but most simply, as the learned and shared behavior of a community of interacting human beings. Culture consists of patterns, explicit and implicit, of and for behavior acquired and transmitted by symbols, constituting the distinctive achievements of human groups, including their embodiments in artifacts; the essential core of culture consists of traditional (i.e. historically derived and selected) ideas and especially their attached values; culture systems may, on the one hand, be considered as products of action, and on the other as conditioning elements of further action. Culture also generally refers to patterns of human activity and the symbolic structures that give such activities significance and importance. Cultures can be understood as systems of symbols and meanings that even their creators contest, that lack fixed boundaries, that are constantly in flux, and that interact and compete with one another. So culture can be defined as all the ways of life including arts, beliefs and institutions of a population that are passed down from generation to generation. Culture has been called the way of life for an entire society. As such, it includes codes of manners, dress, language, religion, rituals, norms of behavior such as law and morality, and systems of belief as well as the art.<br /><br />Marxist also has tight corelation with tradition of the society. as quoted by Olin (1895: 23), a tradition is a practice, custom, or story that is memorized and passed down from generation to generation, originally without the need for a writing system. Tools to aid this process include poetic devices such as rhyme and alliteration. The stories thus preserved are also referred to as tradition, or as part of an oral tradition.<br /><br />A Marxist theory seeks to expose the dominant class, to demonstrate how the bourgeoisie’s (capitalist) ideology controls and oppresses the working class, and to highlight the elements of society which are affected by such oppressions. Below is the elaboration of capitalist.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">3.2.2 Capitalist</span><br />Capitalist literally means a person who invests capital in a business. As excerpted by Samekto (2005: 10), Lodge suggests that capitalist is one who has accumulated capital. He provides capital for employment in enterprise. Meanwhile, capitalism is kind of belief that the most wicked of men will do the most wicked of things for the greatest good of everyone. Capitalist is a system which favors the existence of capitalist. While, Samekto (2005:11), gives two definition of capitalism. The first is to mention is that capitalism as the social system which is based upon private ownership of the means of production. The second is that capitalism as the only politic economic system which is based on the doctrine of individual right.<br /><br />The capitalist (bourgeois), dominates the proletariat which is made up of workers of labors. The dominant class implements their occupying ideology either consciously or unconsciously on the proletariat. The capitalist and their ideology entrap the working classis and oppress them in every area of their lives. Marx (1867: 763) states that the capitalist monopolizing all advantages of the process of transformation causes a mass of misery, oppression, slavery, degradation, and exploitation.<br /><br />In capitalist society, Marx as quoted by Blessler (1999: 213) declares that such an ideology leads of fragmentation and alienation of the proletariats (workers). Due to the division of labor within the capitalist society, workers do not have contact any longer with the entire process of producing, distributing, and consuming material goods. Individuals are cut off from the full value of their work as well as from each other, each performing discrete functional roles assigned to him or her by the bourgeoisie.<br /><br />In improving condition of production, the capitalist purchases the worker’s labor. Marx (1867: 557) sates that capitalist production separates labor power from the means of labor. It shows the exploitation of labor and continuously forces the labor to sell his power in order to live, and enables the capitalist to purchase labor power in order to enrich himself. Capitalism involves the advance of capital through the purchase commodities in the form of money, not the change of commodities. Money in the fact is a negative factor that estranges the worker from the result of his labor and prevents people to realize their potentially. Capitalist also transform the purchase into other commodities which can command a higher price, and thus yield a profit. Marx (1867: 197) further states:<br /><br />The process of production, considered on the hand. The unity of the labor process and the process of creating value is production of commodities; considered other hand, as the unity of labor process of producing surplus value, it is the capitalist process of production of commodities.<br />The capitalist to whom workers must sell their “labor power”, or ability to do work, in return for wage, own these means. Capitalism is based on the exploitation of the working class by the owner of capital (factories, machinery, and working capital), who’s profits come from difference between the wages of the labor and the value of the product. Marx (1894: 259) states that profit is the motive power of capitalist production. Things are produced only as long they can be product with a profit. Weber, in Samekto (2005: 13), with the same intention, state that capitalism closely deals with the pursuit of profit. Robinson (http://plato.standford.edu/entries/marx/) picks out two aspect of particular note. First, Marx’s opinion is about the disharmony of interest between workers and capitalist. Workers struggle to get better wages and increase the economical condition, while capitalist attempt to take greater profits. Second, Marx’s assumption is about equilibrium in the market. Marx states that there is no any long run tendency to balance in the market, and his description of the mechanisms which underlie the trade cycle of boom and bust. Marx (1849: 220) support this idea by stating that the most favorable situation for the working class does not eliminate the contradiction between their interest and those of bourgeois (capitalist) no matter in the situation may improve the material condition of the worker.<br /><br /> The capitalist (bourgeois) and the worker are significant matters of capitalism that can never be separated. A simpler way to saying this is that if there is a capitalist, there must be worker. These two sides are opposite in the case of the means of production. The capitalist also force their idea or ideology on the workers. This ideology is called ideology of capitalism which is further elaborated below.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">3.2.3 Ideology of Capitalist</span><br />The ideology is used by community where people live together in pluralism to become a foundation of life. Marxism ideology is related to the economic base (economic production) and superstructure. Capitalism as one of social step in Marxism, the ideology served is called hegemony. According to Gramsci, as quoted by Blessler, the bourgeoisie establish and maintain what he calls hegemony. They control economic base and thereby established all the elements that make up superstructure. Thus, they gain the sponaneous accolades of the working class. As the dominant class, they enjoy the prestige of the masses and control the ideology (a term often used synonymously with hegemony).<br /><br /><h3 style="font-weight: normal;" class="post-title entry-title"><span style="font-size:100%;"><a href="http://tugaskampuss.blogspot.com/2009/05/capitalists-domination.html">CAPITALIST’S DOMINATION</a></span></h3><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /><script type="text/javascript" src="http://w.sharethis.com/button/sharethis.js#publisher=dc11a599-99c5-4cce-9f9a-584d9699c0a3&type=website&embeds=true&post_services=facebook%2Cdigg%2Cdelicious%2Cybuzz%2Ctwitter%2Cstumbleupon%2Creddit%2Ctechnorati%2Cmixx%2Cblogger%2Ctypepad%2Cwordpress%2Cgoogle_bmarks%2Cwindows_live%2Cmyspace%2Cfark%2Cbus_exchange%2Cpropeller%2Cnewsvine%2Clinkedin"></script><br /><script>function fbs_click() {u=location.href;t=document.title;window.open('http://www.facebook.com/sharer.php?u='+encodeURIComponent(u)+'&t='+encodeURIComponent(t),'sharer','toolbar=0,status=0,width=626,height=436');return false;}</script><style> html .fb_share_button { display: -moz-inline-block; display:inline-block; padding:1px 20px 0 5px; height:15px; border:1px solid #d8dfea; background:url(http://b.static.ak.fbcdn.net/images/share/facebook_share_icon.gif?8:26981) no-repeat top right; } html .fb_share_button:hover { color:#fff; border-color:#295582; background:#3b5998 url(http://b.static.ak.fbcdn.net/images/share/facebook_share_icon.gif?8:26981) no-repeat top right; text-decoration:none; } </style> <a href="http://www.facebook.com/share.php?u=%3Curl%3E" class="fb_share_button" onclick="return fbs_click()" target="_blank" style="text-decoration: none;">Share</a><br /><!-- Start code --><br /><script src="http://www.mypagerank.net/services/sbt/sbt.php" type="text/javascript"></script><br /></div><!-- End code -->Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6782725523690767315.post-68378258987542944132009-05-09T23:03:00.000-07:002009-11-21T02:14:22.471-08:00AUTHOR AND SYNOPSIS<div style="text-align: center; font-weight: bold;">CHAPTER II<br />AUTHOR AND SYNOPSIS OF THE STORY<br /></div><br /><div style="text-align: justify;"><span style="font-weight: bold;">2.1 Biography of Shirley Jackson and Her Works</span><br />Shirley Jackson was an American author who wrote short stories and novels. Her most famous work is her short story The Lottery, which combines a bucolic small-town-America setting with a horrific shock ending. The tone of most of her works is odd and macabre, with an impending sense of doom, often framed by very ordinary settings and characters. Born in San Francisco, California, 14 December 1916 to Leslie and Geraldine Jackson, she graduated from Syracuse University in 1940.</div><div style="text-align: justify;" class="fullpost"><br />While she was a student there, she met future husband Stanley Edgar Hyman, who was to become a noted literary critic. Shirley and her family lived in the community of Burlingame, then an affluent middle-class suburb that would feature in Shirley's first novel The Road Through the Wall. In 1939, the Jackson family relocated to Rochester, New York, where Shirley first attended the University of Rochester (from which she was "asked to leave") before graduating with a BA from Syracuse University in 1940. While a student at Syracuse, Shirley became involved with the campus literary magazine, through which she met future husband Stanley Edgar Hyman, who was to become a noted literary critic.<br /><br />In addition to her adult literary novels, Jackson also wrote a children's novel, Nine Magic Wishes, available in an edition illustrated by her grandson, Miles Hyman, as well as a children's play based on Hansel and Gretel and entitled The Bad Children. In a series of short stories, later collected in the books Life Among the Savages and Raising Demons, she presented a fictionalized version of her marriage and the experience of bringing up four children. These stories pioneered the "true-to-life funny-housewife stories" of the type later popularized by such writers as Jean Kerr and Erma Bombeck during the 1950s and 1960s.<br /><br />In 1965, Shirley Jackson died of heart failure in her sleep at the age of 48. Shirley suffered throughout her life from various neuroses and psychosomatic illnesses. These ailments, along with the various prescription drugs used to treat them, may have contributed to her declining health and early death; it must also be noted, however, that at the time of her death Jackson was overweight and a heavy smoker. After her death, her husband released a posthumous volume of her work, Come Along With Me, containing several chapters of her unfinished last novel as well as several rare short stories (among them "Louisa, Please Come Home") and three speeches given by Jackson in her writing seminars.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">2.2 Synopsis of The Lottery </span><br />The story takes a place in a beautiful morning in a small village right in the middle of town square. It was clear and sunny. Flowers were everywhere. The lawns throughout the village are brilliant green of three hundred souls. The time was around ten a clock when the lottery started the children has just got out of school for summer. The boys were gathering stones while the girls were standing around talking. Next the woman came together they talk gossip and then went with their husbands. The children were called to their family and finally they came after being called four or five times. A man came out to the middle of the town square holding a black box. The man’s name was Mr. Summers followed by Mr. Graves who was carrying a three-ledged stool. Mr. Summer placed the stool on the box. Mr. Martin held the box down while Mr. Summer stirred up the papers inside. The lottery started off by the calling of the families’ names. In each household the men was the head, so they prepared the slips of paper. They started calling names and slowly one by one each man of the house came and got a slip. There was only one woman who had to take the place of her husband. After their names being called and getting a slip of paper, they waited. While their names were being called, they were opening their papers tighter. When this had done, every one started the get happy but one, a man by name of Bill Hutchinson. He had pulled the slip of paper that no one wanted. It had a black spot in the middle of it. His wife Tessie said, “It wasn’t fair”.<br /><br />All of the villagers had the same chance. The whole of The Hutchinsons gathered up together to pull again. The family were little Dave then next were Nancy, Bill Jr., Tessie and Bill who were the last. When they all had a slip of paper they started to open them. Dave opened his slip, nothing was on it; then Nancy, then Bill Jr., and nothing was there just like Dave’s. It came the time for the parents. Bill slowly opened nothing. He looked at his wife, Tessie did not want to open it but he made her. A big black spot was there on her slip of paper. Mr. Summers said “it’s Tessie,” then Bill showed all of the villagers her paper. Mr. Summers told “All right, folk. Let’s finish quickly.” Tessie walked on her way to the stool; while scrammed “it isn’t fair”. They started to throw the stone to her the whole time, while she just said, “It isn’t fair, it isn’t right”.<br /><br /><a style="font-weight: bold;" href="http://tugaskampuss.blogspot.com/2009/05/capitalists-domination.html">CHAPTER I INTRODUCTION</a><br /> </div><div style="text-align: justify;"><br /><script type="text/javascript" src="http://w.sharethis.com/button/sharethis.js#publisher=dc11a599-99c5-4cce-9f9a-584d9699c0a3&type=website&embeds=true&post_services=facebook%2Cdigg%2Cdelicious%2Cybuzz%2Ctwitter%2Cstumbleupon%2Creddit%2Ctechnorati%2Cmixx%2Cblogger%2Ctypepad%2Cwordpress%2Cgoogle_bmarks%2Cwindows_live%2Cmyspace%2Cfark%2Cbus_exchange%2Cpropeller%2Cnewsvine%2Clinkedin"></script><br /><script>function fbs_click() {u=location.href;t=document.title;window.open('http://www.facebook.com/sharer.php?u='+encodeURIComponent(u)+'&t='+encodeURIComponent(t),'sharer','toolbar=0,status=0,width=626,height=436');return false;}</script><style> html .fb_share_button { display: -moz-inline-block; display:inline-block; padding:1px 20px 0 5px; height:15px; border:1px solid #d8dfea; background:url(http://b.static.ak.fbcdn.net/images/share/facebook_share_icon.gif?8:26981) no-repeat top right; } html .fb_share_button:hover { color:#fff; border-color:#295582; background:#3b5998 url(http://b.static.ak.fbcdn.net/images/share/facebook_share_icon.gif?8:26981) no-repeat top right; text-decoration:none; } </style> <a href="http://www.facebook.com/share.php?u=%3Curl%3E" class="fb_share_button" onclick="return fbs_click()" target="_blank" style="text-decoration: none;">Share</a><br /><!-- Start code --><br /><script src="http://www.mypagerank.net/services/sbt/sbt.php" type="text/javascript"></script><br /></div><!-- End code -->Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6782725523690767315.post-75043830045684392222009-05-09T22:54:00.000-07:002009-11-21T02:14:22.511-08:00CAPITALIST’S DOMINATION<div style="text-align: center; font-weight: bold;">CAPITALIST’S DOMINATION IN SHIRLEY JACKSON’S THE LOTTERY<br />THESIS<br /><br />Presented in partial fulfillment of the requirements<br />For the completion of Strata 1 Program<br />of the English Department</div><div class="fullpost"><div style="text-align: center; font-weight: bold;"><br />CHAPTER I<br />INTRODUCTION<br /></div><br /><div style="text-align: justify;"><span style="font-weight: bold;">1.1 Background of the Study</span><br />Literature is a term used to describe written or spoken material. Broadly speaking, “literature" is used to describe anything from creative writing to more technical or scientific works, but the term is most commonly used to refer to works of the creative imagination, including works of poetry, drama, fiction, and nonfiction. Meanwhile, Collie and Slater (1987: 3) consider that literature is about authentic material which has a great deal with cultural information. It is a valuable complement to such a material to increase the structural understanding of foreign learners’ insight into the country which language is being learnt. One of the literary works which shows the cultural understanding of nature of reality, and society is The Lottery written by Shirley Jackson. It tells about the power of capitalist who monopolize the society through the lottery, the most prominent activity in society.<br /><br />The power of capitalist is described in some characters in the story. First, Mr. Joe Summers, the most powerful man in the town, owns the largest business, the coal industry. His role in the lottery as an official confirms the town’s people in the town. Second, Mr. Graves is a post master that also has a leading role in the annual lottery, which explains his social standing in the town. He helps Mr. Summers to make the lottery slips and he stores the black box where all the slips are kept in either his barn or in the post office. Third, Mr. Martin has an economic advantage in the town because he is a grocer. He is also an important character because, like Mr. Summers and Mr. Graves, Mr. Martin also holds a leading role in the lottery. Fourth, Mrs. Tessie Hutchinson is the winner of the lottery, and consequently she gets stoned by the villagers, including her family members. Her late arrival to the lottery is justification for her fate, and it is an important symbol in the story. The setting also shows the capitalist's power; it is in small town that the activity of economic centralized in the square of the town.<br />In line with this, the writer is interested in taking “Capitalist’s domination in Shirley Jackson’s The Lottery “as the title of her thesis proposal.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">1.2 Statement of the Problem</span><br />With regard to the background of the study, the statements of the problems are as following:<br />1. How are the characters, conflict and setting in Jackson’s The Lottery described?<br />2. How is the capitalist’s domination described through those elements in the Jackson’s The Lottery?<br /><br /><span style="font-weight: bold;">1.3 Scope of the Study</span><br />To avoid a long-winded discussion, the analysis will be focused on the characters of Mr. Joe Summers, Mr. Graves, Mr. Martin, and Mrs. Tessie Hutchinson along with their conflict. It will also focus on setting of the short story which covers the setting of the time, place, weather, social condition and mood of atmosphere. Finally the capitalist dominance is analyzed through the intrinsic elements of the short story.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">1.4 Objective of the Study</span><br />The objective of the study can be stated as follows:<br />1. to describe the characters, conflict and setting in Jackson’s The Lottery.<br />2. to describe the capitalist’s domination through those elements in the Jackson’s The Lottery.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">1.5 Significance of the Study</span><br />The significances of the study are as follows:<br /><span style="font-weight: bold;">1. For the Writer </span><br />a. applying theories and knowledge that the writer gets during her study at the university.<br />b. increasing the writer’s ability in analyzing a work of literature especially The Lottery short story which will be analyzed by using structural and sociological approach.<br />c. being a partial fulfillment of the requirement for the completion of strata 1 Program of English Department.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">2. For the University </span><br />Being a useful reference for those who are interested in knowing more about a work of literature seen from structural and sociological point of view.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">1.6 Method of the Study </span><br /><span style="font-weight: bold;">1.6.1 Method of Research </span><br /><span style="font-weight: bold;">1. Research Design </span><br />In analyzing the object, the writer used descriptive qualitative method. McMillan (1989:414) states that qualitative descriptive analysis is a systematical process of selecting, categorizing, comparing, synthesizing and interpreting to provide explanations of a single phenomenon of interest by giving his description of the study. By using that method the writer analyzed the capitalist dominance through the character, conflict and setting of the story.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">2. Source of Data</span><br />There are two kinds source of data: primary data and secondary data. Primary data is got from the text; the object of the study is a short story entitled The Lottery written by Shirley Jackson. Meanwhile the secondary data of the research are books, internet, magazine, etc related to the topic.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">3. Units of Analysis</span><br />The writer analyzed the intrinsic elements of the story; they are characters Mr. Joe Summers, Mr. Graves, Mr. Martin, and Mrs. Tessie Hutchinson; conflicts among those characters; setting of time, setting of place, setting of weather, setting of social condition, and setting of mood or atmosphere. The writer also analyze the extrinsic elements of the short story; that is capitalist dominance seen through its intrinsic elements.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">2 Technique of Data Collection</span><br />In writing the thesis the writer used library research. In line with this, Fontain and Gibbens state that:<br /><br />In general, in the library research paper is a study of defined topic, researcher’s task is to read and analyze the published. Materials on the topic to develop a well organized paper based on the reading, and to document the sources of the information carefully (Fountain, and Gibbens, 1957: 123)<br /><br />By using such method the writer reads books, magazines, journals, and other sources related to the topic.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">1.6.2 Method of Approach </span><br />There are two methods of approach applied in this thesis as following:<br /><br /><span style="font-weight: bold;">1. Structural approach </span><br />The structural approach is an approach of literary work from its internal components. Structural approach focuses on the building aspects of the literary work such as setting, character, and conflict, and harmonious relationship among aspects which enables them to form a literary work (Semi, 1999: 67).<br /><br /><span style="font-weight: bold;">2. Sociological approach </span><br />Sociological approach reveals the social condition, which cannot be separated from the literary work. Literary works get influence from society and give influence to the society. Mayer stated that sociology approach emphasize make specifically the nature and effect of the forces that shape power relationship between group of class people (1995: 105). Both method used by the writer to analyze the capitalist dominance through the intrinsic elements of the short story.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">1.7 Thesis Organization </span><br />In order to make this thesis understandable and easy to written, the writer uses the thesis organization as follows:<br />Chapter I is introduction. This chapter consists of background of study, statement of the problem, scope of the study, object of the study, significance of the study, method of the research, method approach and organization.<br />Chapter II is author and synopsis of the story. This chapter consists of biography of Shirley Jackson and her works. It also consists of synopsis of the story The Lottery.<br />Chapter III is review of related literature. This chapter presents the definition of character, conflict and setting. It also presents the theory of marxist, capitalist and ideology of capitalist as well.<br />Chapter IV is discussion. This chapter consists of general description of characters, conflicts, and general description of setting in Jackson’s The Lottery. It also presents capitalist’s domination in the Jackson’s The Lottery.<br />Chapter V is conclusion. This chapter consists of conclusion drawn from the previous chapter.</div></div><div style="text-align: justify;"><br /><script type="text/javascript" src="http://w.sharethis.com/button/sharethis.js#publisher=dc11a599-99c5-4cce-9f9a-584d9699c0a3&type=website&embeds=true&post_services=facebook%2Cdigg%2Cdelicious%2Cybuzz%2Ctwitter%2Cstumbleupon%2Creddit%2Ctechnorati%2Cmixx%2Cblogger%2Ctypepad%2Cwordpress%2Cgoogle_bmarks%2Cwindows_live%2Cmyspace%2Cfark%2Cbus_exchange%2Cpropeller%2Cnewsvine%2Clinkedin"></script><br /><script>function fbs_click() {u=location.href;t=document.title;window.open('http://www.facebook.com/sharer.php?u='+encodeURIComponent(u)+'&t='+encodeURIComponent(t),'sharer','toolbar=0,status=0,width=626,height=436');return false;}</script><style> html .fb_share_button { display: -moz-inline-block; display:inline-block; padding:1px 20px 0 5px; height:15px; border:1px solid #d8dfea; background:url(http://b.static.ak.fbcdn.net/images/share/facebook_share_icon.gif?8:26981) no-repeat top right; } html .fb_share_button:hover { color:#fff; border-color:#295582; background:#3b5998 url(http://b.static.ak.fbcdn.net/images/share/facebook_share_icon.gif?8:26981) no-repeat top right; text-decoration:none; } </style> <a href="http://www.facebook.com/share.php?u=%3Curl%3E" class="fb_share_button" onclick="return fbs_click()" target="_blank" style="text-decoration: none;">Share</a><br /><!-- Start code --><br /><script src="http://www.mypagerank.net/services/sbt/sbt.php" type="text/javascript"></script><br /></div><!-- End code -->Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6782725523690767315.post-46191600956690647672009-05-09T05:16:00.000-07:002009-11-21T02:14:22.525-08:00FARMAKOLOGI<div style="text-align: center;"><span style="font-weight: bold;">MAKALAH </span><br /><span style="font-weight: bold;">FARMAKOLOGI</span><br /></div><br /><div style="text-align: center;"><span style="font-weight: bold;">BAB I</span><br /><span style="font-weight: bold;">PENDAHULUAN</span><br /></div><div style="text-align: justify;">Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada apendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Apendiks disebut juga umbai cacing. Istilah usus buntu yang selama ini dikenal dan digunakan di masyarakat kurang tepat, karena yang merupakan usus buntu sebenarnya adalah sekum. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti apa fungsi apendiks sebenarnya. Namun demikian, organ ini sering sekali menimbulkan masalah kesehatan.</div><div style="text-align: justify;" class="fullpost"><br />Apendiks merupakan organ yang berbentuk tabung panjang dan sempit. Panjangnya kira-kira 10cm (kisaran 3-15cm) dan berpangkal di sekum. Apendiks menghasilkan lendir 1-2ml per hari. Lendir itu secara normal dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya dialirkan ke sekum. Adanya hambatan dalam pengaliran tersebut, tampaknya merupakan salah satu penyebab timbulnya appendisits. Di dalam apendiks juga terdapat immunoglobulin sekretoal yang merupakan zat pelindung efektif terhadap infeksi (berperan dalam sistem imun). Dan immunoglobulin yang banyak terdapat di dalam apendiks adalah IgA. Namun demikian, adanya pengangkatan terhadap apendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh. Ini dikarenakan jumlah jaringan limfe yang terdapat pada apendiks kecil sekali bila dibandingkan dengan yang ada pada saluran cerna lain.<br /><br />Apendisitis dapat mengenai semua umur, baik laki-laki maupun perempuan. Namun lebih sering menyerang laki-laki berusia 10-30 tahun. Apendisitis umumnya terjadi karena infeksi bakteri. Berbagai hal berperan sebagai faktor pencetusnya. Diantaranya adalah obstruksi yang terjadi pada lumen apendiks. Obstruksi ini biasanya disebabkan karena adanya timbunan tinja yang keras (fekalit), hiperplasia jaringan limfoid, tumor apendiks, striktur, benda asing dalam tubuh, dan cacing askaris dapat pula menyebabkan terjadinya sumbatan. Namun, diantara penyebab obstruksi lumen yang telah disebutkan di atas, fekalit dan hiperplasia jaringan limfoid merupakan penyebab obstruksi yang paling sering terjadi. Penyebab lain yang diduga menimbulkan apendisitis adalah ulserasi mukosa apendiks oleh parasit E. histolytica.<br />Penelitian epidemiologi menunjukkan peranan kebiasaan mengkonsumsi makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya penyakit apendisitis. Tinja yang keras dapat menyebabkan terjadinya konstipasi. Kemudian konstipasi akan menyebabkan meningkatnya tekanan intrasekal yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semua ini akan mempermudah timbulnya apendisitis.<br /><br /><br /><div style="text-align: center; font-weight: bold;">BAB II<br />PEMBAHASAN<br /><br /></div>Patologi apendisitis berawal di jaringan mukosa dan kemudian menyebar ke seluruh lapisan dinding apendiks. Jaringan mukosa pada apendiks menghasilkan mukus (lendir) setiap harinya. Terjadinya obstruksi menyebabkan pengaliran mukus dari lumen apendiks ke sekum menjadi terhambat. Makin lama mukus makin bertambah banyak dan kemudian terbentuklah bendungan mukus di dalam lumen. Namun, karena keterbatasan elastisitas dinding apendiks, sehingga hal tersebut menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menyebabkan terhambatnya aliran limfe, sehingga mengakibatkan timbulnya edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri di daerah epigastrium di sekitar umbilikus.<br />Bila kemudian aliran arteri terganggu, maka akan terjadi infark dinding apendiks yang disusul dengan terjadinya gangren. Keadaan ini disebut dengan apendisitis ganggrenosa. Jika dinding apendiks yang telah mengalami ganggren ini pecah, itu berarti apendisitis berada dalam keadaan perforasi.<br /><br />Jika sekresi mukus terus berlanjut, tekanan intralumen akan terus meningkat. Hal ini akan menyebabkan terjadinya obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding apendiks. Peradangan yang timbul pun semakin meluas dan mengenai peritoneum setempat, sehingga menimbulkan nyeri di daerah perut kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif akut.<br /><br />Gejala awal yang khas, yang merupakan gejala klasik apendisitis adalah nyeri samar (nyeri tumpul) di daerah epigastrium di sekitar umbilikus atau periumbilikus. Keluhan ini biasanya disertai dengan rasa mual muntah, dan pada umumnya nafsu makan menurun. Kemudian dalam beberapa jam, nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah, ke titik Mc Burney. Di titik ini nyeri terasa lebih tajam dan jelas letaknya, sehingga merupakan nyeri somatik setempat. Namun terkadang, tidak dirasakan adanya nyeri di daerah epigastrium, tetapi terdapat konstipasi sehingga penderita merasa memerlukan obat pencahar. Tindakan ini dianggap berbahaya karena bisa mempermudah terjadinya perforasi. Terkadang apendisitis juga disertai dengan demam derajat rendah sekitar 37,5 -38,5 derajat celcius.<br /><br />Selain gejala klasik, ada beberapa gejala lain yang dapat timbul sebagai akibat dari apendisitis. Timbulnya gejala ini bergantung pada letak apendiks ketika meradang. Berikut gejala yang timbul tersebut.2,4<br /><br />1. Bila letak apendiks retrosekal retroperitoneal, yaitu di belakang sekum (terlindung<br />Gejala apendisitis terkadang tidak jelas dan tidak khas, sehingga sulit dilakukan diagnosis, dan akibatnya apendisitis tidak ditangani tepat pada waktunya, sehingga biasanya baru diketahui setelah terjadi perforasi. Berikut beberapa keadaan dimana gejala apendisitis tidak jelas dan tidak khas.2,3<br /><br />2. Bila apendiks terletak di rongga pelvis<br />• Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada rektum, akan timbul gejala dan rangsangan sigmoid atau rektum, sehingga peristalsis meningkat, pengosongan rektum akan menjadi lebih cepat dan berulang-ulang (diare).<br />• Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada kandung kemih, dapat terjadi peningkatan frekuensi kemih, karena rangsangannya dindingnya.<br />oleh sekum), tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan tidak ada tanda rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih kearah perut kanan atau nyeri timbul pada saat melakukan gerakan seperti berjalan, bernapas dalam, batuk, dan mengedan. Nyeri ini timbul karena adanya kontraksi m.psoas mayor yang menegang dari dorsal.<br /><br />1. Pada anak-anak<br />Gejala awalnya sering hanya menangis dan tidak mau makan. Seringkali anak tidak bisa menjelaskan rasa nyerinya. Dan beberapa jam kemudian akan terjadi muntah- muntah dan anak menjadi lemah dan letargik. Karena ketidakjelasan gejala ini, sering apendisitis diketahui setelah perforasi. Begitupun pada bayi, 80-90 % apendisitis baru diketahui setelah terjadi perforasi.<br /><br />2. Pada orang tua berusia lanjut<br />Gejala sering samar-samar saja dan tidak khas, sehingga lebih dari separuh penderita baru dapat didiagnosis setelah terjadi perforasi.<br /><br />3. Pada wanita<br />Gejala apendisitis sering dikacaukan dengan adanya gangguan yang gejalanya serupa dengan apendisitis, yaitu mulai dari alat genital (proses ovulasi, menstruasi), radang panggul, atau penyakit kandungan lainnya. Pada wanita hamil dengan usia kehamilan trimester, gejala apendisitis berupa nyeri perut, mual, dan muntah, dikacaukan dengan gejala serupa yang biasa timbul pada kehamilan usia ini. Sedangkan pada kehamilan lanjut, sekum dan apendiks terdorong ke kraniolateral, sehingga keluhan tidak dirasakan di perut kanan bawah tetapi lebih ke regio lumbal kanan.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">• PEMERIKSAAN</span><br /><span style="font-weight: bold;">1. Pemeriksaan Fisik</span><br />• Inspeksi : pada apendisitis akut sering ditemukan adanya abdominal swelling, sehingga pada pemeriksaan jenis ini biasa ditemukan distensi perut.<br />• Palpasi : pada daerah perut kanan bawah apabila ditekan akan terasa nyeri. Dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri. Nyeri tekan perut kanan bawah merupakan kunci diagnosis dari apendisitis. Pada penekanan perut kiri bawah akan dirasakan nyeri pada perut kanan bawah. Ini disebut tanda Rovsing (Rovsing Sign). Dan apabila tekanan di perut kiri bawah dilepaskan juga akan terasa nyeri pada perut kanan bawah.Ini disebut tanda Blumberg (Blumberg Sign).<br />• Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator : pemeriksaan ini juga dilakukan untuk mengetahui letak apendiks yang meradang. Uji psoas dilakukan dengan rangsangan otot psoas lewat hiperektensi sendi panggul kanan atau fleksi aktif sendi panggul kanan, kemudian paha kanan ditahan. Bila appendiks yang meradang menempel di m. psoas mayor, maka tindakan tersebut akan menimbulkan nyeri. Sedangkan pada uji obturator dilakukan gerakan fleksi dan endorotasi sendi panggul pada posisi terlentang. Bila apendiks yang meradang kontak dengan m.obturator internus yang merupakan dinding panggul kecil, maka tindakan ini akan menimbulkan nyeri. Pemeriksaan ini dilakukan pada apendisitis pelvika.<br />• Pemeriksaan colok dubur : pemeriksaan ini dilakukan pada apendisitis, untuk menentukan letak apendiks, apabila letaknya sulit diketahui. Jika saat dilakukan pemeriksaan ini dan terasa nyeri, maka kemungkinan apendiks yang meradang terletak didaerah pelvis. Pemeriksaan ini merupakan kunci diagnosis pada apendisitis pelvika.<br /><br />2. Pemeriksaan Penunjang<br />• Laboratorium : terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan test protein reaktif (CRP). Pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara 10.000-20.000/ml (leukositosis) dan neutrofil diatas 75%, sedangkan pada CRP ditemukan jumlah serum yang meningkat.<br />Radiologi : terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi dan CT-scan. Pada pemeriksaan ultrasonografi ditemukan bagian memanjang pada tempat yang terjadi inflamasi pada apendiks. Sedangkan pada pemeriksaan CT-scan ditemukan bagian yang menyilang dengan apendikalit serta perluasan dari apendiks yang mengalami inflamasi serta adanya pelebaran sekum.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">PENGOBATAN</span><br />• pembedahan operasi apendisitis<br />Apendisitis akut diobati dengan pembedahan, yaitu dengan mengangkat apendiks. Pembedahan dapat dilakukan dengan cara konvensional yaitu irisan kecil di bagian perut kanan bawah, atau dengan menggunakan laparoskopi, yang membutuhkan tiga atau empat irisan kecil.<br />Pada pembedahan, apendiks hampir selalu diangkat, bahkan jika dijumpai ternyata apendiks dalam keadaan normal. Hal ini dilakukan agar nyeri perut kanan bawah di masa akan datang tidak lagi ditujukan pada apendisitis.<br /><br />Pemulihan setelah operasi apendiktomi konvensional biasanya berlangsung beberapa minggu. Pasien biasanya diberikan obat pereda nyeri dan diminta untuk membatasi aktifitas fisik. Sedangkan pemulihan setelah apendiktomi dengan laparoskopi biasanya berlangsung lebih cepat, tetapi membatasi aktifitas berat tetapi diperlukan, yaitu kurang lebih 4 sampai 6 minggu setelah pembedahan.<br /><br />Sebagian besar pasien yang sembuh dari apendisitis akan kembali normal seperti sedia kali. Jarang sekali pembedahan apendisitis menyebabkan berbagai kelainan yang menyebabkan pasien perlu merubah pola makan, latihan, atau gaya hidupnya.<br /><br /><div style="text-align: center; font-weight: bold;"><br />BAB III<br />MACAM-MACAM OBAT APENDIKSITIS<br /></div>Hasil penelitian menunjukkan obat yang digunakan pada kasus apendisitis akut adalah antibiotika, analgetika, terapi cairan, antiulser dan antiemetika.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">• Antibiotika</span><br />Jenis antibiotika yang digunakan pasien apendisitis akut adalah sefalosporin generasi III (sefotaksim dan seftriakson), sefalosporin generasi IV (sefpirom), metronidazol, aminoglikosida (gentamisin), penisilin (ampisilin), dan karbapenem (meropenem). Pada saat KRS antibiotika yang paling banyak digunakan adalah siprofloksasin.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">• Analgetika</span><br />Jenis analgetika yang digunakan adalah ketorolak trometamin, metamizol Na, dan tramadol HCl. Dosis obat yang digunakan semuanya sesuai dengan pustaka dengan rute pemberian iv dan per oral pada saat KRS.<br />• Terapi Cairan<br />• Antiulser<br />• Antiemetika<br />Efektivitas obat pada kasus apendsitis akut ditunjukkan dengan penurunan leukosit, LED, dan intensitas nyeri serta tidak didapatkan infeksi luka operasi (ILO). Problem obat pada kasus apendisitis akut hanya ditemukan pada satu pasien yaitu reaksi alergi (hipersensitifitas) terhadap sefotaksim.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Pembedahan Operasi Apendisitis</span><br />Apendisitis akut diobati dengan pembedahan, yaitu dengan mengangkat apendiks. Pembedahan dapat dilakukan dengan cara konvensional yaitu irisan kecil di bagian perut kanan bawah, atau dengan menggunakan laparoskopi, yang membutuhkan tiga atau empat irisan kecil.<br />Pada pembedahan, apendiks hampir selalu diangkat, bahkan jika dijumpai ternyata apendiks dalam keadaan normal. Hal ini dilakukan agar nyeri perut kanan bawah di masa akan datang tidak lagi ditujukan pada apendisitis.<br /><br />Pemulihan setelah operasi apendiktomi konvensional biasanya berlangsung beberapa minggu. Pasien biasanya diberikan obat pereda nyeri dan diminta untuk membatasi aktifitas fisik. Sedangkan pemulihan setelah apendiktomi dengan laparoskopi biasanya berlangsung lebih cepat, tetapi membatasi aktifitas berat tetapi diperlukan, yaitu kurang lebih 4 sampai 6 minggu setelah pembedahan.<br /><br />Sebagian besar pasien yang sembuh dari apendisitis akan kembali normal seperti sedia kali. Jarang sekali pembedahan apendisitis menyebabkan berbagai kelainan yang menyebabkan pasien perlu merubah pola makan, latihan, atau gaya hidupnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /><script type="text/javascript" src="http://w.sharethis.com/button/sharethis.js#publisher=dc11a599-99c5-4cce-9f9a-584d9699c0a3&type=website&embeds=true&post_services=facebook%2Cdigg%2Cdelicious%2Cybuzz%2Ctwitter%2Cstumbleupon%2Creddit%2Ctechnorati%2Cmixx%2Cblogger%2Ctypepad%2Cwordpress%2Cgoogle_bmarks%2Cwindows_live%2Cmyspace%2Cfark%2Cbus_exchange%2Cpropeller%2Cnewsvine%2Clinkedin"></script><br /><script>function fbs_click() {u=location.href;t=document.title;window.open('http://www.facebook.com/sharer.php?u='+encodeURIComponent(u)+'&t='+encodeURIComponent(t),'sharer','toolbar=0,status=0,width=626,height=436');return false;}</script><style> html .fb_share_button { display: -moz-inline-block; display:inline-block; padding:1px 20px 0 5px; height:15px; border:1px solid #d8dfea; background:url(http://b.static.ak.fbcdn.net/images/share/facebook_share_icon.gif?8:26981) no-repeat top right; } html .fb_share_button:hover { color:#fff; border-color:#295582; background:#3b5998 url(http://b.static.ak.fbcdn.net/images/share/facebook_share_icon.gif?8:26981) no-repeat top right; text-decoration:none; } </style> <a href="http://www.facebook.com/share.php?u=%3Curl%3E" class="fb_share_button" onclick="return fbs_click()" target="_blank" style="text-decoration: none;">Share</a><br /><!-- Start code --><br /><script src="http://www.mypagerank.net/services/sbt/sbt.php" type="text/javascript"></script><br /></div><!-- End code -->Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6782725523690767315.post-26010688515678359672009-05-08T00:39:00.000-07:002009-11-21T02:14:22.540-08:00TENTANG BUKTI AUDIT<div style="text-align: center; font-weight: bold;">ARTIKEL<br />PENGAUDITAN 1<br />tentang<br />BUKTI AUDIT<br /><br />Bukti Audit dan Kertas Kerja Audit<br /><br /></div><div style="text-align: justify;">Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka atau informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar untuk menyatakan pendapatnya. Standar pekerjaan lapangan ketiga mewajibkan auditor untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan kompeten sebagai dasar bagi auditor untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diauditnya. Isi standar tersebut adalah sebagai berikut.</div><div style="text-align: justify;" class="fullpost"><br />“Bukti kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, tanya jawab, dan konfirmasi sebagai dasar yang layak untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diperiksa”.<br />Cukup atau tidaknya bukti audit menyangkut kuantitas bukti yang harus diperoleh auditor dalam auditnya, sedangkan kompetensi bukti audit menyangkut kualitas atau keandalan bukti yang dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu sumber bukti, pengendalian intern, dan cara untuk memperoleh bukti.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Tipe Bukti Audit dan Prosedur Audit</span><br />Ada delapan tipe bukti audit yang harus diperoleh auditor dalam auditnya: pengendalian intern, bukti fisik, bukti dokumenter, catatan akuntansi, perhitungan, bukti lisan, perbandingan dan ratio, serta bukti dari spesialis.<br /><br />Untuk memperoleh bukti audit, auditor melaksanakan prosedur audit yang merupakan instruksi terperinci untuk mengumpulkan tipe bukti audit tertentu yang harus diperoleh pada saat tertentu dalam audit. Prosedur audit yang dipakai oleh auditor untuk memperoleh bukti audit adalah inspeksi, pengamatan, wawancara, konfirmasi, penelusuran, pemeriksaan bukti pendukung, penghitungan, dan scanning.<br /><br />Dalam situasi tertentu, risiko terjadinya kesalahan dan penyajian yang salah dalam akun dan dalam laporan keuangan jauh lebih besar dibandingkan dengan situasi yang biasa. Oleh karena itu, auditor harus waspada jika menghadapi situasi audit yang mengandung risiko besar, seperti contoh berikut ini: pengendalian intern yang lemah, kondisi keuangan yang tidak sehat, manajemen yang tidak dapat dipercaya, penggantian auditor publik yang dilakukan oleh klien tanpa alasan yang jelas, perubahan tarif atau peraturan pajak atas laba, usaha yang bersifat spekulatif, dan transaksi perusahaan yang kompleks. Kewaspadaan ini perlu dimiliki oleh auditor untuk menghindarkan dirinya dari pernyataan pendapat wajar atas laporan keuangan klien yang berisi ketidakjujuran.<br /><br />Dalam proses pengumpulan bukti audit, auditor melakukan empat pengambilan keputusan yang sating berkaitan, yaitu penentuan prosedur audit yang akan digunakan, penentuan besarnya sampel untuk prosedur audit tertentu, penentuan unsur tertentu yang harus dipilih dari populasi, dan penentuan waktu yang cocok untuk melaksanakan prosedur audit tersebut.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Konsep Kertas Kerja dan Atribut Kerja yang Baik</span><br />Kertas kerja adalah catatan yang diselenggarakan oleh auditor mengenai prosedur audit yang ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya, informasi yang diperolehnya, dan simpulan yang dibuatnya sehubungan dengan auditnya. Kertas kerja merupakan mata rantai yang menghubungkan catatan akuntansi klien dengan laporan audit yang dihasilkan oleh auditor. Kertas kerja biasanya harus berisi dokumentasi yang memperlihatkan (a) telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan pertama, yaitu pemeriksaan telah direncanakan dan disupervisi dengan baik, (b) telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan kedua, yaitu pemahaman memadai atas pengendalian intern telah diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang telah dilakukan, dan (c) telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan ketiga, yaitu bukti audit telah diperoleh, prosedur pemeriksaan telah diterapkan, dan pengujian telah dilaksanakan yang memberikan bukti kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.<br />Empat tujuan terpenting pembuatan kertas kerja adalah untuk (1) mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan auditan, (2) menguatkan simpulan-simpulan auditor dan kompetensi auditnya, (3) mengkoordinasi dan mengorganisasi semua tahap audit, dan (4) memberikan pedoman dalam audit tahun berikutnya.<br /><br />Kertas kerja adalah milik kantor akuntan publik, bukan milik klien atau milik pribadi auditor. Namun, hak pemilikan kertas kerja oleh kantor akuntan publik masih tunduk pada pembatasan-pembatasan yang diatur dalam Kode Etik Akuntan Indonesia yang berlaku, untuk menghindarkan penggunaan hal-hal yang bersifat rahasia oleh auditor dalam hubungannya dengan transaksi perusahaan untuk tujuan yang tidak semestinya. Pengungkapan informasi yang tercantum dalam kertas kerja kepada pihak ketiga dibatasi oleh Kode Etik Akuntan Indonesia Pasal 4 tentang penjagaan kerahasiaan informasi yang diperoleh akuntan publik selama perikatan profesionalnya.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Tipe Kertas Kerja dan Pengolaan Kertas Kerja</span><br />Ada lima tipe kertas kerja: program audit, working trial balance, ringkasan jurnal adjustment, skedul utama, dan skedul pendukung. Pelaksanaan standar pekerjaan lapangan pertama, yang berbunyi “Audit harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus dipimpin dan disupervisi semestinya” dapat dicerminkan dari berbagai tipe kertas kerja yang dihasilkan oleh auditor. Perencanaan audit yang baik akan terlihat dalam tipe kertas. kerja program audit yang dibuat oleh auditor, sedangkan supervisi terhadap pekerjaan asisten dapat tercermin dari tanda tangan reviewer yang tercantum pada setiap tipe kertas kerja yang dihasilkan dalam audit.<br /><br />Kertas kerja harus diberi indeks untuk memudahkan pencarian informasi yang tercantum di dalamnya dan untuk memudahkan pengaitan informasi dalam suatu kertas kerja dengan informasi dalam kertas kerja yang lain.<br /><br />Setelah auditor menyelesaikan tugas audit, kertas kerja diarsipkan ke dalam dua macam arsip (1) arsip kini dan (2) arsip permanen. Arsip kini digunakan untuk menyimpan kertas kerja yang hanya mempunyai manfaat untuk tahun yang diaudit saja, sedangkan arsip permanen digunakan untuk menyimpan kertas kerja yang mempunyai manfaat lebih dari satu tahun audit.</div><div style="text-align: justify;"><br /><script type="text/javascript" src="http://w.sharethis.com/button/sharethis.js#publisher=dc11a599-99c5-4cce-9f9a-584d9699c0a3&type=website&embeds=true&post_services=facebook%2Cdigg%2Cdelicious%2Cybuzz%2Ctwitter%2Cstumbleupon%2Creddit%2Ctechnorati%2Cmixx%2Cblogger%2Ctypepad%2Cwordpress%2Cgoogle_bmarks%2Cwindows_live%2Cmyspace%2Cfark%2Cbus_exchange%2Cpropeller%2Cnewsvine%2Clinkedin"></script><br /><script>function fbs_click() {u=location.href;t=document.title;window.open('http://www.facebook.com/sharer.php?u='+encodeURIComponent(u)+'&t='+encodeURIComponent(t),'sharer','toolbar=0,status=0,width=626,height=436');return false;}</script><style> html .fb_share_button { display: -moz-inline-block; display:inline-block; padding:1px 20px 0 5px; height:15px; border:1px solid #d8dfea; background:url(http://b.static.ak.fbcdn.net/images/share/facebook_share_icon.gif?8:26981) no-repeat top right; } html .fb_share_button:hover { color:#fff; border-color:#295582; background:#3b5998 url(http://b.static.ak.fbcdn.net/images/share/facebook_share_icon.gif?8:26981) no-repeat top right; text-decoration:none; } </style> <a href="http://www.facebook.com/share.php?u=%3Curl%3E" class="fb_share_button" onclick="return fbs_click()" target="_blank" style="text-decoration: none;">Share</a><br /><!-- Start code --><br /><script src="http://www.mypagerank.net/services/sbt/sbt.php" type="text/javascript"></script><br /></div><!-- End code -->Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6782725523690767315.post-23945390683241560252009-05-06T23:33:00.000-07:002009-11-21T02:14:22.552-08:00MINUMAN KERAS/BERAKOHOL<div style="text-align: center; font-weight: bold;">MAKALAH<br />PENDIDIKAN KESEHATAN MASYARAKAT<br />(MINUMAN KERAS/BERAKOHOL)<br /></div><br /><span style="font-weight: bold;">PENDAHULUAN</span><br /><br /><div style="text-align: justify;">Terlepas dari pro dan kontra diharamkannya MSG Ajinomoto oleh MUI baru-baru ini, kejadian tersebut seharusnya membangunkan kita dari tidur panjang selama ini, betapa banyak permasalahan yang dihadapi umat Islam dalam masalah kehalalan produk-produk pangan. Oleh karena itu,</div><div style="text-align: justify;" class="fullpost">ilmuwan diharapkan ikut berperan dalam menyelesaikan permasalahan ini demi kepentingan umat. Agaknya perkembangan teknologi yang sedemikian pesat belum sejalan dengan perkembangan pemahaman hukum Islam dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, ijtihad dalam masalah kehalalan produk pangan ini sangat dibutuhkan untuk memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi umat Islam dalam masalah ini.<br />Minuman keras / beralkohol adalah minuman yang mengandung etanol. Etanol adalah bahan psikoaktif dan konsumsinya menyebabkan penurunan kesadaran. Di berbagai negara, penjualan minuman beralkohol dibatasi ke sejumlah kalangan saja, umumnya orang-orang yang telah melewati batas usia tertentu.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Efek Samping</span><br />Bila dikonsumsi berlebihan, minuman beralkohol dapat menimbulkan ganggguan mental organik (GMO), yaitu gangguan dalam fungsi berpikir, merasakan, dan berprilaku. Timbulnya GMO itu disebabkan reaksi langsung alkohol pada sel-sel saraf pusat. Karena sifat adiktif alkohol itu, orang yang meminumnya lama-kelamaan tanpa sadar akan menambah takaran/dosis sampai pada dosis keracunan atau mabuk.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Jenis minuman beralkohol diantaranya sebagai berikut:</span><br />• AnggurBir<br />• Bourbon<br />• Brendi<br />• Brugal<br />• Caipirinha<br />• Chianti<br />• Jägermeister<br />• Mirin<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Pengaruh Minuman Keras Terhadap Lingkungan</span><br />Sering kita mendengar, membaca, bahkan menyaksikan baik melalui media massa, cetak maupun elektronik, khususnya televisi di tayangkan sebuah atraksi bulldozer yang sedang memusnahkan ribuan bahkan jutaan botol minuman keras yang "di algojoi" oleh Polri bersama pihak terkait lainnya. Sehingga menimbulkan berbagai tanggapan-tanggapan dari berbagai kalangan khususnya dari kalangan Agama sangat bangga akan sikap tegar Polri untuk memberantas peredaran minuman keras sampai keakar-akarnya. Karena minuman keras dapat mengancam eksistensi bangsa kita, yang dalam jangka pendek dapat menggoyahkan stabilitas keamanan dan dalam jangka panjang dapat mengancam masa depan bangsa.<br />Di dalam Bhagavata Purana (I. 17. 38. - 39) terdapat keterangan mengenai mata rantai kejahatan yang di mulai dari Perjudian, mabuk-mabukan, pelacuran, perkelahian dan kehilangan rasa kasih sayang diantara sesama mahluk hidup yang berakibat munculnya rasa benci dan iri hati. Jika manusia sudah diselimuti oleh sifat benci dan iri hati maka ia akan hilang rasa kegembiraan yang paling besar, dan tidak akan ada kegembiraan maupun ketenangan dihati mereka yang memiliki rasa benci.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Pengaruh Miras Terhadap Keturunan</span><br />Pecandu miras melakukan tidakan kejahatan yg tidak terma'afkan terhadap anak cucunya. Karena, ia menyebabkan anak2 mereka terlahir dengan bentuk tubuh yg jelek & akhlak yg buruk, terutama sel2 saraf, tak terkecuali sperma. Penyakit2 yg disebabkan miras sampai kepada keturunan2nya lewat pembuahan sel telur, sehingga 'alaqah (bakal janin) pun menjadi sakit.<br /><br />Miras merupakan salah satu faktor utama terjadinya keguguran. Hal ini dapat menyebabkan seorang ibu mengalami komplikasi2 berbahaya yg bisa membuat meninggal dunia.<br />Jika seorang bayi selamat dari kematian saat ia masih barupa janin di dalam rahim, itu tidak berarti ia telah terbebas dari bahaya-bahaya miras yg disebabkan kedua orang tuanya. Sebaliknya, ia akan manuai busuk yg mereka tanam untuknya, serta menderita karena tekanan gangguan berbahaya 7 penyakit mematikan yg ingin mereka timpakan kepadanya. Anak ini akan menjadi orang menderita, yang tidak mengerjakan dosa dan tidak minum racun.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Penanggulangan Masalah</span><br />• Pendidikan Agama sejak dini<br />• Pembinaan kehidupan rumah tangga yang harmonis dengan penuh perhatian dan kasih saying.<br />• Menjalin komunikasi yang konstruktif antara orang tua dan anak<br />• Orang tua memberikan teladan yang baik kepada anak-anak.<br />• Anak-anak diberikan pengetahuan sedini mungkin tentang narkoba, jenis, dan dampak negatifnya<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Factor Perilaku</span><br />Menurut teori Lawrence Green (1980), mengemukakan bahwa perilaku individu mempunyai pengaruh positif terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, yang dipengaruhi oleh 3 faktor pendukung yaitu faktor prediposisi (predisposing factors), faktor pendukung (Enabling factors) dan faktor pendorong (reinforcing factors).<br /><br /><span style="font-weight: bold;">a. Faktor prediposisi (predisposing factors)</span><br />Masalah dalam hidup manusia berasal dari dua sumber. Pertama, yang berasal dari luar diri, yang seringkali disebut sebagai faktor pencetus/precipitating factor, dan yang kedua berasal dari dalam diri individu itu sendiri. Yang kedua ini seringkali disebut sebagai faktor bawaan/predisposing factor, yang sebenarnya sudah menjadi masalah pada dirinya sendiri sebelum ada faktor pencetus yang hadir.<br />Faktor ini merupakan faktor yang mempermudah dalam upaya penggunaan kesehatan dan menjadi dasar atau motivasi yang mencakup:<br />- Kebiasaan minum minuman keras sudah menjadi kebiasaan bagi pemuda / remaja dikota-kota besar yang salah pergaulan dan sebagai pelarian dari suatu masalah.<br />- Kepercayaan pemuda/remaja sangat percaya jika meminum minuman keras dapat menghilangkan stres, beban jadi hilang dan lain-lain.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">b. Faktor pendukung (Enabling factors)</span><br />Faktor ini mencakup:<br />- Ketersediaan faktor: Minuman Keras umumnya mudah ditemukan, hal ini dikarenakan adanya warung atau toko yang masih menjual minuman keras secara bebas.<br />- Ketercapaian fasilitas: fasilitas perkotaan atau kampung yang padat penduduk memungkinkan banyaknya warung atau toko menyediakan/menjual minuman keras.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">c. Faktor pendorong (reinforcing factors).</span><br />Sebagai faktor pendorong untuk berperilaku yang diharapkan, faktor ini mencakup: sikap dan perilaku kesehatan, seminar tentang kesehatan, ceramah dari tokoh masyarakat Undang-undang dan sebagainya.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Metode dan Media Pembelajaran</span><br /><span style="font-weight: bold;">Metode Ceramah</span><br />- Metode ceramah yang dimaksud disini adalah ceramah dengan kombinasi metode yang bervariasi<br />- Ceramah dilakukakkn dengan ditujukan sebagai pemicu terjadinya kegiatan yang partisipatif (curah pendapat, disko, pleno, penugasan, studi kasus, dll)<br />- Selain itu, ceramah yang dimaksud disini adalah ceramah yang cenderung interaktif, yaitu melibatkan peserta melalui adanya tanggapan balik atau perbandingan dengan pendapat dan pengalaman peserta<br />- Media pendukung yang digunakan sepertibahan serahan (handouts), transparansi yang ditayangkan dengan OHP, bahkan presentasi yang ditayangakan dengan LCD, Tulisan-tulisan dikartu menetapkan dan/kertas plano, dll<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Media Pembelajaran</span><br />Peran media dalam pembelajaran:<br />- Membuat konkret konsep yang abstrak<br />- Mengetengahkan bagian tertentu yang dianggap penting<br />- Memberikan pengganti pengalaman langsung<br />- Mendekatkan obyek yang sukar atau berbahaya untuk didekati<br />- Memberikan pengalaman segi pengamatan<br />- Menyajikan perbedaan warna secara visual<br />- Menyajikan informasi yang memerlukan gerak<br /><br />Beberapa prinsip dalam pebuatan media pembelajaran dianataranya:<br /><span style="font-weight: bold;">Leaflet</span><br />- ukuran kecil untuk dibawa<br />- informasi detail tentang sesuatu hal<br />- gunakan hal yang sesuai dengan audience<br />- lengkapi dengan gambar atau foto untuk memperjelas uaraian<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Pamflet</span><br />- ukuran cukup besar untuk ditempel dan dibaca ditempat umum<br />- informasi detail tentang sesuatu hal<br />- gunakan bahasa yang sesuai dengan audience<br />- lengkapi dengan gambar atau foto untuk memperjelas uraian<br /><br /><span style="font-weight: bold;">KESIMPULAN</span><br />Demikian beberapa alternative penanggulangan terhadap masalah miras atau minuman keras yang dapat kami tawarkan. Melihat kondisi social, politik, ekonomi dan hukum kita hingga saat ini masih belum stabil, kami masih pesimis kalau masalah ini dapat diatasi secara tuntas. Pertama sebenarnya kita harus memiliki landasan Hukum yang kuat dan mapan sebagai landasan utama untuk mengatur proses pembangunan social, budaya, ekonomi dan politik serta character building. Namun, demikian, tidak salah kalau kita mencoba sekaligus sebagai trial and error. Apabila kita berhasil, sangat mungkin cara yang kita tempuh akan di pakai secara nasional bahkan International. Namun apabila kita masih gagal dan gagal terus, adalah suatu hal yang lumrah mengingat kondisi social politik dan ekonomi kita saat ini masih dalam proses transisi dan mencari bentuk yang tepat. Kesulitan selanjutnya adalah karena masalah narkoba, miras dan judi erat kaitannya dengan budaya. Merubah suatu budaya atau tradisi sangat sulit dan memerlukan waktu dan proses yang lama.</div><div style="text-align: justify;"><br /><script type="text/javascript" src="http://w.sharethis.com/button/sharethis.js#publisher=dc11a599-99c5-4cce-9f9a-584d9699c0a3&type=website&embeds=true&post_services=facebook%2Cdigg%2Cdelicious%2Cybuzz%2Ctwitter%2Cstumbleupon%2Creddit%2Ctechnorati%2Cmixx%2Cblogger%2Ctypepad%2Cwordpress%2Cgoogle_bmarks%2Cwindows_live%2Cmyspace%2Cfark%2Cbus_exchange%2Cpropeller%2Cnewsvine%2Clinkedin"></script><br /><script>function fbs_click() {u=location.href;t=document.title;window.open('http://www.facebook.com/sharer.php?u='+encodeURIComponent(u)+'&t='+encodeURIComponent(t),'sharer','toolbar=0,status=0,width=626,height=436');return false;}</script><style> html .fb_share_button { display: -moz-inline-block; display:inline-block; padding:1px 20px 0 5px; height:15px; border:1px solid #d8dfea; background:url(http://b.static.ak.fbcdn.net/images/share/facebook_share_icon.gif?8:26981) no-repeat top right; } html .fb_share_button:hover { color:#fff; border-color:#295582; background:#3b5998 url(http://b.static.ak.fbcdn.net/images/share/facebook_share_icon.gif?8:26981) no-repeat top right; text-decoration:none; } </style> <a href="http://www.facebook.com/share.php?u=%3Curl%3E" class="fb_share_button" onclick="return fbs_click()" target="_blank" style="text-decoration: none;">Share</a><br /><!-- Start code --><br /><script src="http://www.mypagerank.net/services/sbt/sbt.php" type="text/javascript"></script><br /></div><!-- End code -->Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6782725523690767315.post-67668822303196833342009-05-06T01:36:00.000-07:002009-11-21T02:14:22.567-08:00KRITERIA INDUSTRI<div style="font-weight: bold; text-align: justify;">KRITERIA-KRITERIA INDUSTRI DI INDONESIA<br /><br /></div><span style="font-weight: bold;">• KRITERIA INDUSTRI KECIL</span><br />Profil Industri Kecil<br />Ada dua definisi usaha kecil yang dikenal di Indonesia ;<br />• Pertama, definisi usaha kecil menurut Undang-Undang No. 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang memiliki hasil penjualan tahunan maksimal Rp 1 milyar dan memiliki kekayaan bersih, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, paling banyak Rp 200 juta (Sudisman & Sari, 1996: 5). Kedua, menurut kategori Biro Pusat Statistik (BPS), usaha kecil identik dengan industri kecil dan industri rumah tangga. BPS mengklasifikasikan industri berdasrakan jumlah pekerjanya, yaitu:<div style="text-align: justify;" class="fullpost"><br />1. industri rumah tangga dengan pekerja 1-4 orang.<br />2. industri kecil dengan pekerja 5-19 orang.<br />3. industri menengah dengan pekerja 20-99 orang.<br />4. industri besar dengan pekerja 100 orang atau lebih (BPS, 1999: 250).<br /><br />Kendati beberapa definisi mengenai usaha kecil namun agaknya usaha kecil mempunyai karakteristik yang hampir seragam. Pertama, tidak adanya pembagian tugas yang jelas antara bidang administrasi dan operasi. Kebanyakan industri kecil dikelola oleh perorangan yang merangkap sebagai pemilik sekaligus pengelola perusahaan, serta<br />memanfaatkan tenaga kerja dari keluarga dan kerabat dekatnya.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">• TENTANG INDUSTRI KECIL DI INDONESIA</span><br />Data BPS (1994) menunjukkan hingga saat ini jumlah pengusaha kecil telah mencapai 34,316 juta orang yang meliputi 15, 635 juta pengusaha kecil mandiri (tanpa menggunakan tenaga kerja lain), 18,227 juta orang pengusaha kecil yang menggunakan tenaga kerja anggota keluarga sendiri serta 54 ribu orang pengusaha kecil yang memiliki tenaga kerja tetap.<br />Kedua, rendahnya akses industri kecil terhadap lembaga-lembaga kredit formal sehingga mereka cenderung menggantungkan pembiayaan usahanya dari modal sendiri atau sumber-sumber lain seperti keluarga, kerabat, pedagang perantara, bahkan rentenir.<br /><br />Ketiga, sebagian besar usaha kecil ditandai dengan belum dipunyainya status badan hukum. Menurut catatan BPS (1994), dari jumlah perusahaan kecil sebanyak sebanyak 124.990, ternyata 90,6 persen merupakan perusahaan perorangan yang tidak berakta notaris; 4,7 persen tergolong perusahaan perorangan berakta notaris; dan hanya 1,7persen yang sudah mempunyai badan hukum (PT/NV, CV, Firma, atau Koperasi).<br /><br />Keempat, dilihat menurut golongan industri tampak bahwa hampir sepertiga bagian dari seluruh industri kecil bergerak pada kelompok usaha industri makanan, minuman dan tembakau (ISIC31), diikuti oleh kelompok industri barang galian bukan logam (ISIC36), industri tekstil (ISIC32), dan industri kayu,bambu, rotan, rumput dan sejenisnya termasuk perabotan rumahtangga (ISIC33) masing-masing berkisar antara 21% hingga 22% dari seluruh industri kecil yang ada. Sedangkan yang bergerak pada kelompok usaha industri kertas (34) dan kimia (35) relatif masih sangat sedikit sekali yaitu kurang dari 1%. Tabel 2 menunjukkan bahwa industri kecil dan rumah tangga (IKRT) memiliki peranan yang cukup besar dalam industri manufaktur dilihat dari sisi jumlah unit usaha dan daya serap tenaga kerja, namun lemah dalam menyumbang nilai tambah pada tahun 1990.<br /><br />Dari total unit usaha manufaktur di Indonesia sebanyak 1,524 juta, ternyata 99,2 persen merupakan unit usaha IKRT. IKRT, dengan jumlah tenaga kerja kurang dari 20 orang, mampu menyediakan kesempatan kerja sebesar 67,3 persen dari total kesempatan kerja. Kendati demikian, sumbangan nilai tambah IKRT terhadap industri manufaktur hanya sebesar 17,8 persen. Banyaknya jumlah orang yang bekerja pada IKRT memperlihatkan betapa pentingnya peranan IKRT dalam membantu memecahkan masalah pengangguran dan pemerataan distribusi pendapatan.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Meneg Koperasi dan UKM</span><br />Usaha Kecil (Undang-Undang No.9/1995 tentang Usaha Kecil)<br />Aset lebih kecil dari Rp.200 Juta diluar tanah dan bangunan. Omzet tahunan lebih kecil dari Rp.1 milyar. Dimiliki oleh orang Indonesia independen, tidak terafiliasi dengan usaha menengah, besar. Boleh berbadan hukum, boleh tidak.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">• MENGAPA INDUSTRI KECIL PERLU DIKEMBANGKAN? </span><br />Sejak tahun 1983, pemerintah secara konsisten telah melakukan berbagai upaya deregulasi sebagai upaya penyesuaian struktural dan restrukturisasi perekonomian.Kendati demikian, banyak yang mensinyalir deregulasi di bidang perdagangan dan investasi tidak memberi banyak keuntungan bagi perusahaan kecil dan menengah; bahkan justru perusahaan besar dan konglomeratlah yang mendapat keuntungan. Studi empiris membuktikan bahwa pertambahan nilai tambah ternyata tidak dinikmati oleh perusahaan skla kecil, sedang, dan besar, namun justru perusahaan skala konglomerat, dengan tenaga kerja lebih dari 1000 orang, yang menikmati kenaikan nilai tambah secara absolut maupun per rata-rata perusahaan (Kuncoro & Abimanyu, 1995). <br /><br />Dalam konstelasi inilah, perhatian untuk menumbuhkembangkan industri kecil dan rumah tangga (IKRT) setidaknya dilandasi oleh tiga alasan. Pertama, IKRT menyerapbanyak tenaga kerja. Kecenderungan menerap banyak tenaga kerja umumnya membuat banyak IKRT juga intensif dalam menggunakan sumberdaya alam lokal. Apalagi karena lokasinya banyak di pedesaan, pertumbuhan IKRT akan menimbulkan dampak positif terhadap peningkatan jumlah tenaga kerja, pengurangan jumlah kemiskinan, pemerataan dalam distribusi pendapatan, dan pembangunan ekonomi di pedesaan (Simatupang, et al., 1994; Kuncoro, 1996). Dari sisi kebijakan, IKRT jelas perlu mendapat perhatian karena tidak hanya memberikan penghasilan bagi sebagian besar angkatan kerja Indonesia, namun juga merupakan ujung tombak dalam upaya pengentasan kemiskinan. Di perdesaan, peran penting IKRT memberikan tambahan pendapatan (Sandee et al., 1994), merupakan pengembangan industri dan sebagai pelengkap produksi pertanian bagi penduduk miskin (Weijland, 1999).<br /><br /><span style="font-weight: bold;">• KRITERIA INDUSTRI MENENGAH</span><br />Pengertian Industri menengah <br />Industri sedang atau industri menengah Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 20-99 orang.<br />Usaha Menengah (Inpres 10/1999) Aset Rp.200 Juta - Rp.10 milyar<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Usaha Menengah</span><br />(SK Dir BI No.30/45/Dir/UK tgl 5 Jan 1997)<br />Aset lebih kecil dari Rp.5 milyar untuk sektor industri. Aset lebih kecil dari Rp.600 juta diluar tanah dan bangunan untuk sektor non-industri manufacturing. Omzet tahunan lebih kecil dari Rp.3 milyar.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Segmen Menengah</span><br />Skala usaha mulai besar Telah ada struktur organisasi dan delegasi wewenang untuk pengambilan keputusan Administrasi keuangan pada umumnya tertib dan mulai akura ttelah ada pembagian dalam manajemen, Direktur keuangan biasanya mendapat tanggung jawab dalam melakkukan kebijakan pembiayaan perusahaan.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">• TENTANG INDUSTRI MENENGAH DI INDONESIA</span><br />Perusahaan menengah yang membutuhkan modal investasi antara Rp. 350 juta sampai 1.500 juta. Jumlah perusahaan industri segmen pasar ini, di Indonesia sekitar 1.500 unit usaha. Hampir semua perusahaan sudah mempunyai hubungan dengan bank. Sebagian besar dari perusahaan memerlukan dana untuk memperluas kapasitas produksi maupun modernisasi alat produksinya.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">• KRITERIA INDUSTRI BESAR</span><br />Pengertian Industri besar<br />Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 100 orang atau lebih.<br />• industri besar dengan ciri-ciri sebagai berikut :<br />1. modal yang digunakan besar, bisa berasal dari pemerintah, swasta nasional, patungan atau modal asing;<br />2. menggunakan mesin-mesin modern dalam produksinya, tenaga kerja yang digunakan merupakan tenaga kerja terdidik. Yang termasuk industri besar adalah industri kertas, industri pengolahan kayu, industri otomotif dan lain-lain<br /><br /><span style="font-weight: bold;">• TENTANG INDUSTRI BESAR DI INDONESIA</span><br /> Kebijakan atau strategi pembangunan yang kita anut selama ini lebih berorientasi pada pertumbuhan ekonomi untuk melakukan akumulasi faktor-faktor ekonomi.<br />Yaitu pertumbuhan industri skala besar dengan harapan bahwa pelaku industri skala besar bisa melakukan kegiatan usaha secara menguntungkan.<br />Namun, kebijakan itu mengabaikan perkembangan usaha kecil, usaha rakyat. Usaha rakyat diminta bersabar dengan harapan surplus yang diperoleh usaha besar akan diakumulasikan dan diwujudkan dalam dana tabungan untuk kegiatan investasi. Surplus yang diperoleh usaha besar tadinya diharapkan akan mengalir ke kantung-kantung perbankan. Dan perbankan akan menyalurkannya ke sektor usaha kecil untuk kegiatan investasi yang dilakukan pengusaha kecil, selanjutnya diharapkan bisa menggerakkan roda ekonomi pada lapisan bawah.<br /> <br /> Dengan strategi pertumbuhan ini diharapkan akan terjadi tetesan ke bawah (trickle down effect) dari usaha besar kepada ekonomi rakyat (usaha kecil). Konsepsi tersebut ternyata tidak teruji oleh sejarah. Perjalanan sejarah kita tidak mengarah kepada kondisi semacam itu. Memang betul terjadi akumulasi oleh kelompok usaha besar namun tidak ada saving (tabungan) yang memungkinkan tersedianya dana untuk investasi.<br />Kenapa demikian? Karena banyak diantara pengusaha besar lebih tertarik menginvestasikan dananya dalam bentuk asset yang aman, baik dalam bentu fisik seperti mobil atau properti maupun dalam simpanan dolar di luar negeri yang dianggap paling aman sehingga terjadilah capital flight (pelarian modal ke luar negeri). Akibatnya investasi yang diharapkan mengalir ke rakyat banyak tidak terjadi. Inilah fenomena yang berlangsung selama ini sehingga output dari perjalanan panjang sejarah pembangunan ekonomi kita berakhir dengan ketimpangan ekonomi yang sangat mengenaskan dan menjadikan kemiskinan struktural terus menerus berlangsung.<br /> <br /> Usaha baru yang cukup besar dimana diharapkan mereka ini berasal dari sektor modern/besar dan terkena PHK kemudian menerjuni usaha mandiri. Dengan demikian mereka ini disertai kualitas SDM yang lebih baik dan bahkan mempunyai permodalan sendiri, karena sebagian dari mereka ini berasal dari sektor keuangan/perbankan. Ditengah krisis industri skala besar dihadapkan pada kenyataan menghadapi kesulitan untuk beroperasi, sementara perusahaan-perusaan kecil tetap berjalan seperti biasa. Bahkan beberapa sektor usaha kecil justru mendapat keuntungan besar akibat depresiasi rupiah terhadap dollar.<br /> <br />Sumber dana sektor usaha besar sebagian diperoleh dari pinjaman luar negeri, sehingga penurunan nilai Rupiah terhadap Dollar mempengaruhi peningkatan biaya bunga yang ditanggung perusahaan.<br /> <br /> Industri besar mempunyai keunggulan dan kemapanan dari sisi modal, teknologi dan pasar, maka proses sinergi yang terjadi bukan dalam bentuk mitra bisnis sejajar melainkan tidak lebih dari supplier dan pelanggan. Industri besar biasanya menerapkan aturan baku dalam kualitas. Hal ini sebenarnya sebuah kewajaran mengingat pentingnya menjaga kualitas. Namun demikian, UKM sering kali mengalami kesulitan dalam memenuhi standar tersebut.<br /><br />• KRITERIA INDUSTRI MIKRO<br />Pengertian industri Mikro<br />Usaha Mikro Pekerja lebih kecil dari 20 orang, termasuk tenaga kerja yang tidak dibayar<br /><br />• Usaha Mikro<br /> (SK Dir BI No.31/24/KEP/DIR tgl 5 Mei 1998) Usaha yang dijalankan oleh rakyat miskin atau mendekati miskin. Dimiliki keluarga. Sumberdaya lokal dan teknologi sederhana. Lapangan usaha mudah untuk exit dan entry.<br /><br />• TENTANG INDUSTRI MIKRO DI INDONESIA<br />Industri skala mikro di Indonesia merupakan kegiatan usaha non-formal yang sangatsignifikan jumlahnya dibandingkan dengan usaha skala kecil, menengah, dan besar. Menurut International Finance Corporation (IFC)-World Bank, usaha mikro adalah usaha yang melibatkan jumlah tenaga kerja sampai 10 orang dengan total asset dan penjualan tahunan masing-masing sampai US$100.000. Pengertian usaha skala mikro menurut World Bank tersebut memang belum bisa diadopsi oleh Indonesia karena secara finansial kisaran usaha mikro tersebut tergolong sangat tinggi.<br />Selain itu, usaha mikro di Indonesia sebagian besar tidak berbadan hukum dan secaraumum sulit untuk mengetahui data keuangan. BPS melaporkan bahwa pada tahun 2000 tercatat 15 juta usaha yang tidak berbadan hukum. Sedangkan menurut data Kementrian Koperasi dan UKM bahwa pada tahun 2004 di Indonesia jumlah usaha skala mikro 41,8 juta, usaha kecil tercatat sebesar 0,588 juta dan usaha menengah 0,062 juta dengan jumlah tenaga kerja yang terlibat 58 juta orang.Jumlah tersebut adalah 99,8 persen dari total usaha di Indonesia dengan pesentase tenaga kerja sebasar 99,6 dari total tenaga kerja. Tetapi dilihat dari produktifitasnya, kontribusi skala mikro dan kecil relative tertinggal dibandingkan usaha menengah apalagi usaha besar.<br />Terlepas dari masalah perbedaan definisi dan data keuangan, pemberdayaan usaha skalamikro di Indonesia merupakan salah satu alternatif kebijakan yang strategis karena menyangkut hajat hidup orang banyak, terutama dikaitkan dengan arah kebijakan perekonomian yang berorientasi pada ekonomi kerakyatan serta pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah. Salah satu program kebijakan pemerintah dan atau sebagai lembaga donor yang minimal memberikan dukungan terhadap pemberian penjaman atau pembiayaan kepada usaha skala kecil atau masyarakat miskin, yang dikenal dengan micro-finance atau menurut istilah di kalangan perbankan, disebut juga sebagai kredit usaha mikro. Kredit usaha mikro adalah kredit yang diberikan kepada nasabah usaha mikro, baiklangsung maupun tidak langsung, yang dimiliki dan dijalankan oleh penduduk miskin atau mendekati miskin dengan kriteria penduduk miskin menurut Bank Indonesia dengan plafon kredit maksimal sebesar Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). <br />Salah satu pihak yang mempunyai posisi strategis dalam pemberdayaan usaha skalamikro adalah lembaga keuangan mikro (Micro-Finance Institution, yang selanjutnyadisingkat MFI). Selama ini MFI merupakan salah satu lembaga pembiayaan yang bergerak khusus di sektor usaha skala mikro. Padahal secara fungsional MFI sama saja dengan lembaga keuangan lainnya seperti bank, modal ventura, atau lembaga pembiayaan lainnya.<br />Posisi MFI di Indonesia menjadi sentral karena sampai saat ini bank atau lembagakeuangan formal belum “melirik” usaha skala mikro atau usaha non-formal yang relatif masih dimarginalkan. Sebagai lembaga yang profit oriented, sebagian besar bank atau lembaga keuangan formal lainnya masih menganggap skala mikro merupakan segmen pasar yang tidak bankable atau kalaupun disentuh bank hanya sebatas kewajiban sosial yang tergantung desakan pemerintah. Mengingat kekhususan pangsa pasarnya, MFI mempunyai karakteristik yang relatif berbeda jika dibandingkan dengan lembaga keuangan formal. CGAP-World bank sendiri pada tahun 2003 telah mendefinisikan beberapa istilah, rasio, dan penyesuaian mengenai aspek keuangan yang khusus untuk keuangan mikro. <br /> Salah satu sifat usaha mikro adalah kemampuannya untuk beradaptasi terhadapperubahan kondisi perekonomian dunia dibandingkan dengan perusahaan besar, oleh karenanya usaha mikro akan cenderung lebih diuntungkan oleh pertumbuhan ekonomim yang dinamis. Lingkungan terbaik untuk pengembangan bisnis usaha mikro adalah suatu lingkungan dimana pasar untuk input dan output berfungsi secara efektif dalam menyediakan berbagai jasa yang memungkinkan pertumbuhan bisnis. Dalam lingkungan ini, pemerintah seyogyanya terfokus pada fungsi intinya secara efisien dari pada membuat distorsi dalam pasar . Pengalaman baru diberbagai negara industri menunjukan bawa kebijakan deregulasi telah berhasil mendorong pertumbuhan lapangan kerja, lingkungan yang kondusif dan kompetitif bagi usaha mikro yang berperan sebagai motorpengerak penyesuaian dan perubahan struktural.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">• PENGEMBANGAN INDUSTRI MIKRO.</span><br />Kebijakan pengembangan industri mikro yang efektif hendaknya dilakukan secara<br />lebih luas dan terpadu, bukan hanya sekedar membuat daftar program dukungan finansia dan teknis yang berdiri sendiri tanpa adanya kaitan antara satu dengan yang lain Kebijakan pengembangan industri mikro memerlukan pengkajian dan reorientasi peran pemerintah dalam banyak aspek. Kebijakan pemerintah yang baik merupakan salah satu isu sentral dalam pengembangan industri usaha mikro yang berkesinambungan, untuk itu perlu penyempurnaan kebijakan pengembangan usaha mikro oleh pemerintah Pengaturan pemerintah dan implementasinya sangat mempengaruhi akses usaha mikro Ketidakpastian hukum akan membuat distorsi dalam pengambilan keputusan akan menyulitkan pengembangan usaha mikro terutama dalam menghadapi pasar yang berkembang dengan dinamis.<br /><br /> Langkah-langkah khusus untuk mempromosikan industri mikro hanya akan merupakan hal yang semu saja jika tidak dilakukan secara terpadu. Ada beberapa bidang kebijakan prioritas yang perlu dilakukan perbaikan antara lain; penciptaan dan pemeliharaan stabilitas ekonomi makro, reformasi sistim peradilan, serta alih peran penting dalam pengembangan usaha kecil..<br /><br /> Pemerintah dalam mengembangkan usaha mikro perlu menerapkan kebijakan dan program secara transfaran dan bertanggung jawab. Stimulasi yang diberikan untuk meningkatkan daya saing secara teknis maupun finansial dinilai tidak dapat langsung mengatasi hambatan-hambatan eksternal maupun internal yang dialami oleh sebagian besar atau bahkan seluruh usaha mikro, kecil dan menengah di Indonesia. Sebaiknya peran pemerintah adalah menciptakan insentif dan iklim yang kondusif agar usaha mikro mampu menghadapi persaingan. Secara praktis, hal ini berarti membangkitkan upaya untuk menghilangkan monopoli dan menghapuskan berbagai hambatan perdagangan dalam negeri dan internasional. Dengan meningkatnya peluang bisnis dan akses kepada sumberdaya produktif akan meningkatkan daya saing dan kemampuan berwiraswasta. Instrumen pengaturan juga perlu melihat pada standarisasi dan sertifikasi, serta piranti tidak langsung seperti peningkatan akses informasi dan pelatihan yang relevan.<br /> Pengembangan usaha mikro secara terpadu untuk meningkatkan daya saing dan akses usaha mikro ke sumberdaya produktif perlu dilakukan melalui kebijakan bidang: pengembangan infrastuktur, pembangunan daerah, komunikasi serta angkutan, riset terapan dan pendidikan, promosi, perdagangan dan investasi. Otonomi daerah juga menyebabkan peran dan tugas pemerintah kabupaten/kota dan propinsi lebih meningkat , sehingga masih perlu kajian lebih lanjut untuk melihat labih jauh tentang peran dan fungsi pemerintah pusat dan daerah untuk mengetahui batas peran dan fungsi masing-masing serta mencegah terciptanya peraturan yang menghambat perdagangan antar daerah. Disamping itu penyediaan informasi yang konsisten, komprehensif dan terintegrasi untuk pengambilan kebijakan politik dan bisnis masih perlu ditingkatkan.</div><br /><script type="text/javascript" src="http://w.sharethis.com/button/sharethis.js#publisher=dc11a599-99c5-4cce-9f9a-584d9699c0a3&type=website&embeds=true&post_services=facebook%2Cdigg%2Cdelicious%2Cybuzz%2Ctwitter%2Cstumbleupon%2Creddit%2Ctechnorati%2Cmixx%2Cblogger%2Ctypepad%2Cwordpress%2Cgoogle_bmarks%2Cwindows_live%2Cmyspace%2Cfark%2Cbus_exchange%2Cpropeller%2Cnewsvine%2Clinkedin"></script><br /><script>function fbs_click() {u=location.href;t=document.title;window.open('http://www.facebook.com/sharer.php?u='+encodeURIComponent(u)+'&t='+encodeURIComponent(t),'sharer','toolbar=0,status=0,width=626,height=436');return false;}</script><style> html .fb_share_button { display: -moz-inline-block; display:inline-block; padding:1px 20px 0 5px; height:15px; border:1px solid #d8dfea; background:url(http://b.static.ak.fbcdn.net/images/share/facebook_share_icon.gif?8:26981) no-repeat top right; } html .fb_share_button:hover { color:#fff; border-color:#295582; background:#3b5998 url(http://b.static.ak.fbcdn.net/images/share/facebook_share_icon.gif?8:26981) no-repeat top right; text-decoration:none; } </style> <a href="http://www.facebook.com/share.php?u=%3Curl%3E" class="fb_share_button" onclick="return fbs_click()" target="_blank" style="text-decoration: none;">Share</a><br /><!-- Start code --><br /><script src="http://www.mypagerank.net/services/sbt/sbt.php" type="text/javascript"></script><br /><!-- End code -->Unknownnoreply@blogger.com9